Ibu Shinta Mengingatkan Soal Terorisme Berbaju Agama

Rabu, 18 Agustus 2021 – 20:23 WIB
Tangkapan layar mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah A Wahid memberi sambutan dalam seminar bertajuk 'Keragaman dalam Keindonesiaan Menuju Tantangan Global' yang diselenggarakan secara daring, di Jakarta, Rabu. (18/8/2021). ANTARA/Putu Indah Savitri

jpnn.com, JAKARTA - Mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah A Wahid mengingatkan sejumlah tantangan berat dalam menjaga keragaman di Indonesia.

Menurutnya, tantangan tersebut datang dari dua sisi.

BACA JUGA: Pejalan Kaki Wonosobo-Istana Merdeka itu Dapat Sepeda dari Presiden

"Dari sisi kiri mendapat tantangan dari kapitalisme liberal, sedangkan sisi kanan berhadapan dengan radikalisme dan terorisme berbaju agama,” ujar Ibu Shinta di Jakarta, Rabu (18/8).

Dia mengatakan hal tersebut dalam seminar bertajuk 'Keragaman dalam Keindonesiaan Menuju Tantangan Global' yang diselenggarakan secara daring.

BACA JUGA: Angkasa Pura Tak Tahu Alasan Pemulangan 199 WN Australia

Selain kapitalisme dan terorisme, juga terdapat pandemi Covid-19 yang memberi tekanan pada keragaman Indonesia.

Ketiga hal tersebut, kata dia, yang kemudian mengancam eksistensi keberagaman di Indonesia.

BACA JUGA: HNW Sindir Usulan Amendemen UUD 1945, Singgung Rumor Pemilu 2024 Diundur

Padahal, menurut istri dari almarhum mantan Presiden Kiai Abdurrahman Wahid ini, keragaman merupakan esensi dari berdirinya Indonesia.

Sehingga menjaga kebhinekaan (keragaman) merupakan upaya menjaga jati diri dan eksistensi bangsa Indonesia.

“Kebinekaan budaya Nusantara berakar dari kondisi geografis dan semangat masyarakat lokal yang berada di Nusantara,” katanya.

Berdasarkan hal itu, dia yakin apa yang dapat dilakukan masyarakat Indonesia dalam menghadapi berbagai tekanan adalah menggali dan mengembangkan berbagai jejak peradaban bangsa.

Hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai referensi dan sumber inspirasi dalam berperilaku.

Upaya yang dia paparkan merujuk salah satu metode yang dilakukan para intelektual dan ulama Nusantara dalam menjaga keragaman Nusantara.

Dia mengatakan para ulama menangkap hal-hal baru dengan selektif dan hanya memilih nilai-nilai yang baik, sembari menggali dan memelihara nilai-nilai lama yang bernuansa positif.

“Selanjutnya adalah kemampuan mereka untuk mengambil yang jernih dari tiap kebudayaan,” kata dia.

Dia mengatakan metode itu yang membuat tokoh Nusantara dapat menjaga keberagaman Indonesia tetap eksis dalam menghadapi tantangan dan kompetisi global hingga saat ini.

“Menjaga keragaman itu dengan menerima secara kritis dan selektif dari luar, dan menggali serta mengembangkan berbagai potensi yang berada di dalam,” kata dia.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler