Ikhtiar BAKTI Kominfo Memeratakan Internet Lewat Satelit Satria-1

Rabu, 02 Agustus 2023 – 14:53 WIB
Forum Media Update yang diselenggarakan BAKTI Kominfo, Senin (31/7). Foto: Dok. BAKTI Kominfo

jpnn.com, JAKARTA - Data Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo) menguraikan bahwa sebanyak 215.626.156 jiwa di Indonesia telah terkoneksi layanan internet tahun 2022-2023.

Dengan jumlah tersebut, tingkat penetrasi internet di Indonesia terbagi pada daerah urban, yakni 87,55 persen dan rural 79,79 persen. Secara keseluruhan penetrasi internet secara nasional dirata-rata adalah 78,19 persen pada 2023.

BACA JUGA: Satelit Satria-1 Sukses Meluncur, Mahfud MD: Tak ada Hubungannya dengan Kasus BTS 4G

Guna makin memperluas layanan akses internet di tanah air, BAKTI Kominfo terus menyusun pembangunan infrastruktur digital.

Diharapkan meratanya pembangunan infrastruktur menjadi fondasi akselerasi transformasi digital nasional sekaligus memperkecil digital divide.

BACA JUGA: BAKTI Kominfo Kerja Sama dengan SEACTIV-Lifepod Media

Salah satunya dalam rencana kerja BAKTI Kominfo tahun 2019-2023 yang telah terealisasi yaitu pembangunanan Very High-Throughput Satellite (HTS) SATRIA-1 untuk memberi akses internet pada 50 ribu fasilitas publik.

Diketahui Satelit Republik Indonesia pertama (SATRIA-1) telah diluncurkan pada 19 Juni 2023 dan siap mengisi orbit di 146 Bujur Timur (BT) hingga November mendatang di atas langit provinsi Papua dengan kapasitas 150 Gbps.

BACA JUGA: Polisi Tembak Polisi, Anggota Densus 88 Bripda Ignatius Diduga Dibunuh Secara Terencana

Kepala Divisi Infrastruktur Satelit BAKTI Kominfo Sri Sanggrama Aradea mengatakan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat menantang dalam penyediaan jaringan teresterial merupakan alasan utama solusi tepat guna untuk pemilihan teknologi satelit.

Aradea menyebut pemerintah melalui Kominfo mengadakan kapasitas satelit pemerintah melalui proyek KPBU Satelit Multifungsi SATRIA-1 untuk percepatan pemerataan infrastruktur digital Indonesia.

“SATRIA-1 menggunakan teknologi High Thoughput Satellite (VHTS) yang baru, rumit, dan kompleks sehingga risiko kemungkinan munculnya masalah dalam pembangunan maupun operasional SATRIA-1 cukup tinggi. Berkaitan hal tersebut dalam memitigasi segala risiko SATRA-1, maka BAKTI Kominfo memberikan solusi menyediakan Hot Backup Satellite,” ujar Aradea dalam forum Media Update yang diselenggarakan BAKTI Kominfo, Senin (31/7).

Aradea mengungkapkan untuk tahun 2023 BAKTI Kominfo mengusulkan 163.356 lokasi layanan akses internet. Dari jumlah sekian banyak itu, kata Aradea, telah 14.360 jumlah lokasi telah terlayani akses internet. Tersisa 63 persen atau 91.166 lokasi lagi belum ter-cover BTS 4G yang bertransmisi fiber optik.

Sementara, Project Manager SATRIA-1 PT Pasifik Satelit Nusantara Nia Asmady menyampaikan SATRIA-1 masih dalam masa orbit raising sampai November 2023.

Nantinya, lanjut Nia, setelah sampai di orbit 146E akan uji coba akhir untuk sistem payload (in-orbit testing) dan juga sistem keseluruhan (end-to-End Testing) sebelum masa operasi.

“Tidak mudah dan butuh waktu lama membuat SATRIA-1 sampai bisa meluncur pertengahan Juni lalu. Kini satelit sedang bergerak menuju orbit dengan sistem propulsi elektrik sebagai salah satu inovasi teknologi satelit terkini,” tukas Nia.

Agar SATRIA-1 bisa menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, Nia mengemukakan bahwa harus banyak dibuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak, terutama kolaborasi domestik dengan vendor dan mitra usaha yang diperkuat dan sinerginya.

Sementara itu, Guru Besar FISIP Universitas Airlangga, Profesor Henri Subiakto, berpendapat bahwa SATRIA-1 akan memperkuat infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk menghapus kesenjangan akses internet dan mempercepat transformasi digital di Indonesia.

Henri menilai ketika jutaan manusia terkoneksi secara teknologi maka mereka juga terhubung secara sosial, politik, dan ekonomi. Selanjutnya, dapat terwujudlah global brain yang pada gilirannya akan membentuk collective consciousness.

“Dengan 50 ribu terminal yang dilayani Satria-1, itu tidak hanya untuk layanan ekonomi, kesehatan, dan sosial politik, tapi SATRIA-1 bisa juga untuk menjaga wilayah NKRI. Segera diwujudkan unit yang bertanggung jawab dan mengoperasionalkan pelayanan dan pemanfaatan Satelit SATRIA-1 secara kolaboratif,” kata Henri.

Henri menuturkan SATRIA-1 adalah milik Republik Indonesia. Oleh sebab itu, seluruh kementerian dan lembaga harus memanfaatkannya sesuai trend program transformasi digital dan diperlukan pengarusutamaan gerakan ekonomi menggunakan infrastruktur digital.

SATRIA-1 akan memberikan konektivitas yang andal dan berkualitas kepada sektor-sektor seperti pertanian, perikanan, pariwisata, pertambangan, dan energi di wilayah 3T.

Dengan adanya akses internet berkecepatan tinggi, sektor-sektor ini dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan inovasi melalui pemanfaatan teknologi digital.

Satelit SATRIA-1 memiliki peran yang sangat penting dalam memacu ekonomi digital di wilayah 3T di Indonesia.

Satelit ini akan memberikan akses internet berkecepatan tinggi kepada seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Tembak Mati Begal Motor Bersenjata Api


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler