Ibu Bantai 5 Anaknya dengan Parang

3 Tewas di Tempat, 2 Kritis

Selasa, 29 Desember 2009 – 08:02 WIB

NIAS-Gara-gara marah dengan suaminya, seorang ibu rumah tangga, Siati Nduru (30), warga Dusun VI Desa Fatodano, Kecamatan Ulugawo, Nias, tega membantai lima orang anak kandungnya sendiriMasing-masing Feridan Nduru (10), Fonaha Nduru (8), Ferius Nduru (3), Kariman Nduru (7), Folo'o Nduru (5).  Kelima korban itu dibantai dengan parang saat sedang tidur pulas

BACA JUGA: Ditemukan 215 Bom Sisa Konflik

Tiga tewas di di tempat, dua korban lainnya kritis dan sedang ditangani Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Sitoli
Tiga korban yang tewas di tempat adalah Feridan Nduru (10), Fonaha Nduru (8), Ferius Nduru (3)

BACA JUGA: Anggota DPR Puji Polda Sumsel

Sedangkan dua korban yang sekarat adalah Kariman Nduru (7) dan Folo'o Nduru (5)


Peristiwa memilukan tersebut terjadi Sabtu dinihari (26/12) lalu

BACA JUGA: Manokwari juga Dilanda Banjir

Beratnya medan menuju lokasi membuat penanganan peristiwa itu memakan waktuDari kecamatan menuju desa tersebut hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki selama 6 jamKemarin (28/12), setelah penanganan selesai, Kapolres Nias Nias AKBP Wawan Munawar Sik Msi didampingi oleh Kapolsek Idanogawo, Iptu Arius Zega, memberikan keterangan pers di Markas Polres Nias, Jalan Melati, Gunung Sitoli.

Tersangka Siati Nduru kemarin sempat diwawancarai wartawan Sumut Pos di Mapolres NiasNamun tak banyak yang muncul dari mulutnyaDia hanya mengaku sakit  hati atas rencana  suaminya yang akan membawa seluruh anaknya untuk merantau, meninggalkan desa"Sehingga saya bunuh mereka, dan saya tidak menyesal," ujarnyaHanya itu yang diungkapkan SN, ditanya lebih lanjut, SN hanya diam saja.

Kapolres Nias AKBP Wawan Munawar Sik Msi mengatakan, kejadian pembantaian terhadap lima korban tersebut berawal dari pertengkaran Siati Nduru dengan suaminya, Talizanolo pada Kamis (24/12)Saat itu, suami tersangka Talizanolo Nduru, memberitahukan rencana merantau keluar Nias dengan membawa seluruh anak-anaknyaMendengar hal tersebut tersangka tidak terima, pertengkaran pun terjadiTalizanolo mengganggap biasa pertengkaran tersebut, karena sebelumnya pertengkaran serupa yang diawali persoalan ekonomi juga sering terjadi.

Keesokan harinya, Jumat (25/12 ), salah satu dari anak tersangka mengejek tersangka sebagai orang gilaSetelah kejadian tersebut suami korban tanpa rasa curiga berangkat dari rumah untuk merayakan hari NatalKapolres melanjutkan, dari pengakuan tersangka kepada penyidik, pada Jumat (25/12) pukul 00.00 WIB, tersangka bangun dari tempat tidurnya dan langsung mengambil parangTepat pukul pukul 02.00 WIB dinihari, Sabtu (26/12), tersangka langsung membantai kelima anaknya tersebut yang saat itu sedang  tertidur pulas di satu kamar

Tersangka mengaku membacok anaknya secara membabibuta dan mengenai leher, kepala,  lengan, kaki, dan punggung kelima anaknyaTiga di antaranya tewas di tempat, masing-masing Feridan Nduru (10), Fonaha Nduru (8) dan Ferius Nduru (3)Sedangkan dua lainnya yakni Kariman Nduru (7) dan Folo`o Nduru (5), sekaratKapolres Nias mengatakan, tersangka akan dijerat pasal berlapis mulai dari 340 sub 338, KUHPidana, UU Perlindungan Anak serta UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dengan ancaman maksimal hukuman mati

Sementara itu Kapolsek Idanogawo, Iptu Arius Zega, kepada wartawan mengatakan informasi tentang kejadian pembantaian tersebut baru diterima pihaknya pada hari Sabtu (26/12) pukul 18.00 WIB dari Kepala Dusun VI Desa FatodanoMendengar informasi itu, pihaknya langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP)Zega bilang, pihaknya berjalan kaki selama 6 jam menuju TKPJalan ke TKP sangat parah, tidak bisa dilalui kendaraan apapun, termasuk roda duaAkibatnya, petugas Polsek Idanogawo tiba di TKP, Minggu dinihari (27/12) pukul 00.30 WIB.

