HNW Paparkan Peluang dan Tantangan Pengembangan Madrasah Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 26 Juli 2023 – 22:30 WIB
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (tengah) bersama Ketua PCNU Jakarta Pusat KH Syaifuddi hadir dalam acara Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi) , Selasa (25/7). Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menyampaikan semua pihak harus mengawal dukungan konkret bagi reformasi pendidikan dengan memperhatikan pendidikan keagamaan, termasuk lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah dan pesantren.

Hal ini disampaikannya saat menghadiri acara diskusi 'Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi)' bersama Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta dan ratusan guru serta pengelola Madrasah se-Jakarta Pusat, Selasa (25/7).

BACA JUGA: Bicara di Acara NGOPI, HNW Ungkap Peluang dan Tantangan Pendidikan Islam di Indonesia

Diskusi tersebut makin hangat karena hadir juga Ketua PCNU Jakarta Pusat KH Syaifuddin yang fasih dalam mensiasati tantangan untuk menghadirkan gagasan soal pengembangan madrasah dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Hidayat mengungkapkan berada di era reformasi yang salah satu spiritnya adalah dukungan konkret bagi reformasi pendidikan dengan memperhatikan pendidikan keagamaan, termasuk madrasah dan pesantren.

BACA JUGA: Nobar Wayang Kulit Lakon Bimo Bangkit, HNW Apresiasi Keterlibatan Generasi Milenial

"Semua pihak harusnya mengawal agar dukungan ini terus berlanjut atau bahkan semakin meningkat hingga nanti 100 tahun Indonesia merdeka,” ujar HNW yang akrab disapa.

Anggota Komisi VIII DPR itu menyampaikan sebelum era reformasi, terminologi 'madrasah' tidak disebutkan dalam undang-undang.

Dampaknya, belum ada dukungan nyata negara khususnya dari segi legalitas formal dan anggaran untuk peningkatan mutu dan eksistensi pendidikan melalui lembaga madrasah.

Frasa 'madrasah' baru diakui di era reformasi, tepatnya melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Unsur pendidikan Islam yang juga menjadi nilai yang ada dalam agama-agama lainnya, yakni meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia, sebelum reformasi juga merupakan sesuatu yang tidak ditemukan dalam produk hukum apa pun.

Namun setelah hadirnya era reformasi, ketiga unsur penting pendidikan tersebut masuk sebagai tujuan pendidikan nasional dalam Pasal 31 ayat (3) UUD 1945.

Dalam konteks memajukan pendidikan, agama pun juga dipentingkan, sebagaimana termaktub dalam Pasal 31 ayat (5) UUD 1945.

“Kita bersyukur konstitusi Indonesia sejak di era reformasi ini membuka peluang besar untuk juga hadirnya pendidikan agama (Islam) yang unggul dan berkualitas," ujarnya.

Meski di tataran teknis kebijakan, lanjut HNW, ada PR yang terus diperjuangkan, khususnya terkait keadilan alokasi anggaran antara pendidikan keagamaan dengan pendidikan umum yang hingga kini masih sangat timpang.

"Era reformasi ini juga menampilkan fakta berulang bahwa madrasah juga bisa menjadi lembaga pendidikan tingkat nasional yang sangat berkualitas," tegasnya.

HNW mencontohkan selalu tampilnya Madrasah Aliah Negeri (MAN) Insan Cendekia Serpong sebagai sekolah yang sangat diunggulkan sebagai bukti.

Bahkan 2022, MAN Insan Cendekia Serpong menjadi rangking satu secara nasional.

"Maka sangat dipentingkan peran serta para guru madrasah tampil percaya diri untuk bisa menjadi penggerak dan teladan," kata politikus senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Tujuannya, lanjut HNW, agar bonus demografi menuju generasi Indonesia Emas nanti akan menjadi positif, bukan yang negatif karena salah dasar dan salah arah dalam berpendidikan.

"Apalagi menuju tahun 2045 tantangan-tantangan dalam dunia pendidikan. termasuk pendidikan Islam, memang banyak dan kompleks juga,” ungkapnya.

Ketua PCNU Jakarta Pusat yang akrab disapa Gus Syaifuddin menambahkan Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dan diproyeksikan berada di peringkat lima besar ekonomi dunia pada 5-10 tahun mendatang.

Karena itu, kata Gus Syaifuddin, pendidikan Islam termasuk madrasah harus sukses menghadirkan peserta didik yang berorientasi global dengan tetap mempertahankan prinsip keislaman dan keindonesiaan sehingga bisa terlibat dalam segala bidang yang mendukung kemajuan Indonesia.

“Kunci lainnya adalah menghadirkan persatuan antarpemangku kepentingan pendidikan Islam," kata Gus Syaifuddin.

Menurutnya, forum diskusi seperti Ngopi yang digagas Hidayat Nur Wahid merupakan momentum penting penguatan soliditas dan kualitas, khususnya di kalangan unsur madrasah di Jakarta.

Kegiatan 'Ngopi' kali ini dibuka Kabid Pendidikan Madrasah Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta Slamet Abadi dengan menghadirkan Suprananto sebagai narasumber akademisi kurikulum pendidikan.

Ratusan guru dan tenaga kependidikan madrasah se-Jakarta Pusat juga hadir pada acara tersebut, termasuk Supadi sebagai pemandu diskusi. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler