Hubungan Amerika-Tiongkok Memanas Gegara Corona, Ini Kekhawatiran Indonesia

Jumat, 01 Mei 2020 – 22:30 WIB
Wakil Menlu Mahendra Siregar di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (25/10). Foto: M Fathra Nazrul/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar menyebut persaingan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akan semakin ketat sebagai dampak wabah virus corona.

“Bahkan sebelum wabah COVID-19, kita harus mengantisipasi situasi ini agar tidak menjadi semakin serius di masa depan,” kata Mahendra dalam seminar daring dari Jakarta, Jumat (1/5).

BACA JUGA: 30 Juta warga Amerika Menganggur, Donald Trump Malah Sibuk Serang Tiongkok

Wakil Menteri Perdagangan RI periode 2010-2011 itu menilai persaingan geopolitik AS-Tiongkok mungkin tidak berdampak pada ekonomi Indonesia yang memiliki beragam mitra perdagangan, investasi, dan ekonomi.

“Tetapi dalam hal stabilitas politik, itu soal lain,” ujar dia.

BACA JUGA: Pemilu Amerika Serikat di Depan Mata, Tiongkok Dukung Siapa?

Untuk itu, Indonesia secara konsisten mendukung solusi yang melibatkan organisasi multilateral, internasional, dan regional agar berfungsi baik dalam menangani situasi sehubungan dengan geopolitik.

Selain mengantisipasi semakin buruknya situasi ekonomi akibat persaingan AS-Tiongkok, kata Mahendra, negara-negara juga perlu mengambil pembelajaran bahwa rantai pasok global seharusnya tidak bergantung hanya pada satu sumber.

BACA JUGA: Bikin Bangga, Film Gundala Akan Tayang di Amerika

Dengan adanya wabah COVID-19, pemerintah dan industri telah mulai memahami manajemen risiko jika hanya memiliki sumber pasokan tunggal, yang akan sangat terganggu akibat kebijakan karantina wilayah yang diberlakukan di banyak negara.

“Jadi mereka mulai melihat (pentingnya) diversifikasi, daripada hanya mengutamakan efisiensi,” tutur Mahendra.

Merujuk pada laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang memperkirakan bahwa ekonomi global akan menghadapi resesi dan perlambatan hingga -3 persen akibat COVID-19, Mahendra menyebut situasi ekonomi global akan menjadi lebih buruk.

“Sepertinya kita mungkin harus menanggung (perlambatan hingga) minus 5 persen atau bahkan lebih. Jadi resesi akan lebih parah dari yang diproyeksikan IMF, yang terutama disebabkan oleh resesi yang lebih parah di AS dan Eropa,” kata dia. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler