Humor Segar DOA: Cari Jodoh

Jumat, 17 Agustus 2018 – 23:02 WIB
DOA: Cari Jodoh. Foto: MD Pictures

jpnn.com - DOA : Cari Jodoh dirilis kemarin, Kamis (16/8). Menjadi pilihan film Indonesia yang jadi penyegar dan penenang urat saraf. Berkisah tentang tiga pria dengan ciri khas masing-masing. Doyok (Fedi Nuril) yang polos, Otoy (Pandji Pragiwaksono) yang cerdik, serta Ali Oncom (Dwi Sasono) yang playboy.

Ketiganya punya masalah sendiri-sendiri. Namun, ketika bertemu, obrolan mereka selalu berisi candaan dan sindiran satu sama lain. Suatu ketika, Otoy dan Ali hendak membantu Doyok yang sulit mencari jodoh.

BACA JUGA: Aruna dan Lidahnya: Drama Meja Makan yang Apa Adanya

Caranya, mengajak Doyok ikut situs pencarian jodoh. Otoy dan Ali juga mengenalkan Doyok kepada sejumlah perempuan. Selama pencarian itu, penonton hampir tak bisa berhenti melihat kelakuan antik pemeran utama.

Film arahan sutradara Anggy Umbara tersebut menawarkan gaya komedi yang beragam. Misalnya, komedi situasi. Dengan latar budaya kampung kecil di Jakarta, kita akan menyaksikan kehidupan khas masyarakat pinggiran. Mulai dialog yang mengundang tawa hingga kebiasaan absurd orang kampung yang bikin geleng kepala.

BACA JUGA: 22 Menit: Angkat Sisi Humanistis Pasukan Antiteror

Humor khas film komedi klasik pun muncul. Contohnya, dialog ketiga tokoh utama yang saling menjahili dan adegan kejar-kejaran yang kerap muncul di film-film lawas Warkop DKI.

Supaya lebih kekinian, Anggy dan penulis naskah Fico Fachriza menyelipkan komedi khas komika. Mulai humor verbal yang menyentil kondisi sosial hingga yang mengajak penonton berpikir logis.

BACA JUGA: Buffalo Boys Pionir Gado-Gado Western

Faktor lain yang membuat film lebih nyambung dengan penonton adalah konsep breaking the fourth wall. Di beberapa adegan, para pemeran utama menghadap ke depan kamera. Mereka seolah-olah mengajak ngobrol atau bertanya kepada penonton.

Sebagaimana film-film komedi Anggy, ada sentuhan genre lain di DOA. Yakni, unsur action dan musikal. Dengan dua unsur itu, film jadi lebih bervariasi dan berwarna.

Menurut Anggy, salah satu tantangan dalam pembuatan film tersebut adalah menyatukan ketiga pemeran utama. ''Saya harus bikin ketiganya punya ciri khas, tapi tetap nyambung dalam membangun komedi," terang sutradara 37 tahun itu.

Karena itu, Anggy mendorong Fedi, Pandji, dan Dwi untuk sering ngumpul dan mendiskusikan naskah. Interaksi ketiganya pun cukup natural. Mereka berhasil membangun chemistry. Menurut Fedi, itu adalah hasil interaksi yang intens ketika break syuting. ''Kalau nganggur, kami bertiga ngopi bareng," ujar ayah satu anak tersebut.

Fedi juga berhasil keluar dari zona nyamannya. Lupakan sejenak sosoknya sebagai Fahri yang alim, kalem, dan dipuja banyak perempuan. DOA menampilkan sosok Fedi yang ditolak perempuan, pandir, dan apa adanya. Fedi sendiri mengaku sulit memerankan Doyok. Perubahan citra itu menambah kelucuan film.

Oh iya, buat para fans Ayat-Ayat Cinta dan Dilan 1990, film DOA juga akan terasa ''spesial". Sebab, ada dialog dan adegan yang terinspirasi dua film tersebut. Melihatnya akan membuat fans kedua film senyum-senyum sendiri. Penasaran? Tonton saja. (len/c18/jan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mawar de Jongh, dari FTV ke Bumi Manusia


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler