Dia mengakui memang sulit memprediksi kapan tren penurunan harga minyak saat ini berakhir
BACA JUGA: Rupiah Makin Terperosok
Sebab, hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari supply and demand, sentimen pasar, hingga fundamental perekonomianTanaka mengatakan, IEA hanya memiliki proyeksi jangka panjang
BACA JUGA: Laba BUMN Tergerus Rupiah
Sebab, dalam proyeksi jangka panjang, faktor supply and demand akan lebih berpengaruh dibandingkan sentimen pasar sesaatBerdasar skenario IEA, permintaan energi primer global akan tumbuh 1,6 persen per tahun untuk periode 2006 - 2030, dari 11.730 metrik ton oil equivalen (Mtoe) hingga 17.010 Mtoe, atau naik 45 persen
BACA JUGA: Wapres Tolak Blanket Guarantee
Laju pertumbuhan permintaan ini melemah dibandingkan proyeksi 2007 dimana pada saat itu krisis keuangan di AS belum terjadi.Sementara permintaan minyak global (tidak termasuk biofuel), naik 1 persen per tahun dari rata-rata 85 juta barel per hari (Bph) pada 2007 menjadi 106 juta Bph pada 2030Sedangkan data dari Energy Information Administration (EIA) menyebut, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) yang diperdagangkan di pasar New York Mercantile Exchange (Nymex) untuk rata-rata bulan Juli yang ada di level USD 133 per barel, pada periode Oktober sudah di level USD 77 per barel.
Sementara harga rata-rata minyak WTI sepanjang 2008 diproyeksikan ada di angka USD 101,45 per barelSedangkan harga minyak sepanjang 2009 nanti diproyeksikan ada di kisaran USD 63,5 per barelDampak krisis perekonomian global, dalam jangka pendek juga menurunkan proyeksi harga gasHarga gas alam cair (LNG) spot Henry Hub yang pada 2008 diprediksi di kisaran USD 9,27 per metric kaki kubik (Mcf), pada 2009 nanti diperkirakan bakal turun ke USD 6,82 per Mcf(owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... China Bangun PLTU di Batam
Redaktur : Tim Redaksi