Hoaks System Cleaners Kian Masif, Jutaan Orang Tertipu

Rabu, 03 Juli 2019 – 23:36 WIB
Ilustrasi serangan ke komputer. Foto: pixabay

jpnn.com - Tim keamanan Kaspersky melaporkan, terjadi peningkatan dua kali lipat dalam jumlah pengguna yang terserang melalui sistem pembersih palsu.

Program penipuan dirancang untuk mengelabui pengguna agar membayar sejumlah yang diduga untuk biaya perbaikan komputer.

BACA JUGA: Bareskrim Bekuk Simpatisan FPI Penebar Hoaks dan Ujaran Kebencian

Jumlah pengguna yang terkena serangan mencapai 1.456.219 pada paruh pertama 2019, dibandingkan periode yang sama pada 2018, hanya 747.322 pengguna. Selama waktu ini, beberapa serangan menjadi lebih canggih dan berbahaya.

Banyak pengguna merasa perangkat PC-nya berjalan lambat, akhirnya memilih untuk mencari alat atau aplikasi untuk menjadi solusinya. Sayangnya, banyak solusi palsu yang dikembangkan oleh para pelaku penipuan agar meyakinkan pengguna bahwa komputer mereka dalam bahaya, misalnya kelebihan memori dan harus segera dibersihkan.

BACA JUGA: Ingat ya, Satu Informasi Hoaks Bisa Menyebar ke 20 Ribu Netizen di Medsos

Pelaku kemudian menawarkan layanan seperti pembersihan sebagai imbalan untuk pembayaran. Kaspersky mendefinisikan dan mendeteksi program tersebut sebagai ‘hoax system cleaners’.

“Kami telah menyaksikan bagaimana fenomena 'hoax cleaners' telah berkembang selama beberapa tahun terakhir dan ini merupakan ancaman yang aneh. Di satu sisi, banyak contoh yang kami lihat menyebar lebih luas dan menjadi lebih mengancam, berkembang dari skema 'penipuan' sederhana menjadi malware yang berfungsi sepenuhnya dan berbahaya," kata Peneliti Keamanan Kaspersky, Artemiy Ovchinnikov.

BACA JUGA: Perangi Hoaks, WhatsApp Siap Bawa Pengguna Nakal ke Jalur Hukum

Setelah menerima izin dan pembayaran dari pengguna, pelaku penipuan memasang sebuah program palsu yang mengklaim untuk membersihkan PC, tetapi yang kerap terjadi adalah program justru tidak berbuat apapun hingga menginstal adware.

"Di sisi lain, mereka begitu luas dan tampaknya tidak merugikan, sehingga jauh lebih mudah bagi mereka untuk menipu pengguna agar membayar layanan, daripada menakuti mereka dengan screen blocker ataupun malware yang tidak diinginkan lainnya. Namun, kedua metode ini terbukti menunjukkan hasil yang sama yaitu para pengguna kehilangan uang mereka,” imbuh dia.

Mirisnya praktik seperti ini semakin meningkat, para pelaku kejahatan siber akhirnya banyak menggunakan pemasangan pembersih palsu untuk mengunduh atau menyamarkan malware seperti Trojan atau ransomware.

Negara-negara yang paling terkena dampak serangan dengan pembersih palsu pada paruh pertama 2019 diduduki oleh Jepang dengan 12 persen pengguna yang terkena dampak, diikuti Jerman (10%), Belarus (10%), Italia (10%) dan Brasil (9%). (mg8/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Charles PDIP Ingatkan Barisan Pendukung Prabowo Berpikir Waras soal Beda Kritik & Hoaks


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler