jpnn.com - JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan bahwa pihaknya telah memanggil anggota DPR Eko Hendro Purnumo. Tujuannya untuk meminta penjelasan tentang pernyataan politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu yang menyebut penangkapan teroris di Bintara, Bekasi sebagai upaya pengalihan isu.
Tito mengatakan, jika pernyataan pria yang beken disapa dengan nama Eko Patrio itu benar berdasarkan bukti, maka tudingan adanya rekayasa dalam penangkapan terduga teroris bisa jadi bahan evaluasi bagi Detasemen Khusus 88 Antiteror dan Polri. Bahkan, jika terbukti benar ada rekayasa, Tito siap mengundurkan diri dari jabatan Kapolri.
BACA JUGA: Sabar, Penonaktifan Ahok dari Gubernur DKI Tunggu Kelar Cuti
"Kalau memang betul pengalihan isu dan rekayasa, anggota kami, saya perintahkan periksa dan pecat. Saya pengalaman dan pernah jadi Kadensus, tahu bagaimana jiwa mereka (anggota Densus 88, red). Bila perlu saya mengundurkan diri jika mereka merekayasa," kata Tito usai peresmian layanan SIM online di Satpas Daan Mogot, Jakarta Barat, Jumat (15/12).
Karenanya, kata Tito, Polri merasa perlu meminta penjelasan dari Eko yang sebagai subjek primer dalam pemberitaan di media massa tentang terosis di Bintara, Bekasi sebagai pengali isu
BACA JUGA: Waspada, Ada Negara Lain Gunakan Narkoba untuk Perangi Indonesia
Sebab kata Tito, sebelumnya Eko mengaku tak pernah mengeluarkan pernyataan itu. Tapi ada informasi lain yang menyebut Eko memang menyampaikan tuduhan soal rekayasa pengalihan isu dengan penangkapan terduga teroris.
“Saya kurang paham apakah maksud Pak Eko mengeluarkan pernyataan itu. Ada yang bilang iya, ada yang bilang tidak. Yang bersangkutan bilang tidak dan diklarifikasi," jelas Tito.
BACA JUGA: KPK Kembali Periksa Anak Buah SBY Terkait Kasus e-KTP
Di sisi lain, Tito meminta agar pejabat negara atau publik figur untuk tidak sembarangan memberi pernyataan. Menurutnya, sebaiknya pejabat negara berbicara dengan didasari hukum yang berlaku.
"Kalau memang tidak punya data, hanya ngomong sembarangan, tolong sebagai pejabat negara berbicara pakai data. Kasihan rakyat," jelas Tito.
Tito secara pribadi menyesakan adanya pernyataan tersebut. Sejak Tito aktif di Polri, dia sering beroperasi dalam penanggulangan terorisme.
"Saya tahu kerja keras teman-teman di Densus. Mereka mengawasi jaringan ini. Ada yang lolos seperti insiden Thamrin, Samarinda, dan Solo. Ada juga lolos di Tangerang, Gereja di Medan tapi banyak juga yang berhasil digagalkan," terang dia.
Mengenai penangkapan terorisme di Bekasi yang berencana menyerang Istana Negara, Tito menegaskan jaringan yang dibekuk pada akhir pekan lalu itu memang terkait ISIS. Karenanya dia menegaskan, Polri tak mungkun menyuruh orang untuk menjadi teroris.
Tito pun meminta publik untuk menanti proses persidangan terhadap para terduga teroris itu. "Polisi tidak diajari sutradara hebat seperti di Hollywood yang mampu menyetel orang ini berakting layaknya teroris," sambung Tito.
Mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu bahkan mempersilakan media mewawancarai para terduga teroris jika nanti sudah divonis dan menjalani hukuman di penjara. “Kami memberikan akses temen media mewawancarai. Kemudian bisa dilihat latar belakang keluarganya," tegas Tito. (Mg4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadi Buron KPK, Suami Inneke Koesherawati di Mancanegara
Redaktur : Tim Redaksi