Ketertarikan rumah berukuran mungil, atau micro-home, terus meningkat di Australia, terdorong oleh pasar rumah tradisional yang beralih ke rumah dengan desain-desain alternatif.
Penulis dan peneliti, Catherine Foster telah berkeliling Australia untuk mendokumentasikan bagaimana 21 arsitek membangun ruang yang fungsional meski hanya berukuran 90 meter persegi, atau bahkan kurang.
BACA JUGA: Hotel Bintang 5 di Perth Banting Harga Karena Kompetisi
"Kami tidak menemukannya, tapi kembali membuatnya," ujarnya kepada program TV News Breakfast di ABC.
"Bagi generasi-generasi Australia sebelumnya, 90 meter persegi adalah sebuah rumah keluarga."
BACA JUGA: Ariel Heryanto Terkejut Video Kuliahnya Jadi Viral
"Baru dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, terus meluas, meluas, dan meluas."
Catherine kini telah merilis sebuah buku, Small House Living Australia, untuk menampilkan sejumlah temuannya, sekaligus memberikan denah lantai yang bisa digunakan.
BACA JUGA: Bekerja Berlebihan Ganggu Kinerja Pekerja dan Perusahaan
Denah rumah yang dijuluki 'Balnarring Retreat' di negara bagian Victoria.Supplied: Branch Studio Architects Bagian dalam rumah dengan desain yang sederhana.
Supplied: Peter Clarke Bagian rumah di kawasan Balnarring, Victoria pinggir danau.
Supplied: Peter Clarke
Sebuah studi yang dilakukan CommSec menemukan luas rata-rata rumah baru yang dibangun di Australia pada tahun 2015 dan 2016 adalah 231 meter persegi, sedikit lebih kecil dari rata-rata di Amerika Serikat, yakni 249 meter persegi.
Sementara dari studi yang baru-baru ini dilakukan oleh Heather Shearer, peneliti dari Griffith University juga menemukan dalam dua tahun terakhir minat terharap rumah-rumah kecil meningkat.
Menurutnya, ketertarikan terutama karena alasan ekonomi, bukan sekedar estetika. Denah Copper House.
Supplied: Takt Studio for Architecture Bagian luar Copper House, sekaligus ruang santai dan ruang makan.
Supplied: Shantanu Starick Bagian luar dari bangunan Copper House di Sydney, Australia.
Supplied: Shantanu Starick
"Terkait dengan permintaan yang meningkat untuk tinggal di perkotaan, alasan utama adalah, 'properti terlalu mahal di kawasan yang mereka inginkan'," tulis Heather dalam laporannya.
"Kemudian ada keinginan untuk mengurangi hutang, mereka tidak ingin cicilan tinggi, berharap beralih ke yang lebih kecil, dan harga rumah secara umum sudah terlalu mahal."
Catherine menemukan warga memilih rumah yang fleksibel dan terjangkau, dan gaya hidup menjadi sebuah faktor yang menentukan.
"Kalangan muda mengatakan 'carikan rumah' dan 'kita lebih memilih tidak di kawasan pinggiran dan sejam perjalanan, tapi lebih ingin yang dekat," katanya.
"Mereka yang lebih tua, ingin ke rumah lebih kecil, dan mereka juga mengatakan, 'kita ingin bebas. Kita ingin berjalan-jalan. Kita ingin tempat yang kecil dimana bisa dekat untuk mengopi." Denah dari Doll's House.
Supplied: Studio Edwards Doll's House berada di kota Melbourne dengan mengedepankan kesederhanaan.
Supplied: Fraser Marsden Ruang bersantai dan area dapur di rumah yang dijuluki Doll's House.
Supplied: Fraser Marsden
Saat berhasil menciptakan tempat tinggal yang lebih kecil, Catherine mengatakan yang terpenting adalah 'multi fungsi'.
"Kita tak usah lagi memiliki area khusus untuk cuci baju, atau ruang khusus menonton TV. Semuanya akan berbagi di tempat sama," ujarnya.
"Ruang makan akan menyatu dengan ruang bersantai... semua ada disana." Langit-langit yang tinggi memberikan kesan lebih lega dan besar.
Supplied: Daniel Dixon Denah Grass House
Supplied: David Luck Architect Grass House menggabungkan dapur, ruang makan, dan ruang bersantai.
Supplied: Daniel Dixon
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Difabel Asal Kanada Dibolehkan Tinggal di Victoria