Hubungan Sesama Pimpinan Honorer K2 Makin Runyam, Curiga soal Dana

Jumat, 19 Juli 2019 – 07:16 WIB
Massa honorer K2 menangis saat aksi unjuk rasa menuntut diangkat menjadi CPNS. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - Kekuatan honorer K2 mulai terpecah. Yang merasa tidak sejalan dengan pimpinan yang sudah ada, membentuk forum baru dan menggalang kekuatan dari bawah.

Mesya M, Jakarta

BACA JUGA: Panas, Nur Baitih Tangkis Kecurigaan Bhimma soal Dana Honorer K2

DULU, forum honorer tidak sebanyak sekarang. Tidak ada forum honorer K2 maupun K1. Rumah besarnya adalah forum honorer Indonesia.

Rumah besar ini mulai terkapling – kapling seiring mulai dituntaskannya masalah honorer. Di masa kepemimpinan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama 10 tahun, ada lebih dari sejuta honorer diangkat PNS.

BACA JUGA: Honorer K2 Bingung Mau Ikut Bu Titi Purwaningsih atau Pak Bhimma

Pada 2010, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) EE Mangindaan mengeluarkan SE Nomor 5 Tahun 2010 yang menjadi tonggak lahirnya honorer K1 dan K2.

Keduanya dibedakan pada sumber pembiayaan gaji. Honorer K1 sumbernya dana APBN/APBD. Honorer K2 sumbernya dana non-APBN/APBD.

BACA JUGA: Bhimma Tantang Titi dan Nur Buka-bukaan soal Dana Honorer K2

BACA JUGA: Panas, Nur Baitih Tangkis Kecurigaan Bhimma soal Dana Honorer K2

Pemerintah pun menyelesaikannya dengan cara berbeda. Honorer K1 diangkat PNS tanpa tes. Honorer K2 diangkat PNS lewat seleksi sesuai amanat PP 56 Tahun 2012.

Masalah muncul pascaseleksi CPNS 2013, di mana banyak honorer K2 tidak lulus tes karena masuknya tenaga bodong. Honorer K2 yang tidak puas membentuk Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) sebagai wadah perjuangan dengan dinakhodai Titi Purwaningsih, seorang guru SD di Banjarnegara.

Selama beberapa tahun para pentolannya kompak, seiring sejalan melakukan berbagai aksi turun ke jalan. Namun, pascaaksi demo yang belum membuahkan hasil pada dua tahun pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo, forum ini mulai pecah. Pengurus yang tidak puas keluar dan membentuk wadah perjuangan baru.

Salah satunya adalah Riyanto Agung Subekti alias Itong. Tidak puas dengan kepemimpinan Titi Purwaningsih, dia membentuk Forum Honorer K2 Persatuan Guru Republik Indonesia (FHK2-PGRI). Belakangan dia membentuk forum baru lagi yang mengakomodir guru honorer K1, K2, dan swasta.

"Saya sekarang berjuang khusus guru honorer K1, K2, dan swasta. Harapannya sisa honorer K1 dan K2 yang belum keangkut dalam seleksi CPNS 2018 dan rekrutmen PPPK (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja) tahap I bisa diselesaikan," kata Itong, pengurus pusat Forum Guru Tenaga Honorer dan Swasta Indonesia (FGTHSI) kepada JPNN, Jumat (19/7).

Keluar dari FHK2I yang kini berganti nama Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) bagi Itong adalah keputusan terbaik. Dia tidak mau lagi dibohongi meski masuk sebagai tim inti.

Itong merasa, teman-teman seperjuangannya sudah lari dari maruwah perjuangan dan hanya menggunakan forum sebagai wadah untuk cari keuntungan.

"Saya tidak bisa bekerja dengan orang-orang yang melenceng dari visi misi perjuangan. Saya kecewa teman-teman pengurus malah bermain api. Mereka lupa, gara-gara forum seorang guru yang jadi ketum forum honorer masuk penjara karena melakukan penyimpangan dana honorer. Mengapa itu tidak dijadikan pelajaran agar jangan melakukan kesalahan sama," bebernya.

Tidak hanya Itong, Iman Supriatna yang merupakan koordinator wilayah PHK2I Jawa Barat juga hengkang. Berbeda dengan Itong yang blak-blakan, Iman lebih soft.

Dia hanya beralasan keluar dari forum karena tidak dianggap lagi oleh Tim 9 PHK2I lainnya. Dia pun membentuk Forum Komunikasi K2 Indonesia (FKK2I).

Dan, kini giliran Edy Kurniadi alias Bhimma yang juga akan membentuk forum baru. Guru honorer dari Jawa Barat ini malah dengan lantang menantang Titi Purwaningsih dan Nur Baitih, dua Srikandi PHK2I.

Bhimma meminta para pengurus forum tidak usah saling sikut. Pengurus PHK2I harusnya legawa bila ada anggotanya yang ingin bergabung dalam musyawarah nasional (Munas) honorer K2 Indonesia di Linggarjati pada 26-27 Juli mendatang. Berkumpul, berserikat, dan berorganisasi itu dilindungi undang-undang.

Dia menegaskan, kebijakan PPPK bukan hasil dari PHK2I. Namun hasil dari lobi Ketum PB PGRI Unifah Rosyidi kepada pemerintah.

"Sudahlah, jangan jadikan forum sebagai alat untuk memanfaatkan teman-teman honorer K2 Indonesia. Sudah banyak dosa kita di dunia. Masa mau ditambah dosa lagi dengan menghisap darah temannya sendiri," tandasnya.

Dihujat rekan - rekannya, Titi pun angkat bicara. Dia menegaskan tidak melarang honorer K2 untuk berserikat dan berkumpul. Yang dilakukan hanya sebagai tanggung jawab ketua umum forum. Bagi yang mau ikut bergabung dengan forum baru dipersilakan tapi konsekuensinya ya harus mundur dari PHK2I kalau ikut agenda Munas

Menurut Titi, lucu bila satu orang punya keanggotaan dua forum. Dan kenapa harus menjelekkan orang dulu kalau memang mau buat forum baru.

"Enggak perlulah jelekkan orang sana sini. Karena belum tentu kita lebih baik dari yang kita jelekkan. Sama-samq honorer. Sama-sama mau berjuang. Ya ayo sama berjuang dengan fokus tidak perlu memakai cara menjelekkan orang lain karena belum tentu benar semua apa yang dituduhkan," serunya.

Titi mengungkapkan, semua organisasi ada AD/ART. Salah satunya tentang sumber dana untuk jalannya organisasi. Ya wajarlah kalau ada iuran di forum selama itu hasil kesepakatan.

Titi mengaku sering merepotkan Nur Baitih, koordinator PHK2I DKI Jakarta. Kalau ke Jakarta, sering menginap di rumah Nur karena tidak setiap saat uang kas forum itu ada. Bukan sekali pengurus inti PHK2I nginap ramai-ramai di rumah Nur lantaran tidak ada dana.

Nur dan Korwil PHK2I Banten Karno sebagai bendahara forum bukan mencari untung atau pakai uang forum. Namun justru ikhlas memakai uang pribadi kalau memang pas ada agenda kas sedang kosong. Perlu diketahui tidak semua wilayah, ada iuran.

BACA JUGA: Para Honorer K2 Perlu Tahu, Bu Titi Pernah Menyamar tetapi Ketahuan, Diusir

"Kami tidak memaksa harus mengiur. Kalau ada ya iur. Kalau tidak ya bagaimana lagi namanya juga forum perjuangan. Ya sama-sama berjuang, ikhlas dan itu juga hampir rata-rata tiap korwil rasakan hal yang sama memakai uang pribadi. Juga di kala harus berangkat Jakarta tapi kas kosong," tuturnya.

Dia berharap tidak ada lagi kata-kata menghisap teman-teman honorer K2. Sebab, itu seperti mengibaratkan mereka jahat sekali. Padalal Titi dan kawan-kawan khususnya tim sudah benar-benar berusaha berbuat yang terbaik.

Semampunya sudah dilakukan. Ini sifatnya adalah perjuangan karena forum bukan penentu kebijakan. Kalau memang honorer K2 sudah keberatan untuk berjuang karena merasa hanya iuran saja tanpa ada hasil, Titi mengatakan tidak masalah. Yang pasti Titi dan Tim 9 merasa sudah berjuang semaksimal mungkin.

"Sekali lagi ini adalah forum perjuangan. Yang mau ikut berjuang bersama ayooo. Yang sudah tidak mau ya tidak apa-apa. Tidak ada paksaan dalam forum perjuangan ini," tutupnya. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lebih Baik Rp 10 T untuk Kartu Prakerja Dipakai Tuntaskan Masalah Honorer K2


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler