KAIRO - Aksi demonstran menuntut mundurnya Presiden Mesir Hosni Mubarak tidak surut kemarin (4/2)Meskipun mendapat serangan dari kelompok pro-Mubarak saat berunjuk rasa di Lapangan Tahrir, Kairo, pada Rabu (2/2) dan Kamis lalu (3/2), massa tetap menyuarakan aspirasi dan sikap mereka.
Puluhan ribu orang membanjiri Lapangan Tahrir, lokasi utama demo anti-Mubarak sejak Selasa lalu (25/1)
BACA JUGA: Identitas Imanda Dilacak ke Australia
Di lokasi itu, massa melakukan salat Jumat untuk berdoa bagi kejatuhan Mubarak"Turun, Mubarak
BACA JUGA: Mulai Dipulangkan ke Daerah
Dia harus turun," teriak massa setelah selesai salat JumatMubarak justru bergeming
BACA JUGA: Dana Kunjungan Paus Dipertanyakan Parlemen
Presiden yang terlama berkuasa dalam sejarah Mesir itu menyatakan bahwa dirinya sebetulnya sangat ingin meninggalkan kursi kepresidenanTetapi, dia justru khawatir akan terjadi kekacauan atau chaos di Mesir dirinya mundur saat ini.Pernyataan tersebut disampaikan Mubarak dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi AS, ABC News, kemarin"Saya sudah jemu menjadi presiden dan ingin meninggalkan kursi sekarangTetapi, saya tidak bisa melakukannyaSaya takut negeri ini akan tenggelam dalam kekacauan parah," tutur Mubarak saat diwawancarai Christiane Amanpour dari ABC News.
Secara terpisah, Wakil Presiden (Wapres) Omar Suleiman yang baru dilantik juga menyatakan dalam wawancara dengan Amanpour bahwa dirinya tidak yakin kelompok pro-pemerintah telah menewaskan pengunjuk rasa dalam bentrok di Lapangan Tahrir: "Mereka (kelompok pro-pemerintah) bertindak atau berperilaku tidak sampai brutal," katanya.
Ketika ditanya soal penembakan terhadap massa pengunjuk rasa yang berkumpul di Lapangan Tahrir, Suleiman menjawab"Tidak ada yang matiTidak seorang pun tewas oleh senapan atau penembak tepatSama sekali tidak ada," tepisnya.
Mubarak bertekad untuk tidak mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden pada September nantiSaat ini dia mendapat tekanan AS dan Barat supaya segera mundur setelah sepuluh hari unjuk rasa untuk menentang 30 tahun kekuasaannya.
Tetapi, Mubarak mengaku telah memberitahu Presiden AS Barack Obama soal sikapnya"Anda tidak mengerti kultur rakyat Mesir dan apa yang akan terjadi seandainya saya mundur sekarang," ungkap Mubarak kepada ABC News soal pembicaraannya dengan Obama.
Pengganti Anwar Sadat itu juga menyebut bahwa pemerintahannya tidak bertanggung jawab terhadap kekerasan terhadap demonstran di Lapangan TahrirSebaliknya, dia menyalahkan kubu oposisi Ikhwanul MusliminBentrok antara pendukung Mubarak dan demonstran pada Rabu dan Kamis lalu menewaskan sedikitnya 13 orangSelain itu, 836 orang terluka.
"Saya sangat sedih atas kejadian kemarin (bentrok pada Rabu dan Kamis lalu, Red)Saya tidak ingin melihat rakyat Mesir saling berkelahi," ujar Mubarak dalam wawancara selama 30 menit tersebut.
Amanpour pun mengungkapkan perasaan Mubarak atas insiden itu"Dia bilang kepada saya bahwa dia merasa sumpek dengan kekerasan yang dilihatnya di Lapangan TahrirTetapi, pemerintahnya sama sekali tidak bertanggung jawab," tutur Amanpour.
Wawancara tersebut terjadi di reception room istana kepresidenan, Kairo, dengan penjagaan ketat tentaraSaat itu Mubarak duduk didampingi putra keduanya yang sempat dikabarkan sebagai calon penggantinya, Gamal Mubarak"Saya tidak pernah bermaksud untuk mencalonkan diri kembali (dalam pilpres)Saya juga tidak pernah bermaksud untuk menjadikan Gamal sebagai presiden pengganti saya," ungkap Mubarak.
Kepada Amanpour, tokoh 82 tahun itu menyatakan bahwa dirinya merasa lega setelah berpidato melalui televisi dan disiarkan secara nasional pada Jumat lalu (28/1)Saat itu, Mubarak mengumumkan tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden Mesir untuk periode enam tahun mendatang
"Saya tidak peduli apa perkataan orang tentang sayaSaat ini saya hanya peduli dengan negeri sayaSaya sangat peduli kepada Mesir," papar Mubarak.
Ditanya Amanpour bagaimana perasaannya saat ini, pemimpin veteran itu menjawab"Saya merasa kuat dan sehatSaya tidak akan mencalonkan diri lagi (dalam pilpres)Tetapi, saya tak akan meninggalkan MesirSaya akan mati di negeri ini," jawabnya.
Sebelumnya, mengutip para pejabat pemerintahan Presiden Barack Obama, koran The New York Times menulis Kamis malam lalu bahwa saat ini AS sedang mendiskusikan sebuah rencana dengan para pejabat Mesir agar Presiden Hosni Mubarak segera mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan transisi.
Laporan tersebut juga mengungkapkan rencana pembentukan pemerintahan sementara (interim) yang dipimpin Omar SuleimanRencana itu diambil untuk mendapat dukungan dari militer Mesir.
Gedung Putih langsung membantah ide tersebut sedang dipertimbangkanKendati begitu, tidak ada bantahan atau konfirmasi atas laporan The New York Times tersebut.
Saat dikontak Agence France-Presse (AFP), juru bicara Gedung Putih Tommy Vietor sema sekali tak menjawab laporan tersebut"Presiden Obama sudah mengatakan bahwa saat ini adalah waktunya untuk memulai transisi damai, tertib, dan bermakna melalui negosiasi yang bisa dipercaya dan melibatkan semua pihak," katanya.
The Times memberitakan bahwa proposal tersebut menyerukan pemerintahan transisi yang melibatkan para anggota kelompok oposisi secara luasTermasuk kelompok terlarang Ikhwanul Muslimin untuk memulai proses persiapan pemilu secara bebas dan adil pada September nanti.(AFP/Rtr/AP/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 369 Warga Aceh di Mesir, Aman
Redaktur : Tim Redaksi