"Suara seperti Guntur, Crane Itu Jatuh Tepat di Hadapan Saya"

Minggu, 13 September 2015 – 06:20 WIB
Arninda Idris. Foto: Rakyat Kalbar/JPG

ARNINDA Idris namanya. Perempuan cantik ini merupakan Koordinator Admin Koran Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group).
-------------
Laporan: Achmad Mundzirin
------------
Dia selamat dengan luka ringan setelah tower crane tumbang dan jatuh persis di hadapannya, saat tengah mengaji di lantai 2 Masjidil Haram, Jumat (11/9).

Ninda, begitu dia disapa, shok berat menyaksikan betapa banyak korban bersimbah darah dengan teriakan histeris akibat tower crane roboh berdentam menimpa masjid dan isinya.

BACA JUGA: Polisi Temukan Indikasi Kelalaian Insiden Jatuhnya Crane

Dihubungi kembali Sabtu (12/9) petang, suara Ninda masih bergetar akibat musibah yang belakangan menewaskan 84 jemaah haji dan 184 lainnya luka-luka.

"Crane itu berada di lantai 3, sedangkan saya berada di lantai 2. Crane itu jatuh tepat di hadapan saya," tutur Ninda via telepon sambil tersedu, Sabtu (12/9).

BACA JUGA: Garap Proyek Tol, TKA Asal China Tewas Gegara Crane Roboh

Ia menceritakan, kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba, tak seorang pun bisa mengelakkannya. Persisnya pukul 17.15. Posisi Ninda di lantai 2 tepat menghadap  Multazam, pintu Kabah, tempat favorit yang selalu dituju jamaah jika shalat.

Bakda Ashar itu, cuaca memang ekstrim. Suhu begitu panasnya di luar Masjidil Haram dengan angin kencang disertai hujan. Aninda memilih tetap di tempatnya dan mulai mengaji.

BACA JUGA: Crane Senggol Kabel Listrik, Satu Pekerja Tewas

“Setelah shalat Ashar, memang liat langit mendung. Tapi, Ninda tetap di situ, berdoa dan mengaji. Tiba-tiba ada debu kabut gitu disertai angin. Di situ udah gak enak perasaan,” tuturnya.

Namun dia tetap bertahan di tempat itu dan berharap sampai ke magrib. Begitupun jemaah sekelilingnya, tetap khusuk mengaji dan berzikir. Ninda tetap mengaji. “Tiba-tiba langsung turun hujan deras. Semua pada bertebaran nyelamatin diri, sampai Ninda terpisah dari rombongan,” lanjut dia.

Meskipun timbul perasaan yang tidak nyaman, karena hujan deras Ninda dan jemaah lainnya enggan meninggalkan tempat. "Sekitar pukul 17.15, ada bunyi seperti guntur. Ternyata suara itu yang jatuh adalah crane, dari lantai paling atas. Lantai yang tepat di atas saya," cerita Ninda.

Yang bikin dia tambah syok ada korban jiwa tepat di depan matanya. “Jamaah haji menggunakan kursi roda. Tidak dapat bergerak dan menyelamatkan diri " kata Ninda dengan suara bergetar.

Dia sendiri terkena serpihan bangunan dari lantai 3. "Tangan saya terkena bongkahan bangunan dari lantai 3. Handpone saya terlempar. Setelah itu saya langsung menyelamatkan diri kea rah tempat Sa’i," ungkap Ninda.

Tak ada yang bisa diperbuatnya selain berserah pada Allah. "Gemetaran, nangis tidak henti-henti sambil terus berdzikir. Itu saja yang bisa dilakukan."

Namun, seperti niatnya bertahan di Masjidil Haram dalam cuaca buruk di luar, Ninda masih sempat shalat Magrib dalam keadaan tangan cedera. Setelah itu  ia keluar tapi tidak menemukan satu pun bus yang beroperasi karena jalan ditutup.

“Akhirnya jalan kaki sekitar 2 km sampai terminal Mahbas Jin, baru ditolong dengan ambulance,” ucapnya.

Saat ditolong petugas ambulance, kondisi Ninda sudah drop. Merasakan antara sadar dan tidak. “Tidak full pingsan. Ndak dibawa ke RS karena ambulance Saudi udah seperti kamar (RS), udah lengkap alatnya,” tutur mahasiswi S2 ini.

Menurut Ninda, lokasi Tragedi Masjidil Haram itu masih boleh digunakan untuk tawaf meski lantai 3 dan 2 sekarang ditutup. “Jadi, hanya lantai dasar yang digunakan,” tutupnya. (M Iqbal)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Crane Tergelincir Masuk Kali Item, Tiga Warga Terluka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler