Hindari Asap, Bocah Ini Pilih Mengungsi Hingga Borong Kamar Hotel

Senin, 14 September 2015 – 09:18 WIB
Foto: dok/Pekanbaru Pos/JPNN.com

jpnn.com - PEKANBARU – Nabila, bocah yang baru berusia lima tahun ini, terpaksa mengungsi ke kamar hotel. Hal itu dilakukan orang tua Nabila karena khawatir putrinya kekurangan oksigen.

Sejak dalam kandungan, Nabila sebenarnya sudah merasakan udara tak sehat akibat asap. Ia akan merasa sesak nafas hingga mimisan secara rutin, jika kekurangan oksigen.

BACA JUGA: Istri Sendiri pun Ditilang

Inisiatif seperti keluarga Nabila, dilakukan karena belum ada langkah konkrit dari pemerintah selain imbauan tidak keluar rumah. Sementara yang dibutuhkan masyarakat adalah hak bisa menghirup udara segar.

“'Setiap musim asap tiba, kami akan mulai khawatir memikirkan kondisi Nabila,” kata Aprizal (36), Ayah Nabila pada Pekanbaru Pos (Grup JPNN.com), Minggu (13/9).

BACA JUGA: Gedung Tempat Sai juga Berdengung, Seakan Hendak Runtuh

Nabila adalah putri kedua pasangan Aprizal dan Desy. Saat hamil, karena tuntutan kerja sebagai pegawai di perusahaan swasta, Desy tetap harus beraktivitas di luar ruangan.

Siapa nyana, asap yang terus dihirupnya bertahun-tahun selama musim Karlahut (Kebakaran Hutan dan Lahan, red), membawa dampak pada putri kesayangan mereka.

BACA JUGA: Suara seperti Guntur, Crane Itu Jatuh Tepat di Hadapan Saya

“'Nabila didiagnosis terkena asma akut. Jadi bila udara bersih sudah sedikit, asap di mana-mana, kondisinya drop. Dadanya sesak, susah bernafas hingga mimisan,” ungkap Aprizal.

Tak tahan melihat putri kecilnya kesakitan, Aprizal pun berinisiatif mengungsikan Nabila setiap musim asap tiba. Karena Aprizal dan Desy harus tetap bekerja di Pekanbaru, Nabila biasanya mengungsi bersama bibi atau neneknya ke Kepri atau ke Jakarta.

“'Kita terpaksa ikhlas berpisah. Tahun-tahun pertama Nabila pasti menangis kalau dibawa. Tapi kita terus beri pengertian, kalau ini lebih baik bagi kesehatannya,” kata Desy dengan wajah sendu.

Langkah yang dilakukan orang tua Nabila itu tak sendirian. Bahkan ada satu perusahaan sampai memborong kamar hotel, untuk mengevakuasi keluarga karyawannya menghidari kabut asap.

Saat ini, Nabila sudah dua pekan mengungsi di Batam. Namun berhubung asap juga sudah sampai ke Ibukota Kepri, sejak beberapa hari lalu Nabila akhirnya dibawa ke Bandung oleh bibinya.

“Sekolahnya terpaksa libur, sampai kondisi udara benar-benar sehat untuk Nabila. Guru-gurunya sudah paham. Alhamdulillah, memang sekolah juga diliburkan,” kata Desy lagi.

Ia pun berharap pemerintah bersungguh-sungguh dalam menangani bencana Karlahut dan asap. “Jika terus begini, masa setiap tahun kami harus mengungsikan anak kami. Saya yakin, korban yang seperti kami ini banyak sekali. Kalau solusinya jangan hanya keluar rumah, asap saja sudah masuk sampai ke kamar,” keluh Desy.

“'Mau tidak mau, kami harus mengungsikan Nabila. Karena bila bertanya pada pemerintah, kami tak akan mendapatkan solusi selain dikasi obat asma dan masker,” kata Desy menambahkan.

Selain keluar kota, lokasi pengungsian yang lagi trend di kalangan masyarakat Riau adalah hotel. Beberapa hotel di Pekanbaru bahkan mengaku, jika banyak dari tamu-tamu mereka adalah keluarga para korban asap.

“'Di Hotel kita, ada sekitar 10 keluarga lebih yang mengungsi  karena kabut asap,” ujar Henni Rasmonowati, Sales & Marketing  Manager Grand Elite Hotel kepada Pekanbaru Pos (Gurp JPNN.com), kemarin, Minggu (13/9).

Ia mengaku biasanya tamu Hotel bisa menginap berhari-hari di Grand Elite, saat kabut asap semakin tebal. Malahan kata Henni, ada juga salah satu perusahaan besar di Riau  mengevakuasi karyawan dan keluarganya sampai 50 kamar yang berdekatan dengan kantor perusahaan tersebut.

“Namun bukan hotel kita yang terpilih,'” kata Henni sambil menolak menyebut nama perusahaannya.

Dipilihnya Hotel sebagai tempat mengungsi kabut asap, menurut  Henni karena selain kamar hotel ber ac juga berbagai fasilitas pendukung. Seperti fasilitas ruang oxygen area, sauna  dan steam untuk memanjakan para tamu.

“Untuk ruangan oxygen, hampir semua hotel berbintang ada. Jadi saat kekurangan udara bersih seperti saat ini, sangat bermanfaat sekali,” katanya.

Apalagi kata Henni, saat ini Grand Elite Hotel Pekanbaru  menghadirkan harga kamar khusus selama kabut asap. Harga kamar promo ini dibandrol Rp500.000, nett/malam, untuk jenis kamar superior. “Promo kamar ini berlangsung selama kabut asap,” ujarnya.

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau, Ondi Sukmara mengaku beberapa waktu lalu Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi  Riau meminta pengelola hotel memberikan diskon sebesar 30 persen.

“'Kita telah menerima langsung surat edaran permintaan itu dari  Disparekraf dan berkoordinasi dengan seluruh pengelola hotel di Riau,” kata Ondi.

Dengan diskon ini, lanjut Ondi, menjadi salah satu alasan yang membuat Hotel  di serbu warga untuk mengungsi selama kabut asap.

Dalam rincian surat itu kata Ondi disebutkan pihak hotel agar  memberikan potongan harga untuk sewa kamar dan makanan. “'Promo ini juga berlaku bagi masyarakat yang terganggu jadwal penerbangan,” imbuhnya.

Salah seorang warga Pekanbaru, Meri (42) mengaku  kalau kabut asap begini terus, memang lebih baik mengungsi. Sejak munculnya kabut asap, ia sebagai orang tua  yang memiliki anak kecil lebih banyak berdiam diri di dalam rumah dan tidak bisa berkegiatan sebagaimana biasanya.

“Kita berharap berharap kepada pemerintah agar secepatnya bertindak mengatasi cuaca yang tidak normal ini karena sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama anak-anak, ibu hamil serta kaum manula dan penderita sesak pernapasan,” harapnya.

Asap Kiriman

Meski minim titik api atau hotspot di wilayah provinsi Riau, namun  kabut asap yang menyelimuti Riau semakin pekat. Hingga Minggu  (13/9) papan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Pekanbaru menunjukkan status Berbahaya.

Berdasarkan pantauan BMKG Pekanbaru, data hotspot menunjukkan di pulau Sumatera masih terdapat 383 titik api. Titik ini tersebar di Provinsi Jambi 56 titik,  Lampung tiga titik, Sumsel 300 titik, Babel 10 titik, sementara Provinsi Riau menyumbang 14 titik.

“'Titik api masih didominasi Sumatera Selatan. Asap tebal yang makin pekat  menyelimuti Riau pastinya kiriman dari sana,” terang Kasi  Informasi BMKG, Slamet Riyadi.

Dikatakannya, 14 titik tersebut tersebar di tiga Kabupaten di  Riau. Diantaranya di Kabupaten Kuansing lima titik, Kabupaten Pelalawan delapan titik, dan Indragiri Hulu hanya satu titik api. Kabut asap yang menyelimuti Pekanbaru menyebabkan jarak pandang terbatas.

“Pagi tadi sekitar pukul 07.00 WIB jarak pandang di  Pekanbaru terpantau hanya 300 Meter,” bebernya.

Akibat jarak pandang yang terbatas, pantauan dari papan pengumuman digital di Bandara SSK II, hingga pukul 13.00 Wib kemarin, sebanyak tujuh keberangkatan dibatalkan dan lima keberangkatan ditunda. Sedangkan untuk kedatangan pesawat, ada enam penerbangan dibatalkan dan empat kedatangan ditunda.

Korban kabut asap di Riau terus meningkat. Sesuai data yang diterima Dinas Kesehatan hingga 13 September, korban akibat asap sudah mencapai 25.037 jiwa. Penderita terbesar adalah ISPA (20.532), Phenomia (438), asma (872), iritasi mata (1.317) dan iritasi kulit (1.878).

Kota Pekanbaru tercatat sebagai daerah terbanyak korban asap. Penderitanya mencapai 4.083 jiwa. Menurut Kepala UPT Penanggulangan Krisis Dinkes Riau, Jhon Kenedi, laporan korban asap tersebut berdasarkan laporan harian dari 12 Kabupaten/Kota.

“Pekanbaru yang paling terbanyak,” katanya.(res/did/dre/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Menangis Histeris, Menemukan Suami Bersandar di Tangki Zamzam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler