jpnn.com, INDRAMAYU - Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, telah lama tersohor sebagai salah satu sentra produksi bawang merah yang memasok pasar Jabodetabek.
Hingga saat ini daerah tersebut masih eksis sebagai penghasil bawang merah jenis dataran rendah yang populer di masyarakat sebagai bawang Bima Brebes.
BACA JUGA: Begini Jurus Kementan Kendalikan Harga Bawang Merah
Secara geografis, Indramayu berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang, serta Kabupaten Subang di barat.
Berada di lintasan jalur legendaris Pantura, yakni jalur nomor satu urat nadi perekonomian pulau Jawa yang membentang dari ruas Patrol-Lohbener-Jatibarang hingga Sukagumiwang, Indramayu terus menggeliat tumbuh menjadi sentra penghasil bawang merah andalan Jabar bahkan nasional.
BACA JUGA: Makin Moncer, Produktivitas Bawang Putih Temanggung Tembus 14 Ton per Hektare
Patrol sebagai salah satu kecamatan sentra juga dikenal memiliki branding pasar bawang merah tersendiri, selain Brebes.
Data BPS tahun 2023 menempatkan Indramayu pada urutan keenam sentra bawang merah terbesar di Jawa Barat.
BACA JUGA: Panen Bawang Merah di Brebes, Mentan: Saya Senang Produksinya Semakin Baik
Pertanaman bawang merah di Indramayu tersebar di 9 kecamatan, yakni Patrol, Anjatan, Bongas, Gabuswetan, Losarang, Juntinyuat, Balongan, Bangodua dan Krangkeng.
Produksi tahun 2023 lalu mencapai 20.810 kuintal dengan luas panen 252 hektare.
Di tengah kondisi harga bawang merah yang melampaui Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 41.500/kg, Indramayu terus menggelontorkan bawang merah terutama ke Pasar Induk Kramatjati Jakarta (PIKJ).
Setiap hari sekitar 7-8 mobil atau setara 20 ton bawang merah masuk ke pasar induk barometer nasional tersebut.
Alhasil, pasokan bawang merah saat ini berangsur normal kembali.
Salah satu tokoh petani bawang merah Patrol, H. Nurul Anwar menyebut saat ini luas tanam bawang merah di Kabupaten Indramayu sekitar 200 hektare yang tersebar di 5 kecamatan.
Paling luas berada di Kecamatan Patrol yang mencapai sekitar 100 hektare dengan produktivitas rata-rata 9-12 ton/hektare.
Menurut Anwar yang juga didaulat menjadi petani champion bawang merah tersebut, para petani di wilayahnya masih konsisten menanam bawang merah dalam kondisi apapun.
"Bawang merah sudah mendarah daging di Patrol. Menyikapi situasi saat ini, kami para petani mendukung upaya pemerintah untuk menstabilkan pasokan dan harga," ujar Anwar.
Adapun mata rantai tata niaga bawang merah Patrol dimulai dari petani ke pengepul, lalu ke pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati.
Setelahnya ke pedagang pengecer, baru setelah itu sampai ke konsumen.
"Selain ke Jakarta, kami juga mengisi pasar di Jatibarang untuk selanjutnya dikirim ke pedagang pasar tradisional di Indramayu, lanjut ke konsumen," beber Anwar.
Pengurus Poktan Maju Bersama Casmin menambahkan harga bawang merah konde basah di petani saat ini mencapai Rp.31.000 /kg dan untuk rogolan dihargai Rp. 47.000/kg.
"Besok saya akan panen bawang merah seluas 3.500 meter persegi. Mudah-mudahan harganya masih bagus," harap Casmin.
Kata Casmin, bagi petani yang penting untung, pedagang lancar dan konsumen tidak terlalu berat untuk membeli.
"Harga kalau bisa stabil lah," ujar Casmin.
Beberapa masalah yang dihadapinya bersama petani bawang merah lain di Indramayu di antaranya soal pupuk, serangan OPT terutama ulat bawang dan penyakit layu fusarium atau dikenal dengan moler.
"Penyakit moler ini sangat merugikan petani karena dapat mengakibatkan petani gagal panen", ungkapnya.
Petugas Penyuluh Lapang (PPL) di Kecamatan Patrol Handiyono mengaku pihaknya telah berupaya mengurangi intensitas serangan moler, bekerja sama dengan petugas POPT atau pengamat hama penyakit tumbuhan.
"Dinas Pertanian Indramayu terus memberikan bimbingan dan pembinaan kepada para petani untuk menanggulangi serangan penyakit ini, seperti membuat demplot dan melakukan Gerdal OPT di daerah endemis penyakit,” kata Handiyono. (mrk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi