jpnn.com, JAKARTA - Hari ini PDI Perjuangan memperingati HUT ke-48 dengan berbagai aktivitas, dengan dua acara puncak berupa penanaman pohon dan tumpengan bersama rakyat. Menurut Deddy Sitorus,
Anggota Fraksi PDIP DPR RI Deddy Sitorus mengatakan, perayaan HUT tahun ini mengusung tema “Indonesia Berkepribadian Dalam Berkebudayaan”.
BACA JUGA: Hadiri HUT PDIP, Bamsoet Dukung Gerakan Penghijauan dan Membersihkan Sungai
Menurut Deddy, tema ini dirancang sebagai respons terhadap dinamika politik tanah air yang selama beberapa tahun terakhir diwarnai oleh kecenderungan meningkatnya gerakan anti ke-bineka-an, anti kebudayaan dan bahkan anti terhadap Pancasila.
Pada saat bersamaan DPP Partai juga melihat kecenderungan meningkatnya kerusakan terhadap lingkungan hidup, terutama ekosistem sungai yang berdampak terhadap kehidupan manusia seperti: banjir, tanah longsor, pencemaran dan berbagai bentuk kerusakan ekologis lainnya.
BACA JUGA: Jokowi Puji Gerakan Penanaman Pohon PDIP
Oleh karena itulah menurut Deddy, DPP PDI Perjuangan memutuskan untuk fokus pada dua kegiatan utama yaitu: Gerakan Menanam Pohon di Daerah Aliran Sungai, yang dilakukan di seluruh Indonesia dengan pusat kegiatan hari ini di sepanjang aliran Sungai Ciliwung.
"Kegiatan ini mengambil tema “Sungai Jalan Peradaban” dan diharapkan mampu menggugah kesadaran, terutama generasi milenial bahwa lingkungan hidup terutama sungai adalah pilar peradaban dan kunci keberlanjutan hidup manusia," kata Deddy, Minggu (10/1).
BACA JUGA: Basarah: Di Usia ke-48, PDIP Makin Kukuh Mengawal Negara Pancasila
"Seluruh peradaban besar manusia di dunia ini umumnya berbasis sungai, hampir semua kota besar di dunia juga pasti berada di aliran sungai. Oleh karena itu menyelamatkan sungai berarti menyelamatkan manusia dan peradabannya, generasi milienial harus menyadari itu," ujar Deddy.
Selain itu, saat ini bumi dihantui oleh masalah dampak perubahan iklim yang sangat berdampak kepada seluruh aspek kehidupan manusia. Dampak dari perubahan iklim akan berakibat fatal bagi penduduk bumi yang menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian dan kelautan, bagi anak-anak, perempuan dan yang berusia lanjut.
"Mereka yang saya sebut di atas adalah korban utama dan pertama dari pemanasan global dan perubahan iklim," lanjut anggota DPR RI yang cukup lama menjadi aktivis lingkungan hidup sebelum terjun ke dunia politik ini.
Selain itu negara-negara tropis dan negara miskin juga akan menjadi korban pertama dan utama yang merasakan dampak pemanasan global dan perubahan iklim, dalam bentuk naiknya permukaan air laut, naiknya suhu bumi, terjadinya perubahan iklim setempat yang berakibat rusaknya budi daya pertanian, perikanan dan hilangnya daerah pesisir pantai.
"Oleh karena itulah melalui kegiatan menanam pohon yang bertepatan dengan Hari Menanam Sejuta Pohon Sedunia ini, PDI Perjuangan berharap semua pihak meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan Politik Hijau, untuk menyelamatkan kehidupan dan peradaban manusia," lanjut Deddy.
Menurut Deddy, politik hijau yang sekarang didorong PDI Perjuangan bukanlah hal baru dalam kesadaran di internal PDI Perjuangan. Politik Hijau bagi PDI Perjuangan adalah kesadaran politik yang menyelaraskan keseimbangan alam dengan perkembangan peradaban manusia dan memiliki jejak yang panjang di dalam partai.
"Bung Karno sejak mudanya sangat peduli dengan alam, terutama pohon dan tanaman. Di semua kegiatan politiknya Bung Karno selalu menyempatkan menanam pohon, bahkan dalam kegiatan politik sebesar Konferensi Asia-Afrika dan dalam setiap kunjungan ke luar negeri," ungkap Deddy.
Kesadaran ini diteruskan oleh Ibu Megawati Soekarno yang selalu mengisi waktu luangnya untuk mengurus tanaman di berbagai tempat secara pribadi dan sebagai Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia.
Bukti dari kepedulian dan keteladanan Ibu Megawati terbukti dengan diberikannya nama Kebun Raya Megawati Soekarnoputri di kawasan bekas tambang di Sulawesi Utara menjadi Kebun Raya dan Megawati Soekarnoputri Garden di Jeju, Korea Selatan. Dalam berbagai pidato politiknya, Ibu Megawati selalu menekankan pentingnya lingkungan hidup bagi kedaulatan pangan, keselamatan manusia dan peradaban.
Beliau tegas-tegas bersikap kritis terhadap kegiatan monokultur eksesif, perusakan hutan untuk perkebunan dan pertambangan skala besar yang berlebihan dan tidak dilakukan dengan hati-hati serta menghancurkan keseimbangan ekologis.
Kegiatan besar kedua dalam ulang tahun ke-48 PDI Perjuangan kali ini adalah terkait dengan kebudayaan, dalam bentuk “tumpengan bersama rakyat”.
Jika biasanya tumpengan dilakukan secara internal, kali ini setiap DPC dan DPD PDI Perjuangan akan menyediakan masing-masing 48 tumpeng yang akan dinikmati bersama rakyat di daerah masing-masing.
Isi dari masing-masing tumpeng tersebut akan melambangkan keanekaragaman hayati dan nilai-nilai yang dipegang oleh banyak suku di Nusantara.
Misalnya: telur sebagai pelambang keberlanjutan kehidupan dan kesetaraan; urap sebagai pelambang keanekaragaman; ikan teri sebagai pelambang persaudaraan dan budaya komunal; ikan asin sebagai pelambang keuletan, dsb.
Kegiatan yang diharapkan memecahkan Rekor MURI ini akan dilakukan di 514 Kantor Cabang PDI Perjuangan dan setelah seremoni akan di nikmati bersama rakyat dan juga dibagikan ke berbagai panti asuhan panti jompo, pesantren dan masyarakat miskin di sekitar lokasi kantor Partai, sebagai wujud rasa terima kasih dan solidaritas kepada rakyat Indonesia.
Untuk itu Deddy menyerukan agar masyarakat yang tergerak hatinya untuk ikut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan yang ada, tidak hanya hari ini tetapi akan berlangsung hingga Bulan Bung Karno pada bulan Juni yang akan datang. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil