Ibas 'Diserang' Gegara Kritik Pemerintah, Mungkin ini Penyebabnya

Jumat, 09 Juli 2021 – 15:34 WIB
Ilustrasi: Pengamat politik Ujang Komarudin. Foto : Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai kritikan yang dilontarkan Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) terkait penanganan COVID-19 di Indonesia, sangat wajar dan rasional.

Ujang menilai tanggapan terhadap kritikan Ibas yang justru terkesan berlebihan.

BACA JUGA: Insyaallah 10 Penyakit ini Bablas dengan Rajin Mengonsumsi Jus Tomat

"Ibas kan mengingatkan Indonesia berpotensi menjadi negara gagal apabila penanganan Covid-19 tidak dioptimalkan. Karena memang faktanya, pemerintah sangat kewalahan dalam konteks menangani pandemi,” ujar Ujang dalam keterangannya, Jumat (9/7).

Dosen di Universitas Al Azhar Indonesia ini kemudian mengaitkan kritikan dengan elektabilitas partai politik.

BACA JUGA: Nia Ramadhani Konsumsi Sabu-sabu, Dokter Spesialis: Awal-awal sih Enak

Menurutnya, kritikan yang dilontarkan Ibas secara tidak langsung meningkatkan elektabilitas Partai Demokrat.

Di sisi lain, kritikan dari partai politik di luar koalisi cenderung mengakibatkan elektabilitas partai koalisi menurun.

BACA JUGA: Nia Ramadhani Konsumsi Sabu-sabu, Dokter Sebut 5 Ciri Utama Pengguna

Meski demikian Ujang menyadari persoalan yang dihadapi pemerintah tidak sederhana.

Menurutnya, pemerintah saat ini sedang kerepotan mengurus masalah pandemi COVID-19.

"Nah, saat ada kritikan dari partai oposisi seperti Demokrat, maka itu akan diserang balik. Kenapa? Kritikan dari oposisi akan membawa dampak negatif bagi partai koalisi. Di lain pihak, menguntungkan bagi Partai Demokrat,” katanya.

Ujang lebih lanjut mengatakan, dalam hal ini Ibas tidak semata-mata menyampaikan kritik.

Namun juga menyampaikan solusi yang mungkin dapat diambil pemerintah.

“Kritik yang disampaikan Ibas sangat sederhana dan sangat wajar. Namun, tidak diterima oleh partai koalisi karena ya itu tadi, akan memiliki dampak elektoral. Partai oposisi dan koalisi itu bagai bejana berbeda. Kalau yang satu elektabilitasnya naik, maka yang lain akan turun,” katanya.

Ditanya terkait pendapat masyarakat melihat kondisi yang ada saat ini, Ujang menilai cenderung objektif.

"Masyarakat sedang sulit, sedang susah. Siapa yang bela kepentingan rakyat, pasti akan didukung. Kebetulan hari ini partai-partai oposisi seperti Partai Demokrat maupun PKS bisa memperjuangkan harapan itu. Makanya, tidak aneh dalam survei-survei suara partai oposisi naik,” katanya.

Ibas sebelumnya mengatakan tidak menginginkan Indonesia menjadi negara gagal, terkait pandemi COVID-19.

“Covid-19 makin mengganas. Keluarga kita, sahabat kita dan orang-orang di lingkungan kita banyak yang terpapar, bahkan meninggal dunia. Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya,” ucapnya.

Menurut Ibas, kelangkaan tabung oksigen yang terjadi juga menunjukkan lemahnya antisipasi dari pemerintah.

“Bagaimana mungkin tabung oksigen disumbangkan ke negara lain tetapi saat rakyat sendiri membutuhkan, barangnya susah didapat,” tutur Wakil Ketua umum PD itu.

Ibas juga mendorong pemerintah segera menyediakan vaksin yang lebih efektif.

Menurutnya, vaksinasi Covid-19 perlu dipercepat.

“Banyak yang sudah divaksin tetap terpapar varian baru virus ini. Jika vaksin yang sebelumnya digunakan dianggap kurang bagus, pemerintah tak perlu ragu menghadirkan vaksin yang cespleng demi melindungi rakyat."

"Lakukan prioritas percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrem, sehingga kita bisa hidup normal lagi seperti negara lain, seperti beberapa negara di Eropa, misalnya,” pungkas Ibas.(gir/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler