HNW: Bangsa Indonesia Lahir Dari Kaum Profesional

Minggu, 15 September 2019 – 22:38 WIB
Wakil Ketua MPR RI HIdayat Nur Wahid (HNW) saat memberi Sosialisasi Empat Pilar kepada ratusan anggota dan pengurus GENPRO Sulawesi Selatan, Makassar, Minggu (15/9/2019). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, MAKASSAR - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengucapkan terima kasih kepada GENPRO Wilayah Sulawesi Selatan yang telah bekerja sama dengan MPR untuk melakukan Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Kegiatan yang demikian menurut pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu telah dikerjasamakan dengan berbagai ormas, organisasi pemuda, kampus, dan kelompok masyarakat lainnya dengan berbagai metode.

BACA JUGA: Respons Ma’ruf Cahyono Saat Peluncuran Prangko Empat Pilar MPR RI

Menurutnya, metode yang digunakan seperti training of trainers, lomba cerdas cermat, seni budaya, focus group of discussion, legal drafting, bela negara, dan outbound.

Hal tersebut disampaikan HNW saat memberi Sosialisasi Empat Pilar kepada ratusan anggota dan pengurus GENPRO Sulawesi Selatan, Makassar, Minggu (15/9/2019).

BACA JUGA: Wakil Ketua MPR Hidayat: Saya Melawan Hoaks Secara Konstitusional

Sosialisasi yang dilakukan oleh MPR, menurut alumni Pondok Modern Gontor itu sudah berlangsung sejak dirinya menjadi Ketua MPR Periode 2004-2009. Waktu itu namanya Sosialisasi Putusan MPR.

Bagi HNW, sosialisasi nilai-nilai kebangsaan itu tak mungkin bila hanya dilakukan oleh MPR. Salah satu alasannya, MPR tak mempunyai perwakilan di daerah, tuturnya.

BACA JUGA: Hidayat Nur Wahid dan Dubes Singapura Bicara soal GBHN

Untuk itu dirinya mengajak eksekutif ikut melakukan hal yang sama seperti Orde Baru dengan membentuk BP7 dan melaksanakan Penataran P4. Meski demikian metode sosialisasi yang dilakukan oleh MPR bukan dengan cara indoktrinisasi tapi secara demokrasi.

Sosialisasi yang sekarang dilakukan berlandaskan pada UU. No.17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dengan undang-undang itu maka seluruh anggota MPR diberi amanat untuk melakukan sosialisasi.

Apa yang disosialisasikan, menurut pria yang gemar berolahraga bulutangkis itu adalah bagian dari tuntutan Gerakan Reformasi 1998. Dipaparkan, salah satu tuntutan reformasi pada masa itu adalah dilakukannya amendemen UUD Tahun 1945.

"Amendemen boleh dilakukan, yang tak boleh adalah mengubah Pembukaan UUD", tuturnya.

Penanaman pemahaman nilai-nilai kebangsaan ditegaskan oleh HNW sangat penting. Gerakan itu untuk membangunkan kesadaran akan nilai-nilai kebangsaan. "Juga untuk mengantisipasi tantangan global,” ucapnya.

Diingatkan bagaimana Uni Soviet sebagai negara adidaya pada masanya bisa pecah. Terpecahnya negara yang disegani oleh Amerika Serikat itu menurut HNW karena adanya kebijakan Glasnot dan Perestroika.

"Mereka hancur bukan karena tembakan namun karena kebijakan seperti itu,” ungkapnya.

Indonesia luasnya lebih kecil dibanding Uni Soviet. Namun Indonesia lebih banyak memiliki suku serta sebagai negara kepulauan yang terpisah-pisah wilayahnya sehingga potensi perpecahan itu ada. Untuk itu dirinya mengajak kepada semua melaksanakan nilai-nilai Pancasila. Jangan sampai kita melaksanakan Pancasila karena kepentingan politik sehingga kemudian menuduh kelompok lain dengan stigma yang tak relevan.

Pancasila, kata dia, menjadi rujukan untuk menghadirkan Indonesia sebagaimana mestinya.

Di hadapan generasi yang fokus pada dunia wirausaha dan kreatifitas itu, HNW mengatakan bangsa Indonesia dilahirkan oleh kaum profesional dan mencintai Indonesia. Disebut dalam anggota BPUPKI, mereka adalah orang-orang yang ahli, seperti Mohammad Hatta ahli ekonomi lulusan Belanda, demikian pula ahli-ahli hukum yang juga lulusan perguruan tinggi yang hebat.

"Kalau bicara profesionalisme, Indonesia lahir dari mereka,” paparnya.

Indonesia tumbuh dari kalangan profesionalisme tak hanya pada masa lalu. "Prof. BJ Habibie juga seorang profesional dan mencintai Indonesia,” tegasnya.

Untuk itu, dirinya mengajak pada GENPRO dan yang lainnya untuk meningkatkan profesionalisme guna menjaga bangsa ini.

"Ke depan Indonesia juga bisa dijaga kaum profesional yang cinta Indonesia,” harap HNW.

Menurut Ketua GENPRO Sulawesi Selatan, Rusdi Hidayat, bangsa ini sebenarnya memiliki sumber daya alam yang besar. Namun sayang hal demikian belum dikelola secara maksimal oleh bangsa sendiri.

“Untuk itu perlu kita meningkatkan sumber daya manusia,” tegasnya.

GENPRO ingin menjadikan Empat Pilar sebagai pijakan mereka dalam kehidupan.(jpnn)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler