jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) kembali menyinggung soal kemerdekaan Palestina dalam keterangannya yang disampaikan dalam rangka Milad ke-50 ormas dan pesantren Hidayatullah yang digelar secara virtual.
Dalam pemaparannya HNW terlebih dahulu mengingatkan agar pesantren dan ormas-ormas Islam melanjutkan kontribusi dalam membangun peradaban Indonesia.
BACA JUGA: Banyak Warga Papua Belum Mau Melakukannya, Danrem 174/ATW Lakukan ini
Dia menilai ulama, pesantren, dan ormas-ormas Islam sejak dahulu memiliki peran historis dalam membangun dan mewujudkan peradaban bangsa Indonesia merdeka.
"Lahir dan merdekanya Indonesia tidak terlepas dari peranan para ulama, pesantren, dan ormas-ormas Islam."
BACA JUGA: Pemerintah Sebaiknya Beri Beasiswa Bagi Anak yang Yatim Piatu Akibat COVID-19
"Karena itu sudah sewajarnya ormas-ormas Islam dan pesantren menjadi pelanjut kiprah mereka dalam memberikan sumbangsih terbaik bagi kemajuan peradaban Indonesia dan masyarakat dunia," ujar HNW dalam keterangannya di Jakarta, Senin (9/8).
Dia mengingatkan kembali peran para ulama, pesantren dan ormas Islam yang telah lama hadir berkiprah di Nusantara seperti Pondok Pesantren Sidogiri yang berdiri sejak tahun 1745.
BACA JUGA: Umumkan Perpanjangan PPKM, Luhut: Kita Semua Lelah, Jangan Sia-siakan
Kemudian peran Syaikhona Cholil Bangkalan yang menjadi guru bangsa, Hasyim Asy’ari yang mendirikan Nahdlatul Ulama (1926) dan Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah (1912).
Karena itu menurut dia, wajar jika peran dan sejarah emas tersebut melahirkan situasi kondusif bagi penerimaan publik terhadap pesantren, dakwah dan ormas yang berakidah 'ahlussunnah wal jamaah'.
"Termasuk juga memudahkan jalan bagi lahir dan diterimanya lembaga pesantren dan ormas Hidayatullah di tengah masyarakat yang terus berkembang kiprahnya hingga berusia 50 tahun serta mempunyai lebih dari 600 cabang di seluruh Indonesia," ujarnya.
HNW menggarisbawahi kontribusi umat Islam di Indonesia bagi peradaban dunia, terutama dengan pembelaan terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina dan penolakan terhadap penjajahan Israel.
Hal itu menurut dia termaktub dalam alinea I Piagam Jakarta, tercatat bahwa Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Hasbullah menegaskan dukungan bagi perjuangan mujahidin Palestina dengan doa maupun dana.
"Dukungan bagi Palestina itu jauh sebelum Indonesia merdeka, sebagaimana tercatat pada Muktamar Nahdlatul Ulama ke-13 di Menes, Pandeglang, Banten, pada 12-15 Juli 1938," katanya.
Selain itu dia juga menyampaikan dukungan atas kiprah Hidayatullah untuk hadirnya terobosan-terobosan baru dalam bidang dakwah dan tarbiyah, yang selama ini sudah dijalankan lembaga tersebut untuk terwujudnya perbaikan peradaban di Indonesia maupun dunia.
Hal tersebut menurut dia antara lain karakter surat-surat Makkiyyah di dalam Al Quran yang dirujuk oleh Hidayatullah, yang salah satu ciri khasnya adalah mempergunakan ungkapan umum yang menandakan bahwa ajaran-ajaran Islam itu diperuntukkan bagi seluruh umat manusia.
"Tetapi juga pentingnya melanjutkan dengan karakter surat-surat Madaniyyah yang membahas etika interaksi di antara warga bangsa yang majemuk seperti warga kota Madinah di awal hijrahnya Rasulullah SAW," tuturnya.
HNW menilai karakter ajaran Al-Qur'an tersebut sejatinya bukan untuk membagi-bagi dan memecah belah umat manusia namun justru menjadi panduan berinteraksi yang ideal bagi seluruh umat manusia sesuai golongannya.(Antara/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang