jpnn.com, JAKARTA - Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia (BEM PTMI) menggelar Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) di Surabaya, Jawa Timur pada 8 hingga 13 April 2019.
Dalam kegiatan yang akan diikuti oleh sekitar 120 BEM PTMI itu, hendak dirumuskan masalah-masalah ke-Islam-an, ke-Indonesia-an, dan keumatan.
BACA JUGA: HNW: Kami Usulkan 3 April Sebagai Hari dan Bulan NKRI
Untuk merumuskan dan mendapat masukan mengenai masalah yang ada, panitia acara selain menghadirkan pengurus Muhammadiyah juga mengundang tokoh-tokoh nasional.
Pada 5 April 2019, panitia acara, yakni Rahmat Syarief Koordinator BEM PTMI, Sigit Hartono Pengurus Pusat BEM PTMI, Firdaus Su’udi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan Arif Hakim mahasiswa Univeristas Prof. Dr. Hamka, menemui Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, (HNW) di ruang kerjanya, Lt. 9, Gedung Nusantara III, Komplek MPR/DPR/DPD, Jakarta.
BACA JUGA: Mangindaan : Indonesia Berdiri Di Atas Kesadaran Persatuan dan Kesatuan
“Kedatangan kami mengundang Bapak hadir dalam acara Silaknas BEM PTMI," ujar Rahmat.
“Kami ingin mendapat masukan dari Bapak”, tambahnya. Dikatakan pada acara yang digelar, selain dihadiri pengurus Muhammadiyah, juga ada dari tokoh nasional dan para akademisi.
BACA JUGA: Basarah: Demokrasi Pancasila Harus Menyatukan Bangsa
Mendapat undangan dari generasi muda Muhammadiyah, HNW merespon dengan baik. Pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu menyanggupi hadir dalam acara yang digelar di kota pahlawan itu.
Kepada mereka, dirinya berpesan agar generasi muda yang masih mempunyai semangat tinggi dan tidak kenal lelah untuk berdisplin dalam kehidupan.
“Kita dalam setiap kegiatan harus selalu on time”, tegasnya. Sikap disiplin dan tepat waktu dikatakan membentuk jiwa yang tangguh. “Kedisiplinan berpengaruh dan terkait dengan banyak hal," ungkapnya.
Sebagai organisasi yang besar, Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor itu menginginkan agar Muhammadiyah bahu membahu dengan organisasi lain demi kebaikan bangsa dan negara.
Sebagai organisasi yang mempunyai puluhan juta anggota, diharapkan Muhammadiyah membimbing ummatnya dalam menentukan pilihan saat Pemilu.
Ini ditekankan agar Indonesia ke depan menjadi lebih baik. Diingatkan, dalam Pemilu soal kalah dan menang itu hal yang biasa, semua pilihan ada resikonya.
“Setelah Pemilu semua kembali seperti semula," ujarnya.
Semua mengakui peran organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan sangat besar dalam perjalanan sejarah bangsa. Disampaikan HNW kepada pengurus BEM PTMI, bagaimana sejarah perumusan Pancasila.
Saat merumuskan Pancasila ada tokoh-tokoh dari Muhammadiyah seperti Kasman Singodimedjo, Ki Bagus Hadikusumo, dan KH. Kahar Muzakir.
Lebih lanjut dipaparkan, bangsa Indonesia dari tanggal 22 Juni 1945 hingga 17 Agustus 1945 memiliki ideologi Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam Jakarta.
Pada 18 Agustus 1945, ada tokoh dari Indonesia timur yang keberatan dengan tujuh kata dalam Sila I Pancasila. Mereka lewat Wakil Presiden Mohammad Hatta melobby agar tujuh kata dalam Sila I dihilangkan.
“Keberatan itu akhirnya diterima oleh Panitia 9 dari kalangan umat Islam”, ujarnya.
Dari sikap tersebut, HNW menyebut tokoh-tokoh Muhammadiyah ikut menyelesaikan masalah dari sesuatu yang sudah disepakati. Dari sejarah yang ada, mendahulukan kepentingan bangsa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah, HNW berharap agar generasi muda dari organisasi yang berlambang matahari itu meneladani para pendahulu.
“Mereka menyelamatkan bangsa”, ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, HNW juga mengingatkan akan masalah globalisasi. Dia meminta agar mereka mampu berpikir dan bertindak global. Ini ditekankan agar generasi muda mampu menjawab tantangan ke depan. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hidayat Nur Wahid: Umat Islam Ikut Menyelamatkan Pancasila dan NKRI
Redaktur & Reporter : Natalia