jpnn.com, PEKANBARU - Wakil Ketua MPR DR. Hidayat Nur Wahid Sabtu (21/10/2017), berada di tengah-tengah keluarga besar Mathla'ul Anwar Provinsi Riau di Pekanbaru.
Kehadiran HIdayat Nur Wahid di tengah sekitar 400 pengurus Mathla'ul Anwar se-Provinasi Riau yang berkumpul di Mahligai Ballroom Hotel Aryaduta Kota Pekanbaru itu dalam rangka menyampaikan materi Empat Pilar MPR RI. Keempat Pilar MPR itu adalah Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara dan Ketetapan MPR, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.
BACA JUGA: Tingkat Pendidikan Indonesia Anjlok, Kini di Bawah Malaysia
Sebagai pemateri, Hidayat Nur Wahid tidak sendiri. Dia didampingi oleh anggota MPR dari Fraksi Partai Keadilan Sosial Dr. H. Mardani Ali Sera. Acara ini dipandu oleh H. Ayat Cahyati, Wakil Wali Kota Pekanbaru.
Hidayat Nur Wahid dalam kesempatan itu menegaskan bahwa sosialisasi Empat Pilar menjadi penting agar rakyat Indonesia mengetahui ideologi negaranya. Karena tidak ada satu negara di dunia yang rakyatnya tidak mengetahui ideologi negaranya.
BACA JUGA: Generasi Muda Harus Kenal Indonesia Dengan Baik
"Kalau rakyat tidak mengetahui ideologi negaranya bagaimana jadinya negara ini,” tegas Hidayat Nur Wahid.
Pancasila sebagai dasar negara, menurut Hidayat Nur Wahid, adalah tata nilai yang sesungguhnya menghadirkan keterlibatan berbagai pihak. Jadi, dengan keberadaan Pancasila kita akan mengenal betul ke-Indonesia-an kita dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.
BACA JUGA: Wakil Ketua MPR: Yang Anti-Pancasila, Sikat!
"Jadi, Pancasila menjadi penting untuk mengokohkan kita sebagai bangsanya," ungkap Ketua MPR RI periode 2004-2009 ini.
Tapi, kata Hidayat Nur Wahid, kalau sila-sila Pancasila dijabarkan maka akan semakin kelihatan bahwa makna yang terkandung di dalamnya tidak jauh dari yang diperjuangkan oleh para tokoh Islam Indonesia. Dan, sila-sila Pancasila memberi ruang pada umat beragama untuk melaksanakan ajaran-ajarannya.
Maka, kata Hidayat Nur Wahid, sila-sila Pancasila bisa dijadikan alat untuk melaksanakan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai keislaman dengan baik dan benar. Termasuk menangkal segala bentuk narkoba, radikalisme, dan tak terkecuali ajaran komunisme. "Komunis adalah radikalisme yang paling radikal," ungkap Hidayat Nur Wahid.
Pada awal ceramahnya, Hidayat Nur Wahid menjelaskan, peran tokoh Islam dalam memperjuangkan berdirinya negara Republik Indonesia ini. Termasuk juga peran para komponi muslim dalam menciptakan lagu-lagu perjuangan dalam mengobarkan semangat para pejuang.
Hidayat Nur Wahid lalu menunjuk contoh Wage Rudorf Supratman dan Habib Muntaha. WR Supratman adakan komponis muslim yang mujahid. Nama Wage Rudorf untuk pemcipta Lagu Indonesia Raya ini diberikan oleh keluarganya agar terasa kebarat-baratan. Sedangkan Muntaha adalah pencipta lagu "Hari Merdeka" dan lagu “Syukur.”(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahyudin: Kita Masih Terjebak Masalah Rumit
Redaktur : Tim Redaksi