Di TKP, petugas langsung melakukan olah TKPSelain mengamankan tersangka, juga mengamankan beberapa barang buktiSaat itu korban tewas telah dimakamkan, sedangkan korban kritis langsung dilarikan petugas dinihari itu juga ke RSUD Gunung SitoliWartawan Sumut Pos kemarin menemui suami tersangka, Talizanolo Nduru, di RSUD Gunung SitoliTalizanolo terlihat tertidur memeluk anaknya Folo'o Nduru (5) yang masih koma di bangsal rumah sakitDia langsung dibangunkan keluarganya yang lain begitu wartawan koran ini tiba di ruangan perawatanDalam bahasa Nias, Talizanolo menceritakan peristiwa memilukan itu

Menurutnya, kejadian tersebut berawal saat dirinya berangkat dari rumah pada hari Jumat (25/12) sekitar pukul 10.00 WIB menuju Desa Bawaduho yang berjarak tiga kilometer dari kediamannya untuk mengikuti perayaan Natal 25 Desember 2009.  Sekembalinya dari Bawaduho, Sabtu (26/12) sekira pukul 07.00 WIB, pintu rumahnya masih belum terbukaMelihat hal itu, dia memanggil isterinya, Siati Nduru, untuk membuka pintu rumahNamun Siati Nduru tidak kunjung membuka pintu

Talizanolo Nduru yang biasa dipanggil Ama Arina inipun mencoba memanggil isterinya lewat jendela belakang rumah yang belum tertutup, karena rumah kediaman mereka berukuran 5x7 M beratap rumbia tersebut, masih belum siap karena kondisi keuangan keluarga yang sangat minim.  Talizanolo Nduru yang sehari-harinya berkerja sebagai petani karet dengan penghasilan Rp200 ribu sebulan ini mengaku, dari jendela yang belum tertutup itu dia melihat anak-anaknya bergelimpangan dengan bersimbah darahPenasaran dengan kondisi yang terjadi, kembali dia menuju pintu utama rumahnya dan tiba-tiba Siati membuka pintu rumah tersebut

"Saya bertanya kepada istri saya, ada apa dengan anak-anakIstri saya menjawab semalam rumah kemasukan rampok dan anak-anak kita dibunuhMendengar istri saya tersebut saya langsung curiga, jangan-jangan saya pula yang dicari perampok ituSaya langsung ke rumah kepala dusun, mendengar hal tersebut kepala dusun memberitahukan hal itu kepada kepala desaBersama warga dan kepala desa kami kembali ke rumah saya dan membuka kamarSedangkan kepala dusun saat itu juga langsung berangkat ke Polsek Idanogawo untuk melaporkan kejadian tersebut kepada polisi," tuturnya sedih.

Sampai di situ Talizanolo terdiam, dia tak meneruskan kata-katanyaSetelah sekian lama baru dilanjutkannya lagi"Tinggal anak saya yang paling bungsu yang belum dibantai oleh istri saya, namanya Kafina Nduru (1,5)Saat saya pulang dia tidur di ayunan dan sekarang saya titip sama orang tua di kampung," ujarnyaSementara itu kondisi korban sekarat bernama Folo`o nduru (5) terlihat terkulai lemas di atas tempat tidur rumah sakitDia masih komaTampak perban menutupi luka di kepala bagian belakang, telinga sebelah kiri, dagu, dada, lengan kiri dan kanan, serta tiga luka sayatan di bagian punggung

Kondisi yang sama parahnya juga dialami oleh Kariman Nduru (7)Meski sudah sadar, namun belum bisa berbicaraDia mengalami luka di bagian leher sebelah kiri cukup besar, luka di pelipis sebelah kanan, luka di tangan kiri, bahu kiri dan lengan kanan serta punggungWartawan koran ini yang mencoba bertanya kepada Kariman Nduru (7), hanya mendapat tatapan kosong darinya(mag-11)

BACA ARTIKEL LAINNYA... APBN Rendah, Kalteng Paling Tertinggal


Redaktur : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler