HNW Ingatkan Konsistensi Santri dalam Kemaslahatan hingga Kemenangan Taliban di Afghanistan

Senin, 23 Agustus 2021 – 09:50 WIB
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengingatkan komunitas Santri dan Wali Santri di Indonesia konsisten memberikan manfaat untuk umat dan terus berkontribusi dalam memajukan peradaban di tanah air.

Terlebih lagi di tengah pandemi Covid-19, masih bertebarannya hoaks dan disinformasi soal santri dengan menangnya Taliban di Afghanistan, serta adanya tema lomba Hari Santri oleh BPIP yang menuai polemik.

BACA JUGA: Soal Simpatisan Taliban di Indonesia, Irjen Argo Yuwono: Polri Waspada

Hidayat mengingatkan kepada komunitas santri agar segala fitnah tersebut jangan dibalas dengan fitnah dan kemungkaran. Disinformasi yang terjadi cukup diklarifikasi dengan baik sesuai nilai-nilai etika Islam yang diajarkan di pesantren.

"Jadilah ibarat pohon mangga, sekalipun dilempari batu, tetapi tidak membalas dengan lemparan baru, tetapi membalas dengan menjatuhkan buahnya," kata Hidayat saat mengisi pengajian virtual bertema Spirit Santri Untuk Negeri Berdaya dan Berkeadaban yang diadakan oleh Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Cabang Bogor, Minggu (22/8).

BACA JUGA: Muhammad Kece Lakukan Penistaan Agama dan Menghina Nabi, Polri Bergerak

Politikus yang akrab disapa dengan inisial HNW itu menjelaskan, sejak zaman penjajahan dan di awal pembentukan kesadaran nasional, santri telah berkontribusi positif bersama tokoh-tokoh bangsa dari latar organisasi, agama dan suku yang berbeda.

Menurut ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) itu, para santri bersama-sama berjuang untuk memerdekakan Indonesia, mempertahankan kemerdekaan, dan menggagalkan pemberontakan PKI tahun 1948 dan 1965.

BACA JUGA: Analisis Abu Tholut soal Taliban di Afghanistan dan Potensi Terorisme di Indonesia

Pada 1903 misalnya, organisasi pertama di Indonesia, Jamiatul Khair telah mengadakan kongres di Jakarta yang menghasilkan rekomendasi bahwa memperjuangkan kemerdekaan bangsa dari penjajahan Belanda hukumnya adalah wajib.

HNW menyebut perjuangan santri terus berlanjut hingga proses persiapan kemerdekaan, baik dalam BPUPKI maupun Panitia 9 dan PPKI. Berbagai elemen santri seperti Muhammadiyah, NU, Persis, PUI, dan orpol seperti Partai Islam Indonesia, Sarekat Islam, Partai Masyumi bersama pondok pesantren dan ulama membentuk Laskar Kiai, Laskar Santri, dan KH Subchi Parakan dikenal sebagai guru spiritualnya Bapak TNI Jendral Besar Soedirman.

Mereka juga aktif bersama pejuang lainnya dalam menghadirkan dan mempertahankan kemerdekaan yang oleh NU, Muhammadiyah, dan Partai-partai Islam tidak disebut sebagai Darul Islam atau Darul Harbi melainkan Darussalam dan Darul ‘ahdi wasy syahadah.

"Tidak hanya melalui gerakan sipil, santri juga bergerak di lingkungan  militer seperti yang dijalankan oleh Jenderal Soedirman sebagai Panglima Tentara Keamanan Rakyat yang kemudian menjadi TNI," ucap HNW.

Di luar itu menurutnya ada Laskar Santri, Laskar Kyai, Laskar Hizbullah, Laskar Sabilillah yang menghadirkan aktivitas santri yang kongkret membela negara, menghalau para penjajah dari Indonesia.

Seperti juga pesantren dan Santri Gontor, sekalipun ada saja fitnah terhadap Gontor, tetapi jelas sekali warga Gontor menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan hormat bendera.

BACA JUGA: Oknum TNI Menganiaya Bocah SD, Mayjen Maruli Simanjuntak Langsung Kirim Dokter

"Bahkan dalam hymne Gontor dinyatakan bahwa Santri Gontor juga berbakti kepada Indonesia sebagai Ibu. Dan di kompleks pondok juga ada makam kiai dan keluarga yang di antaranya adalah tempat persemayaman pahlawan bangsa dari latar belakang keluarga Pondok Gontor," tuturnya.

Adapun terkait kemenangan Taliban di Afghanistan, HNW mengingatkan bahwa delegasi Taliban di bawah pimpinan Mulla Abdul Ghani Baradar pernah berkunjung secara resmi ke Indonesia, serta bertemu dengan MUI dan PBNU.

Anggota Komisi VIII DPR itu menyebut Taliban yang bermazhab Sunni (Hanafi, Maturidi dan Qadiry) sebagaimana mayoritas mutlak Muslim Indonesia juga Sunni, wajar bila waktu itu diterima dengan resmi dan hangat oleh MUI dan PBNU.

"Dan Taliban pun sangat terkesan dengan aktivitas PBNU sehingga akan mendirikan cabang NU di Afghanistan. Taliban seperti Sunni di Indonesia bukan Wahabi atau ISIS, bahkan mereka malah mengeksekusi hukuman mati terhadap ketua ISIS di Asia Selatan, Umar Khurasani," ungkap HNW.

Menurut petinggi PKS itu juga menyatakan bahwa Taliban yang meminta banyak masukan kepada ulama-ulama di MUI dan PBNU, bukanlah kelompok radikal atau takfiri.

Dengan makin banyaknya masukan dan perhatian yang mereka minta dari Indonesia, seperti dari Wapres ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK), MUI, NU, hingga Muhammadiyah, lanjut HNW, seharusnya Taliban akan dapat membuktikan janji-janjinya untuk menjadi Taliban baru yang   merealisasikan Islam rahmatan lil alamin, wasathiyah (moderat), dan cinta.

“Ini membuktikan bahwa santri merupakan entitas moderat yang memiliki akar sejarah perjuangan dan kecintaan terhadap agama, bangsa, dan negara yang sangat jelas rujukan mazhab Sunni dalam fiqih, teologi maupun tasawuf-nya, juga dalam berpolitiknya. Bukan ajaran atau laku terorisme, ekstremisme maupun radikalisme," tandas Hidayat Nur Wahid. (*/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler