Berdasarkan hasil analisa gigi komprehensif pertama yang dilakukan, manusia purba kerdil- yang sisa-sisa jasadnya ditemukan di pulau Flores, Indonesia -berkembang dari Homo Erectus berbadan besar di Asia.

Studi ini menunjukkan, Homo floresiensis- alias 'hobbit' -mengalami penyusutan tubuh karena apa yang dikenal sebagai "dwarfism insular" atau "efek mendiami pulau terpencil", yang terjadi ketika populasi berkembang dalam lingkungan terbatas , tempat di mana sumber daya ditemukan lebih sedikit dan luas wilayah berukuran lebih kecil.

BACA JUGA: WNI Kini Bisa Ajukan Visa ‘Multiple Entry’ 3 Tahun ke Australia

Bahkan mungkin, masih ada sejumlah ‘hobbit’ di antara populasi manusia saat ini.

"Awal manusia moderen bisa bercampur (kawin) dengan Homo erectus Asia pada skala kecil," kata pemimpin studi, Profesor Yousuke Kaifu, dari Museum Nasional Alam dan Ilmu, di Tokyo.

BACA JUGA: Australia harus Berhenti Sepelekan Pelajaran Matematika


Analisis gigi mengindikasikan bahwa ‘hobbit’ bukanlah manusia modern dengan ukuran yang lebih kecil. (Foto: Yousuke Kaifu)

Dalam studi tersebut, Dr Yousuke dan rekan-rekannya membandingkan gigi Homo floresiensis dengan 490 fosil Homo sapiens, serta berbagai manusia purba yang sekarang punah.

BACA JUGA: 90 Ribu Pemilik Kendaraan VW di Australia Ajukan Class Action

Hasil penelitian menunjukkan, gigi manusia purba sebagian primitif dan sebagian lagi moderen.

Gigi tersebut tentu tak sama dengan manusia dari spesies saat ini, yang meniadakan teori bahwa ‘hobbit’ adalah manusia modern yang tak sempurna bentuknya dan bukanlah spesies baru. Gigi itu juga tak setara dengan spesies manusia di masa-masa awal, seperti Australopithecus dan Homo habilis.

Sebaliknya, tampaknya ada garis keturunan manusia yang terkait-hobbit, berbeda dari orang-orang di Afrika, yang berkembang di Asia dan menyebar ke daerah lain.Spesies klasik lain dari Homo erectus Asia dikenal dengan nama ‘Java Man’ (orang Jawa) dan ‘Peking Man’ (orang Peking).

Menurut para peneliti, gigi dan tengkorak ‘hobbit’ paling mirip dengan spesies ‘Java Man’. Apa yang luar biasa adalah bahwa hal itu berarti, hobbit- selama periode yang relatif singkat –menyusut ukuran tubuhnya dari sekitar 1,5 meter menjadi satu meter saja, sementara ukuran otak mereka menyusut lebih dari setengahnya, dari sekitar 820 gram menjadi hanya 390 gram .

Banyak misteri seputar ‘hobbit’

Para hobbit hidup dalam periode yang cukup lama.

"Ada alat-alat batu setua 1 juta tahun yang lalu di Flores," kata Dr Yousuke, seraya menambahkan bahwa analisis lebih lanjut dari hal itu bisa mengarah ke titik terang tentang kapan kemunculan 'hobbit' untuk pertama kali di pulau itu.

Diyakini, hobbit punah sekitar 13.000 tahun yang lalu, namun nasib mereka se-misterius spesies ‘Neanderthal’.

"Saya pikir, sangat mungkin bahwa mereka bertemu dengan manusia moderen awal, yang datang dari Afrika ke Australia sekitar 50.000 tahun yang lalu," kata Dr Yousuke.

Meski demikian, apa yang terjadi pada saat itu masih belum jelas. Apakah spesies kita menghapus hobbit, melalui genosida atau penyakit, atau mereka justru berdamai bukannya berperang, sehingga gen mereka terserap begitu saja ke dalam populasi jauh Homo sapiens yang jauh lebih besar?

Penelitian di masa depan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Sementara itu, peneliti lain terus menebak teka-teki atas hobbit dan penemuan-penemuan terbaru ini.

Dr María Martinon-Torres, seorang antropolog di University College London, tetap bingung akan gigi manusia purba . Taring mereka memiliki bentuk asimetris bila dilihat dari luar, sementara geraham mereka relatif pendek dan hanya memiliki empat katup. Kebanyakan manusia primitif memiliki lima katup.

Hobbit "benar-benar berbeda dari apa yang saya pelajari sebelumnya. Saya setuju bahwa mereka tak hanya bisa dilihat sebagai manusia awal versi diperkecil."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Pesta Disko Sehat Bagi Anda Clubber Sejati

Berita Terkait