Mahyudin: Kita Masih Terjebak Masalah Rumit

Kamis, 19 Oktober 2017 – 14:30 WIB
Mahyudin. Foto: Humas MPR

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Mahyudin mengutip pidato Bung Karno saat di depan anggota BPUPKI, 1 Juni 1945. Dalam kutipan itu dikatakan bahwa untuk merdeka tak perlu harus mengurus masalah-masalah yang rumit terlebih dahulu.

Bung Karno pun dalam kesempatan itu mencontohkan beberapa negara yang rakyatnya masih memprihatinkan namun tetap memerdekakan diri.

BACA JUGA: Fraksi Golkar MPR Gelar Seminar Revitalisasi Pancasila

"Oleh karena itu kita harus merdeka sekarang juga," ujar Mahyudin saat memberi sambutan pada Seminar Nasional Fraksi Partai Golkar MPR dengan tema Revitalisasi Ideologi Pancasila Sebagai Landasan Perjuangan Partai Golkar", Jakarta, Kamis (19/10).

Merdeka disebut sebagai jembatan emas untuk mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka. "Sekarang saatnya mencerdaskan dan menyejahterakan rakyat," paparnya.

BACA JUGA: Mahyudin Menyambangi Ponpes Al Falah Abu Lam U di Aceh Besar

Mahyudin mengakui, meski kondisi Indonesia saat ini lebih baik namun di beberapa daerah masih ada anak-anak sekolah yang tak memakai sepatu, masih ada daerah yang belum ada listrik, dan ada pula daerah yang belum mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. "Ini tantangan kebangsaan kita," ujarnya.

Mahyudin dalam kesempatan tersebut memaparkan hasil survei dari Bank Dunia bahwa dalam segi pendidikan, bangsa ini tertinggal 75 tahun dengan negara lain. "Jadi perlu waktu 75 tahun untuk mengejar dan menyejajarkan diri dengan negara lain," paparnya.

BACA JUGA: Kejutan Wakil Ketua MPR Mahyudin Kepada Mahasiswa Unsyiah

Melihat kondisi demikian, menurut Mahyudin, kita malah membicarakan masalah-masalah yang njlimet, tak substantif. "Kami masih memperbincangkan mengenai sekolah lima hari atau enam hari. Harusnya kita membicarakan mengenai fasilitas pendidikan anak bangsa," tegasnya.

Di hadapan ratusan mahasiswa dan kader Partai Golkar, Mahyudin memaparkan kembali pidato Bung Karno. Dia mengatakan, para pendiri bangsa membentuk bangsa dan negara ini untuk semua. "Dan memilih Pancasila sebagai dasar demokrasi," paparnya.

Dirinya mengkritik sistem pemilihan langsung. "Pemilihan langsung tak cocok dengan Pancasila," ungkapnya. "Dengan pemilihan langsung ada kelompok masyarakat yang tak terwakili," Mahyudin memberi alasan. Dipaparkan Pancasila mendorong kita untuk bermusyawarah dan bermufakat.

Tak hanya soal Pemilu yang disorot Mahyudin, dalam soal ekonomi pun dikritisi. "Sistem ekonomi kita sudah mengarah ke liberal," ungkapnya.

Dia menegaskan bahwa sistem ekonomi kita berlandaskan Pancasila. "Golkar sudah merancang negara kita dalam usianya yang ke-100 pada 2045 mendatang menjadi negara kesejahteraan, " kata Mahyudin.

Untuk itu dirinya mengharap seminar itu bisa melahirkan ide yang bisa dilaksanakan. "Serta menjadikan Pancasila menjadi perilaku sehari-hari," ucapnya. "Kita menaruh harapan pada Golkar untuk memperjuangkan Pancasila sebagai perilaku masyarakat Indonesia," pungkasnya. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lemkaji MPR: DPD Perlu Diperkuat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
MPR  

Terpopuler