jpnn.com, JAKARTA - Memanasnya konflik Tiongkok-Taiwan akhir-akhir ini menjadi perhatian dunia.
CEO Grant Thornton Indonesia mengatakan Johanna Gani mengatakan peningkatan ketegangan geopolitik antara China-Taiwan berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
BACA JUGA: Kapal Perang AS Berlayar di Selat Taiwan, Tiongkok Tuding Sengaja Rusak Perdamaian
"Pemerintah perlu mewaspadai kondisi ini karena dapat mempengaruhi arus perdagangan di mana Tiongkok dan Taiwan merupakan mitra perdagangan penting Indonesia baik dalam hal ekspor maupun impor," kata Johanna di Jakarta, Selasa (23/8).
Menurutnya, pemerintah perlu menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri, misalnya dengan melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor sehingga mengurangi ketergantungan pada Tiongkok.
BACA JUGA: Pakai Nomor Indonesia, 26 WN Tiongkok & Taiwan Berkomplot Tipu 350 Orang
"Termasuk menjajaki potensi pasar luar negeri lainnya seperti India dan juga beberapa negara lainnya," tegas Johanna.
Di sisi lain, ekonom memprediksi panasnya hubungan Tionkok-Taiwan berdampak dahsyat kepada Indonesia ketimbang invasi Rusia dan Ukraina saat ini.
BACA JUGA: Bagaimana Dampak Ketegangan Tiongkok-Taiwan terhadap Tionghoa di Australia?
Sebab, menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, Indonesia memiliki hubungan dagang lebih besar dengan Tiongkok dan Taiwan ketimbang dengan Rusia dan Ukraina.
Bhima menyebut Tiongkok dan Taiwan merupakan tujuan ekspor tradisional Indonesia dengan masing-masing 21 persen dan 11 persen dari total ekspor.
"Artinya, 32 persen atau sepertiga ekspor Indonesia terancam dan juga berpotensi untuk menurunkan surplus neraca dagang," kata Bhima.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tiongkok merupakan negara terbesar tujuan ekspor non-migas senilai USD 5,09 miliar. Tiongkok juga merupakan pemasok barang impor non-migas terbesar selama periode Januari - Juni 2022 senilai USD 32,08 miliar atau setara 33,17 persen dari total impor.
Ekspor Indonesia ke Taiwan sepanjang tahun lalu mencapai sekitar USD 6,9 miliar yang didominasi oleh ekspor besi dan baja sekitar USD2,7 miliar, dan Bahan Bakar Mineral (HS 27) mencapai USD 1,8 miliar.
Impor Indonesia dari Taiwan mencapai USD 4,4 miliar dan didominasi oleh impor mesin dan peralatan listrik yang mencapai USD 1,5 miliar.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu sebelumnya memastikan pemerintah akan terus memantau risiko dari ketegangan politik antara Tiongkok dengan Taiwan.
Dia khawatir ketegangan kedua negara itu ikut mendongkrak harga komoditas global, serta mengganggu pemulihan ekonomi di berbagai negara.
Tidak hanya itu, konflik tersebut juga berdampak terhadap mobilitas perdagangan dan juga investasi Indonesia. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul