jpnn.com, JAKARTA TIMUR - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dan pengamat politik Rocky Gerung tampil bersama sebagai narasumber dalam dialog kebangsaan yang merupakan rangkaian acara milad XXI Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Sabtu (29/7).
Dialog kebangsaan yang mengangkat tema 'Peran Dai Perekat Umat Menuju Pemilu 2024 yang Beradab’ menghadirkan Sekjen MUI Amirsyah Tambunan juga sebagai narasumber.
BACA JUGA: HNW Paparkan Peluang dan Tantangan Pengembangan Madrasah Menuju Indonesia Emas 2045
Hidayat mengaku tampil bersama Rocky Gerung tokoh nonmuslim bukan kali pertama.
Politikus senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu sudah biasa menjadi narasumber dialog berdampingan dengan berbagai tokoh dari beragam agama, kelompok, dan ormas.
BACA JUGA: Nobar Wayang Kulit Lakon Bimo Bangkit, HNW Apresiasi Keterlibatan Generasi Milenial
“Sudah biasa berdampingan dengan berbagai tokoh dari lintas agama," ujar HNW yang akrab disapa.
Alumnus Pondok Pesantaren Gontor itu menyebutkan pekan lalu mengadakan temu tokoh nasional di Manado, Sulawesi Utara.
Dalam acara itu, kata HNW, hadir banyak pendeta dari perwakilan beragam gereja di samping tokoh-tokoh umat Islam sendiri.
Menurut HNW, pertemuan lintas agama disebut tradisi yang sudah biasa dia lakukan dan terus dilanjutkan oleh ormas maupun partai Islam.
”Hal demikian menunjukan bahwa umat Islam dari sejak dulu seperti pada zaman perjuangan kemerdekaan adalah umat yang terbuka, membuka diri, dan siap bekerja sama dengan siapapun untuk kemaslahatan bangsa dan negara," tegas HNW.
Dari berbagai macam pertemuan, HNW berharap agar umat Islam jangan sampai disekat, dipecah, apalagi distigma tidak toleran, tidak bisa berdialog, dengan kelompok manapun.
“Hari ini Ikadi dan umat Islam membuktikan kembali bahwa ada relasi yang positif dan konstruktif antara umat Islam dan umat dari agama yang lain, dan ada hubungan historis konstruktif antara Umat Islam dengan bangsa dan negara Indonesia,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, HNW bersyukur Ikadi telah berusia 21 tahun.
Ikadi eksis selama 21 tahun, menurut HNW, karena adanya jaminan hak berserikat dan berkumpul yang ada dalam UUD 1945.
Pria asal Klaten, Jawa Tengah itu berharap agar Ikadi dalam usianya yang terbilang masih muda terus berkirpah dan berdakwah menyebarkan Islam sesuai visi organisasi para dai tersebut, yakni ‘rahmatan nil’alamin dalam bingkai NKRI.
"Sehingga bisa terus menegaskan bahwa antara Islam dan negara, terhubung dengan sangat baik dan positif, maka jangan didikotomi apalagi diadudomba," tegasnya.
HNW mengatakan semangat yang demikian harus sering didialogkan untuk menjadi perekat umat yang selanjutnya bisa menghadirkan perilaku yang beradab untuk menyambut Pemilu 2024.
“Saya kira tema yang diambil dalam dialog kebangsaan ini sangat baik dan penting untuk disuarakan," ujar HNW.
HNW yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Madinah, Saudi Arabia itu mendorong Ikadi menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang terus menyegarkan ingatan bahwa Indonesia merdeka karena adanya kebersamaan dari ormas dan partai Islam bersama ormas non-Islam, dan kelompok kebangsaan lainnya.
“Pada masa itu NU, Muhammadiyah, PUI, Partai Syarikat Islam, Masyumi dan lain-lain berkolaborasi positif bersama kelompok-kelompok pejuang yang lain bersama-sama berjuang memerdekakan Indonesia, dan mempertahanakan Indonesia Merdeka,” bebernya.
Kebersamaan ini menurut HNW jangan dipecahbelah atau dinegasikan agar bangsa ini mempunyai ingatan kolektif yang konstruktif.
Tujuannya agar generasi berikut dapat berperilaku yang beradab untuk bisa menghadirkan Pemilu 2024 yang bisa melanjutkan cita-cita kemerdekaan serta menghasilkan pemimpin yang berkualitas menuju Indonesia Emas.
HNW berharap Ikadi dalam berdakwah harus bisa mencerahkan umat agar memahami betul bahwa Indonesia adalah warisan perjuangan bersama antartokoh umat dan tokoh bangsa.
Dia juga meminta agar Ikadi dan umat Islam tidak termakan isu sekularistik.
Isu yang dimaksud adalah adanya dorongan agar umat Islam tidak membawa agama dalam politik dengan alasan sebagaimana dimunculkan lada zaman kolonial, yaitu Islam itu bersih dan politik kotor sehingga umat muslim antipolitik.
"Hal demikian itu selain merupakan propaganda kolonialis Belanda, juga satu hal yang tidak sesuai dengan apa yang telah dipraktikkan dan dicontohkan oleh bapak dan ibu bangsa ini yang menerima dengan baik peran kiai, ulama, dan ormas Islam dan parpol Islam, berjuang bersama menghadirkan Indonesia Merdeka dengan Pancasila, UUD 45 serta NKRI," papar HNW. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi