jpnn.com - MANILA – Upaya pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan terus dilakukan.
Kemarin Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi tiba di Manila untuk melakukan pendekatan kepada pemerintah Filipina. Bakal ada pertemuan khusus antara kedua pemerintahan untuk menyikapi kasus ini.
BACA JUGA: Presiden Palestina Kirim Pesan Menggugah buat Israel
Kepada wartawan Jawa Pos Candra Wahyudi di Manila, First Secretary KBRI di Manila Basriana Basrul mengatakan, Indonesia akan bekerja sama dengan semua unsur di Filipina.
Langkah pertama yang dikedepankan adalah diplomasi. Karena itu, Menlu Retno memutuskan untuk datang langsung ke Manila.
BACA JUGA: Brutal! ISIS Lempari Dua Sipil Pakai Batu, Mati
’’Kami mencoba melakukan semua cara untuk menyelesaikan masalah ini,’’ kata Basriana di KBRI Manila kemarin.
Diplomat perempuan tersebut mengatakan, ini adalah kali pertama WNI menjadi korban penyanderaan kelompok separatis di Filipina Selatan.
BACA JUGA: Catat Sejarah, Pria Amerika Digaji Menjadi Ninja
Meski begitu, kasus serupa sejatinya sudah beberapa kali terjadi dan melibatkan warga negara asing. Di antaranya Jepang, Italia, Tiongkok, dan Malaysia.
Yang menyulitkan adalah mendeteksi keberadaan kelompok penyandera tersebut. Faksi separatis di Filipina Selatan ada banyak.
Memang, selama ini publik akrab dengan gerakan pimpinan Abu Sayyaf. Namun, sesungguhnya ada banyak kelompok bersenjata yang kawasan Mindanao dan sekitarnya.
’’Jumlahnya banyak. Nah, ini (yang menyendera sepuluh WNI) kelompok yang mana,’’ kata Basriana.
Terkait dengan tebusan yang diminta penyandera, dia menilai hal itu sulit dipenuhi. Pemerintah Indonesia belum berpikir untuk memenuhi tuntutan uang tebusan sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp 15 miliar rupiah yang disampaikan penyandera lewat pemilik kapal Brahma 12 dan Anand 12.
Selain itu, pihak Filipina juga tidak mengenal uang tebusan. ’’No ransom deal,’’ katanya. (ca/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bikin Tegang! Marinir Perkosa Wanita Jepang
Redaktur : Tim Redaksi