jpnn.com, SAINT PETERSBURG - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri melobi salah satu kampus ternama di Rusia, Universitas Saint Petersburg, untuk membantu para peneliti Indonesia dalam riset nuklir atau inti energi atom.
Pendekatan itu sebagai respons atas keinginan perguruan tinggi kondang milik Pemerintah Rusia tersebut membuka perwakilannya di Indonesia.
BACA JUGA: Beri Kuliah Umum di Rusia, Bu Mega Beber Pancasila & Ide Bung Karno untuk Dunia
Pada Senin (16/9/2024), Megawati mengunjungi Universitas Saint Petersburg untuk menyampaikan kuliah umum.
Sebelum berbicara di sesi kuliah umum, Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu berbincang-bincang dengan Rektor Universitas Saint Petersburg Prof. Nikolay Mikhailovich Kropachev.
BACA JUGA: Sambutan Hangat dari Universitas Tertua di Rusia untuk Bu Mega
Pada pertemuan itu, Megawati didampingi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga, Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amarulla Octavian, mantan Menteri Sekretaris Negara Bambang Kesowo, dan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University Prof. Rokhmin Dahuri MS.
Adapun Nikolay sebagai sahibulbait didampingi Connie Rahakundini Bakrie yang kini menjadi mahaguru ilmu hubungan internasional di Universitas Saint Petersburg.
BACA JUGA: Prabowo Bertemu Putin, Jalan Menuju Akselerasi Teknologi Nuklir bagi Sektor Maritim
Nikolay mengawali perbincangan itu dengan memberi penjelasan tentang sejarah dan kiprah Universitas Saint Petersburg.
Menurut dia, perguruan tinggi tertua di Rusia itu telah mendirikan kampus perwakilannya di berbagai negara, antara lain, Tiongkok, Korea Selatan, Italia, Spanyol, Uzbekistan, hingga Mesir.
“Kami sangat senang bila ada kesempatan membuka perwakilan atau cabang di Indonesia,” kata Nikolay sebagaimana dikutip dari siaran pers DPP PDIP.
Guru besar ilmu hukum itu menjelaskan Universitas Saint Petersburg yang kini telah berusia 300 tahun memiliki sekitar 500 program studi. Nikolay menyebut kampusnya bisa menjalin kerja sama yang disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia.
Rektor ke-44 Universitas Saint Petersburg itu lantas mencontohkan kerja sama kampusnya dengan Mesir. Nikolay menjelaskan perwakilan kampusnya di Mesir membuka jurusan kedokterdan dan teknologi informasi.
Adapun pengajarannya menggunakan bahasa Inggris dan Arab. “Di masa depan kami berencana mengajar dengan bahasa Arab saja,” katanya.
Nikolay menambahkan niat Universitas Saint Petersburg membuka kampus perwakilan di Indonesia juga sesuai dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Presiden Putin memberikan perintah kami harus melihat ke Timur. Bagi kami itu petunjuk,” ucapnya.
Selain itu, Nikolay juga merasa senang dengan kunjungan Megawati ke kampus Universitas Saint Petersburg. Salah satu tokoh di Russian Academy of Sciences itu mengaku sudah mendengar kiprah Megawati dalam memperkuat Indonesia.
“Ibu Mega terkenal kokoh dan teguh melindungi kepentingan negara dan bangsa Indonesia,” ujar Nikolay.
Menanggapi hal itu, Megawati mengharapkan delegasi yang menyertainya bisa menindaklanjuti tawaran Universitas Saint Petersburg menjalin kerja sama dengan Indonesia.
Putri Proklamator RI Bung Karno itu menginginkan bidang kerja sama yang ditawarkan Universitas Saint Petersburg sejalan dengan 12 organisasi riset (OR) di BRIN.
“Indonesia butuh dibantu dalam proses untuk ilmu-ilmu dasar, seperti nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi,” katanya.
Menurut Megawati, hal yang akan dikerjasamakan perlu lebih diperinci. Alasannya, ada perbedaan antara Indonesia dengan Rusia, terutama karakter wilayahnya.
“Rusia adalah kontinen dan Indonesia adalah archipelago atau negara kelautan,” tutur Megawati.
Nikolay pun mengaku kian tertarik dengan respons Megawati atas tawaran dari Univrsitas Saint Petersburg. Menurut dia, bidang-bidang riset yang dibutuhkan Indonesia merupakan program unggulan di universitas yang didirikan pada 1724 itu.
“Kami punya banyak penelitian dan kami siap bekerja sama, baik nuklir, perlindungan lingkungan, sampai pemberdayaan perempuan,” ujar Nikolay.(ast/jpnn.com)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi