Seorang ibu tiga anak yang sedang mengandung anak keempat saat tertular COVID-19 merasa bersyukur karena telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin.

Asmawati (bukan nama sebenarnya) yang sedang berada dalam 26 minggu kehamilannya mengalami kesulitan bernapas dan suhu tubuh tinggi pada 9 September.

BACA JUGA: Aturan Vaksinasi Covid-19 bagi Penderita Jantung, Penting Disimak!

Dia dilarikan ke Dandenong Hospital di sebelah tenggara Mebourne sekitar pukul 4 sore, namun kemudian dibawa ke unit gawat darurat pada rumah sakit Monash Medical Centre (MMC).

"Saya segera dirawat di ruang isolasi darurat, dan berada di sana sampai pukul 3 pagi keesokan hari," katanya.

BACA JUGA: Hampir 100 Persen, Vaksinasi Bagi Penyandang Disabilitas di Jawa-Bali Sukses

Asmawati (31 tahun), yang tidak mau menggunakan nama aslinya karena takut mendapat serangan dari kelompok anti vaksin di Australia, telah menerima dosis pertama Pfizer pada 1 September, hanya beberapa hari sebelum dia tertular varian Delta.

"Untungnya saya telah divaksinasi," ujar Asmawati kepada ABC Indonesia.

BACA JUGA: Departemen Kesehatan Victoria Dituntut Karena Dituduh Melakukan Pelanggaran Saat Jalankan Program Karantina Hotel

"Vaksin itu... mencegah virus memperburuk kondisi saya," katanya.

Ketika kondisinya mulai agak membaik, dia merekam kondisinya saat dirawat di rumah sakit untuk anak-anak dan suaminya yang berada di rumah dan tak bisa membesuk.

"Saya sempat melihat seorang ibu dan anaknya dalam kondisi yang jauh lebih buruk, dan seorang perawat menjelaskan bahwa keduanya belum divaksinasi," katanya.

"Di ruang perawatan khusus COVID, sangat jelas siapa kelihatan siapa yang belum divaksin. Dari cara batuknya saja bisa ketahuan. Biasanya kondisi mereka sangat jauh lebih buruk,” kata Asmawati.   Mendorong ibu hamil lainnya untuk divaksin

Video rekaman Asmawati ini kemudian dibagikan ke grup pertemanan WhatsApp warga Indonesia di Melbourne, untuk mendorong ibu hamil lainnya divaksinasi.

Athirah Basalamah (37 tahun) menonton video tersebut dan memutuskan untuk mendapatkan dosis pertama vaksin Pfizer di pusat komunitas daerah Broadmeadows di pinggiran kota Melbourne pada 23 September.

"Saya menangis saat menonton videonya karena saya bisa merasakan, saya sendiri sedang hamil anak kedua," katanya.

"Jujur saja ya, sebelumnya saya bukan hanya ragu untuk divaksinasi karena saya hamil, tetapi saya juga menentang vaksin," kata Athirah.

Sekarang, katanya, dia malah tidak sabar lagi menantikan dosis kedua pada 15 Oktober, mengingat kasus COVID di negara bagian Victoria yang terus meningkat.

Faktor lain yang turut mempengaruhi keputusannya untuk bersedia divaksin adalah pengalaman keluarganya di Indonesia, saat menghadapi peningkatan kasus Delta pada Juli dan Agustus lalu.

Athirah menceritakan bahwa saat ibunya pertama kali divaksinasi pada bulan Maret, dia sempat kesal dengannya.

Namun begitu ibunya dan seorang kakak Athirah tertular COVID-19 pada bulan Agustus, ternyata kondisi sangat berbeda. Kakaknya belum divaksinasi.

"Kakak saya dirawat di ICU sementara ibu saya tidak mengalami gejala sama sekali," ujar Athirah. 'Jika sedang hamil, segeralah vaksinasi'

Pakar kesehatan ibu, anak dan remaja Profesor Caroline Homer AO menjelaskan seorang ibu hamil seperti Asmawati sangat perlu untuk mendapatkan vaksinasi.

"Jika saja dia belum divaksin saat itu, mungkin sakitnya akan lebih parah," jelas Profesor Caroline kepada jurnalis ABC Indonesia Farid M. Ibrahim.

Menurut direktur pada Burnet Institute Australia ini, jika seorang ibu hamil tertular COVID-19, peluangnya masuk rumah sakit lima kali lebih tinggi dan tiga kali lebih besar akan berakhir di ICU, daripada wanita seusia yang tidak hamil.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa vaksin jenis mRNA, seperti Pfizer dan Moderna, sangat aman untuk digunakan oleh ibu hamil.

"Jika Anda berencana untuk hamil, segeralah vaksinasi. Jika sedang hamil, segeralah vaksinasi. Dan, jika sedang menyusui bayi, segeralah vaksinasi," ujar Profesor Caroline.

Dia mengatakan vaksinasi perlu dilakukan minimal dua kali, meski hal itu tidak akan menghentikan seseorang terinfeksi COVID. Tapi, akan mencegah mereka sakit parah.

Ibu hamil kini merupakan kelompok prioritas untuk vaksinasi COVID-19, dan harus secara rutin ditawari vaksin pada setiap tahap kehamilan.

Centre for Disease Control and Prevention di Australia bahkan telah merilis saran terkuat, mendesak para ibu hamil untuk segera mendapatkan vaksinasi COVID-19.

Saran ini menyebutkan bahwa penyedia layanan kesehatan harus 'sangat merekomendasikan' ibu hamil untuk divaksinasi sesegera mungkin. Hal ini disampaikan menyusul terjadinya lonjakan jumlah ibu hamil yang meninggal dunia karena COVID-19.

Sebelumnya ada saran beragam dikeluarkan oleh berbagai otoritas terkait tentang apakah ibu hamil harus divaksinasi atau tidak. Selain itu, kini juga telah ada penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin ini aman bagi ibu hamil.

Athirah sendiri mengatakan sempat bingung dengan saran yang beragam tersebut.

Lembaga yang jadi rujukan kesehatan ibu dan anak, Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynecologists (RANZCOG), memperingatkan bahwa ibu hamil yang tertular COVID-19 dapat berdampak pada bayi yang belum lahir.

"COVID-19 selama kehamilan meningkatkan risiko komplikasi pada bayi, termasuk risiko tinggi lahir mati atau lahir prematur," katanya.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan lihat saran terbaru dari website Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynaecologists.

*Asmawati adalah nama samaran yang digunakan untuk melindungi identitas aslinya.

Artikel ini diproduksi oleh Mariah Papadopoulos dari artikel ABC News.

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Buka Perbatasan dan Memulai Perjalanan Internasional Bulan November 2021

Berita Terkait