HNW Minta Mahasiswa Muslim Mencontoh Ulama Pendiri Bangsa

Sabtu, 26 Desember 2020 – 12:47 WIB
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Foto: Humas MPR.

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Dr HM Hidayat Nur Wahid, MA mengharapkan ilmu agama yang diperoleh para mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirosat Islamiyah (STID DI) Al Hikmah  digunakan untuk membuat mereka makin cinta kepada umat bangsa dan masa depan Indonesia.

Dia mengatakan sikap yang sama pernah diteladankan oleh para ulama yang berjihad dan berjuang bersama para Bapak Bangsa lainnya untuk kemerdekaan Republik Indonesia.

BACA JUGA: HNW: Sudah Semestinya Umat Islam Menjadi Penjaga NKRI 

Hidayat menyampaikan harapan itu dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI bekerja sama dengan STID DI Al Hikmah, Kamis (24/12). 

Hidayat menjelaskan penggunaan ilmu agama secara cepat dan tepat untuk mencintai tanah air dan memperjuangkan eksistensi kemerdekaan NKRI, pernah dilakukan para ulama dan Bapak Bangsa.

BACA JUGA: Ustaz HNW: Memakmurkan Masjid Bisa Cegah Radikalisme

Dia mencontohkan seperti melawan penjajah asing Belanda maupun Jepang, bahkan dari pemberontakan PKI, DI/TII atau ketika diubah oleh Belanda jadi RIS.

Menurutnya, sebagian dari para pendiri bangsa itu seperti KH Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, KH A Sanusi, memiliki ilmu agama Islam yang sangat komprehensif yang dipelajari di pesantren-pesantren di dalam negeri.

BACA JUGA: Terancam PHK Massal, Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Mengadu ke Wakil Ketua MPR

Selain itu ada juga yang melanjutkan belajarnya hingga ke Makkah, Arab Saudi seperti KH Hasyim Asyari, KH A Dahlan, KH Wahab Hasbullah, KH Mas Manshur, KH Abdul Halim, H Agus Salim, atau  Universitas Al Azhar di Mesir seperti KH Kahar Mudzakkir dan KH Abdul Fatah Hasan. 

Selain itu, ada pula yang aktif berjuang melalui ormas Islam seperti Muhammadiyah, NU, Persis dan PUI.

Namun, ada juga yang berjuang mengamalkan ilmu mereka melalui partai politik seperti Partai Syarikat Islam, Partai Islam Indonesia, Partai Masyumi (M Natsir).

“Ilmu agama yang mereka peroleh, membuat mereka makin peduli dengan nasib umat dan bangsa, membuat mereka berani berkompromi, berjuang bersama tokoh-tokoh bangsa dari beragam latar belakang yang berbeda-beda, dan akhirnya menjadi negarawan," kata Hidayat.

Menurut Hidayat, ilmu yang diamalkan dan dakwahkan membuat mereka makin cinta kepada bangsa dan NKRI.

Maka mereka juga tak segan untuk aktif menggalang kerja sama dengan kelompok manapun dari beragam latar belakang untuk memperjuangkan dan mempertahankan Indonesia merdeka.

"Dengan Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bineka Tunggal Ika-nya,” ujarnya.

Wakil ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini berharap melalui sosialisasi Empat Pilar MPR, mahasiswa STID DI Al Hikmah dapat mengambil pelajaran, sejarah dari para tokoh-tokoh  tersebut.


"Dari sejarah yang telah ditunjukkan dan diwariskan oleh para ulama yang juga Bapak Bangsa itu, saya berharap semua bisa mengambil hikmah untuk melanjutkan perjuangan mereka, menjaga warisan mereka agar tidak keluar dari cita-cita dan ideologi yang sebenarnya," jelas Hidayat.


Menurutnya, hal itu sangat penting dilakukan supaya negeri ini dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya dengan segala kemajuan yang telah dicapai.

"Supaya Indonesia dapat kita wariskan kepada generasi berikutnya dengan segala kemajuannya tetapi tetap dalam ideologi dan cita-cita yang telah mereka wariskan, yang kami di MPR menyebutnya sebagai 4 Pilar MPR RI,” paparnya. 

Sosok yang karib disapa HNW itu menambahkan untuk mencintai dan menyukseskan visi Indonesia ke depan, para mahasiswa perlu mempunyai bekal yang cukup.

Dia menyebut bekal itu adalah memahami secara utuh sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yang di dalamnya ada kontribusi nyata para ulama baik dari ormas maupun orpol.

Selain itu, kata dia, juga memahami dengan benar cita-cita dan dasar-dasar bernegara yakni Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bineka Tunggal Ika.

Menurutnya, hal ini sejalan dengan beberapa kaidah yang sering dipelajari dan jadi rujukan di pesantren maupun PTI yakni kaidah Al-hukmu ‘alasyaai’i far’un ‘an tashawwurihi.


“Kaidah itu bermakna hukum, kriteria atau kualifikasi yang kita nyatakan sangat tergantung dengan persepsi dan pemahaman terhadap sesuatu yang kita akan hukumi tersebut," ujar HNW.

Artinya, HNW melanjutkan, pemahaman yang utuh terhadap Indonesia merupakan syarat yang diutamakan untuk membangun persepsi konstruktif bangsa dan mahasiswa Muslim tentang bagaiamana mestinya mereka mengamalkan ilmu, berbakti dan berjuang untuk umat bangsa dan NKRI.

"Sebagaimana telah dicontohkan oleh para ulaama yang sekaligus Bapak-Bapak Bangsa tersebut,” ungkapnya. 

HNW menantang para mahasiswa Muslim untuk terus melanjutkan perjuangan para pemuda Muslim pendiri bangsa di masa lalu yang telah menciptakan Indonesia merdeka. 

“Sekarang yang harus dipikirkan adalah sejarah apa yang ingin kalian buat untuk Indonesia, tentunya tetap dalam koridor yang telah disepakati oleh pendiri bangsa,” pungkasnya. (*/jpnn)

 

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler