jpnn.com - TIDAK ada salahnya jika anak belajar puasa. Apalagi bila keinginan berpuasa muncul dari si buah hati. Namun, orang tua harus memperhatikan menu dan pola makan anak karena mereka sedang mengalami masa pertumbuhan.
Menurut Direktur Akademi Gizi Surabaya Andriyanto, puasa memiliki manfaat yang besar. Manfaat yang dirasakan sama dengan manfaat bagi orang dewasa. Dengan berpuasa, saluran pencernaan lebih sehat. Pola makan pun lebih teratur.
BACA JUGA: Awas! Jangan Terlalu Lama Kenakan Skinny Jeans, Itunya Bisa Kepanasan
’’Orang tua yang mempunyai anak sedang berpuasa harus memperhatikan 3 J. Jumlah, jadwal, dan jenis makanan,’’ jelas pria yang akrab dipanggil Andri tersebut. Jumlah yang dimaksud adalah jumlah kalori.
BACA JUGA: Mual Muntah di Trimester Pertama? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Jumlah kalori yang dikeluarkan anak ketika beraktivitas sepanjang hari harus seimbang dengan jumlah kalori makanan yang dikonsumsi. ’’Anak perempuan membutuhkan 1.700 kalori setiap hari. Anak laki-laki perlu 1.800 kalori,’’ terangnya.
Jumlah kalori itu, menurut dia, sedapat-dapatnya tidak kurang. Dampak kekurangan kalori adalah anak menjadi sakit. ’’Selain kalori, diperhatikan nutrisi, vitamin, dan zat lain,’’ ungkap dia.
BACA JUGA: Golongan Darah Anda O? Wajar jika Kerap Digigit Nyamuk
Mengenai jadwal makan, Andri menyarankan makan tiga kali dalam sehari. Jadwal makan tiga kali sehari itu adalah sahur, buka puasa, dan setelah tarawih. Jumlah tersebut juga terkait dengan pembagian jumlah kalori. Jadi, kebutuhan 1.700 kalori tidak serta-merta diberikan dalam sekali makan.
’’Orang tua harus bijak. Misal, makan setelah tarawih tidak sama dengan saat buka atau sahur,’’ katanya. Menu makan setelah tarawih diupayakan yang padat gizi. Diusahakan jenis makanan yang dikonsumsi memenuhi seluruh vitamin dan zat yang dibutuhkan anak.
Untuk mendukung pertumbuhan, alumnus Akademi Gizi Malang itu menyatakan bahwa protein hewani bisa mendukung pertumbuhan. ’’Juga buah-buahan. Dalam buah, terkandung banyak vitamin, serat, dan tinggi cairan,’’ papar Andri.
Dikhawatirkan, anak-anak yang kurang minum mengalami dehidrasi. Konsumsi buah ikut menghindarkan anak dari risiko dehidrasi.
’’Ketika berpuasa, anak-anak harus sahur,’’ tegas Andri. Alasannya, metabolisme makanan sejak masuk hingga siap dikeluarkan membutuhkan waktu tujuh hingga delapan jam. Setelah itu, perut kosong dan mengeluarkan asam lambung. Proses keluarnya asam lambung tersebut membuat perut terasa lapar.
Proses keluar asam lambung itu hanya berlangsung 30 menit hingga 1 jam. ’’Rasa lapar muncul pada saat itu saja. Selanjutnya kembali normal,’’ jelas Andri. Bila anak-anak tidak sahur, rasa lapar terjadi dua kali. Pagi dan siang. ’’Ini yang membuat anak tidak kuat puasa,’’ tuturnya.
Selain itu, puasa dapat membantu menurunkan berat badan pada anak yang obesitas. Ketika lapar, otomatis tubuh bakal mengambil cadangan lemak di perut, paha, dan kelenjar mamae.
’’Lalu, bagaimana dengan anak yang kurus? Tubuh mengerti bahwa ia tidak akan mengambil cadangan lemak tersebut,’’ tandas Andri. (rid/lyn/c7/c14/nda)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lakukan ini Agar Miss V Tetap Sehat dan Wangi
Redaktur : Tim Redaksi