Hikayat Tole Iskandar (1)

Rabu, 05 Oktober 2016 – 23:33 WIB
Lukisan wajah Slamet Mulyono, adik Tole Iskandar yang wajahnya sangat mirip Tole. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

jpnn.com - NAMANAYA ditambatkan pada ruas jalan utama di kota Depok; Tole Iskandar. Seorang tentara revolusioner pemelihara anjing.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Sumatera, Negeri Seribu Batang Air

Setelah lama tak pulang dan bahkan sudah dianggap hilang, Tole Iskandar tiba-tiba datang. Orang rumah terkejut mendapati Tole berseragam shudanco lengkap dengan samurai. 

Pemuda kelahiran 1926 itu pulang ke rumahnya di kawasan Ratu Jaya, Depok, Jawa Barat beberapa hari setelah Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

BACA JUGA: Pejabat Serupa ini? Barangkali Satu dalam Seribu

Rupanya, selama menghilang Tole bergabung dengan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA).

Laskar 21

BACA JUGA: Pendek Kisah Sejarah Hari Tani Nasional 24 September

Dalam konteks menyambut revolusi kemerdekaan Indonesia, Tole mengumpulkan para pemuda bekas tentara Heiho dan PETA yang tinggal di Depok dan sekitarnya. 

Terkumpul sebanyak 21 orang. Pada September 1945, mereka berunding di sebuah rumah Jl. Citayam (sekarang jadi ruko di Jl. Kartini). 

Pertemuan tersebut menyepakati dibentuknya Barisan Keamanan Depok--sepadan Barisan Keamanan Rakyat (BKR). Karena jumlahnya 21 orang, mereka dijuluki Laskar 21. 

Anggota Laskar 21 terdiri dari Tole Iskandar, Abdoellah, Saiyan, Sainan, Sinan, Salam A, Niran, Saidi Bontjet, Idan Saidan, Tamin, Joesoep, Salam B, Baoeng, Mahroef, Muhasim, Asbih, Rodjak, Tarip, Kosim, Nadjid, Mamoen.

"Tole Iskandar diangkat sebagai komandan," kenang Ngkong Asbih, anggota Laskar 21 dalam sebuah kesempatan.  

Tole suka olahraga. Dia memelihara seekor anjing besar yang sangat jinak padanya. Kemana pun Tole pergi, anjing itu selalu ikut. Bahkan ketika berperang.

TKR Depok

Berdasarkan Maklumat Pemeritahan Republik Indonesia 5 Oktober 1945, Barisan Keamanan Rakyat (BKR) diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).  

Untuk Jawa Barat dibentuk suatu komandemen TKR dibawah pimpinan Jenderal Didi Kartasasmita. Komposisi sebagai berikut:

Batalyon I dibawah pimpinan Ibrahim Adjie, sebagai batalyon ujung tombak yang ditempatkan di Depok. Laskar 21 pimpinan Tole bergabung dalam satuan ini.

Kompi I batalion ini dipimpin Lettu Kosasih yang bermarkas di Depok. 

Sedangkan Laskar 21 dimasukkan dalam kompi markas yang dipimpin oleh Letnan Harun Al Rasyid. Mereka berkedudukan di Citayam. 

Kompi II yang dipimpin Letnan Ishak Djuwarsa bermarkas di Ciputat menghadapi front Kebayoran. 

Kompi III yang dipimpin Letnan Kartoyo bermarkas di Sawangan. 

Kompi IV yang dipimpin Letnan Yusuf Padma bertugas mengamankan jalur Cibinong-Bogor.

Batalyon II berada di dalam kota Bogor dipimpin Toha. Batalyon III pimpinan H Dasuki Bakri mendampingi pasukan berani mati dipimpin Letnan Sukarna. Daerahnya Rancabungur, Ciseeng, Semplak.

Komposisi ini dipersiapkan untuk menghadapi kedatangan tentara Sekutu yang melakukan pendaratan secara besar-besaran di pelabuhan Tanjung Priok, 29 September 1945. 

Ketika meletus peristiwa Gedoran Depok--revolusi sosial di tepi Jakarta yang puncaknya pada 11 Oktober 1945, pasukan Tole Iskandar memainkan peranan penting. --bersambung (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mas Ahok, Ideologi PDI Perjuangan itu…


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler