IFC Terbitkan Obligasi Rp 2 T untuk Proyek Hijau Indonesia

Selasa, 09 Oktober 2018 – 11:55 WIB
Ilustrasi rupiah dan dolar. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - International Finance Corporation (IFC) menerbitkan obligasi rupiah perdananya, yakni Green Komodo Bond, sebesar USD 134 juta atau setara Rp 2 triliun.

Keberhasilan obligasi tersebut juga menjadi bukti kuatnya minat investor untuk masuk ke proyek-proyek hijau di Indonesia.

BACA JUGA: SKL BLBI Bukan Keputusan Pribadi Pejabat tapi Kolektif

Obligasi berjangka lima tahun akan didaftarkan ke Bursa Efek London dan Bursa Efek Singapura untuk mendukung pasar mata uang Indonesia.

Hasil penjualan obligasi itu bakal membiayai infrastruktur, juga proyek-proyek yang mengatasi perubahan iklim, sesuai prinsip-prinsip Obligasi Hijau (Green Bond Principles).

BACA JUGA: Garuda Indonesia Bayar Obligasi Rp 2 Triliun

Vice President IFC Asia Pacific Nena mengatakan, obligasi itu memungkinkan IFC memobilisasi pendanaan internasional ke dalam proyek-proyek ramah iklim di Indonesia.

”Kami bermaksud mereplikasi dan meningkatkan skala dari model itu guna mengatasi tantangan iklim Indonesia,” kata Nena, Senin (8/10).

BACA JUGA: Penjualan Obligasi Online Hasilkan Rp 1,93 Triliun

Penerbitan obligasi itu juga membantu sektor swasta untuk mengelola risiko valuta asing melalui pembiayaan dengan mata uang lokal dan menumbuhkan bisnis yang ramah lingkungan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia termasuk negara yang cukup pesat dalam mengembangkan pembiayaan.

”Sebab, APBN yang dialokasikan setiap tahun kebutuhannya selalu lebih besar. Sedangkan kita ingin bisa lebih cepat,” kata Sri.

Dia menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir pemerintah memang terus mengembangkan beberapa model pembiayaan.

Misalnya, penerbitan obligasi berdenominasi rupiah atau Komodo Bond, Global Bond, kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU), serta blended financing melalui SGD's one.

”Blended finance untuk SGD untuk climate change itu paling besar minatnya dari dana internasional,” ujar Sri.

Minggu lalu pemerintah baru saja meraup USD 2,34 miliar melalui platform tersebut.

Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) Emma Sri Wartini mengatakan, banyak investor internasional yang berminat dengan proyek lingkungan untuk pencegahan pemanasan global.

”Biasanya, mereka perlu counterpart financial institution untuk men-channel dana itu di tataran project execution. Itu yang belum kita optimalkan saat ini,” kata Emma. (vir/c11/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Genjot Proyek Kawasan Timur, Pelindo IV Jual Obligasi Rp 3 T


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler