jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Dr Hidayat Nur Wahid MA mengatakan April merupakan bulan yang istimewa bagi bangsa Indonesia, khususnya kaum perempuan.
Sebab, pada bulan April diperingati hari lahir RA Kartini, pahlawan bagi para perempuan sekaligus sosok yang menginspirasi kaum hawa untuk berjuang dan meraih mimpi seperti yang bisa dilakukan pria.
BACA JUGA: Hidayat Minta Jokowi Lakukan Ini agar Revisi UU ITE tidak Dianggap PHP
Menurut Hidayat, dalam kaitan dengan Persaudaraan Muslimah (Salimah), keberhasilan RA Kartini terjadi setelah "nyantri" kepada Kiai Sholeh Darat dari Semarang, Jawa Tengah.
Dia menjelaskan bahwa Kiai Sholeh Darat adalah guru dari KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, dan KH Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
BACA JUGA: HNW Minta Pemerintah Lebih Kreatif Agar Biaya Haji Tidak Naik
Artinya, Hidayat menjelaskan, RA Kartini dengan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari, berasal dari satu guru yang sama.
"Setelah mendapat pencerahan dari Kiai Soleh Darat, Kartini berhasil menciptakan buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang tetap melegenda hingga saat ini," katanya.
BACA JUGA: Sosialisasi Empat Pilar MPR, Syarief Hasan Ingin Santri tidak Berhenti Menuntut Ilmu
Hidayat menyampaikan itu saat saat menjadi narasumber secara daring pada acara Temu Tokoh Nasional kerja sama MPR RI dengan Persaudaraan Muslimah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Acara tersebut berlangsung di Wisma Mala'bi, Jala Pababari Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (10/4).
Selain Hidayat, acara tersebut juga menghadirkan narasumber anggota MPR RI Fraksi PKS H Akhmad Syaikhu.
Lebih lanjut Hidayat menuturkan setelah RA Kartini, tepatnya pada saat persiapan kemerdekaan, bangsa Indonesia juga mengenal sosok perempuan muslimah yang ikut berperan menata tanah air.
Menurut Hidayat, perempuan muslimah itu adalah Maria Ulfah, sarjana hukum perempuan pertama yang juga anggota ormas keagamaan Mathlaul Anwar dan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK).
"Dia berjasa memasukkan pemikiran tentang hak asasi manusia dalam UUD 1945," jelasnya.
Menurut Hidayat, awalnya usul itu sempat ditolak oleh Bung Karno dan menjadi polemik hingga menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan anggota BPUPK.
"Namun, akhirnya disetujui karena didukung oleh sebagian besar anggota BPUPK," kata Hidayat.
Kisah Kartini dan Maria Ulfah, kata Hidayat, memperlihatkan bahwa kaum muslimah juga mampu berperan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurutnya, kaum muslimah bisa berdarma bakti, asal mau belajar dan memiliki tekad menghadirkan Indonesia yang lebih baik.
"Dengan semangat seperti inilah MPR hadir untuk melestarikan sikap dan kecintaan, serta semangat perjuangan dari para pendiri bangsa," kata sosok yang karib disapa HNW itu.
Sebelumnya, Akhmad Syaikhu menyampaikan simpati dan duka mendalam atas terjadinya bencana alam di Sulawesi Barat beberapa waktu lalu.
Menyikapi musibah tersebut, Syaikhu meminta masyarakat tidak saling menyalahkan, apalagi mencari kambing hitam.
Presiden PKS itu menegaskan bahwa yang terpenting adalah saling berintrospeksi, mencari kesalahan masing masing untuk diperbaiki di masa depan.
Pada kesempatan itu, Syaikhu menegaskan bagi PKS, Empat Pilar MPR merupakan konsensus yang tidak boleh dipertentangkan atau perdebatkan.
Menurutnya, yang perlu dilakukan saat ini adalah menerapkan Empat Pilar MPR RI dalam kehidupan sehari-hari.
"Tantangan saat ini adalah terus menyosialisasikan Empat Pilar agar bisa menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia, mulai dari desa hingga ke kota. Dari raykat kecil sampai para pemimpin," kata Akhmad Syaikhu. (*/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Boy