jpnn.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi mengakui pandemi covid-19 menghantam sektor pangan dan pertanian, sebagai penopang hajat hidup masyarakat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri memberikan peringatan, kemungkinan terjadinya krisis pangan dan bencana kelaparan akibat wabah global.
BACA JUGA: Penurunan Harga Gas Bumi, Penjualan Produk Petrokimia Gresik jadi Lebih Kompetitif
Kondisi itu membuat negara penghasil dan pengekspor produk pertanian, akan cenderung membatasi kegiatan ekspor untuk menjaga stok pangan dalam negerinya.
Sehingga mengakibatkan supply shock, yang pada akhirnya mendisrupsi rantai pasok pangan nasional.
BACA JUGA: Waspada! Peringatan Dini BMKG terkait Gelombang Sangat Tinggi
Namun Rahmad membaca krisis ibarat pedang bermata dua yang selalu menghadirkan peluang dan tantangan.
Dalam hal ini, perusahaan harus meningkatkan ekspor di tengah terganggunya rantai pasok global.
BACA JUGA: Petrokimia Gresik Genjot Produktivitas Pertanian di Gorontalo, Hasilnya Memuaskan
"Ini sekaligus menjawab tantangan yang disampaikan Menteri BUMN Bapak Erick Thohir bahwa perusahaan negara harus bertransformasi menjadi perusahaan bertaraf internasional dan berdaya saing di pasar global," ujar Rahmad dalam keterangan tertulis, Jumat.
Petrokimia Gresik, tegas Rahmad, perlu melakukan transformasi strategi untuk terus berkontribusi bagi ketahanan pangan nasional, melalui penyediaan solusi bagi agroindustri menuju pertanian berkelanjutan.
"Transformasi yang telah dijalankan Petrokimia Gresik sejak 2019 kini tidak sekadar menjadi burning platform, tapi sudah menjadi katalisator," tuturnya.
Untuk itu, pada tahun ini Rahmad akan mengubah strategi bisnis Petrokimia Gresik.
Dari perusahaan berbisnis tunggal (single industry firm) bertransformasi menjadi perusahaan ragam bisnis, dengan produk yang dihasilkan saling terkait (related diversified industry).
Perusahaan akan tetap meneruskan hilirisasi produk melalui tiga langkah utama, yakni peningkatan kapasitas, rekonfigurasi pabrik, dan pengembangan produk baru.
Strategi peningkatan kapasitas akan dimulai dengan membangun pabrik AlF3. Pabrik baru ini dapat menambah kapasitas produksi AlF3 menjadi dua kali lipat atau 25 ribu ton per tahun.
Pabrik mengolah limbah yang dihasilkan oleh pabrik asam sulfat menjadi bahan penolong untuk peleburan tembaga, sehingga akan mampu meningkatkan revenue.
Rahmad menyatakan di usia ke-48 tahun ini juga menjadi milestone Petrokimia Gresik memproduksi Methyl Ester Sulfonate (MES), produk baru yang dikembangkan bekerja sama dengan Surfactant Bioenergy Research Centre Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB).
MES adalah biodegradable surfactant yang dapat digunakan di sektor migas, untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery).
Pada tahun ini pula, Petrokimia Gresik juga akan membangun pabrik Soda Ash dengan kapasitas 300 ribu ton.
Pabrik nantinya akan menjadi yang pertama di Indonesia, dan akan menjadi penopang penting dalam mendukung tumbuh kembangnya industri kaca dan deterjen dalam negeri.
"Melalui program hilirisasi diharapkan Petrokimia Gresik semakin mampu melaksanakan tugas pokok sebagai penopang ketahanan pangan nasional, serta memperkuat industri kimia nasional," tegas Rahmad.
Petrokimia Gresik juga meluncurkan Phonska OCA yang merupakan gabungan pupuk majemuk NPK dengan pupuk organik dalam bentuk cair, serta diperkaya mikroba.
Phonska OCA merupakan produk organik yang diproduksi sepenuhnya dengan 100 persen bahan baku dalam negeri, sehingga di samping dapat meningkatkan produksi pertanian, juga mampu mengurangi ketergantungan pada sumber hara impor.
"Bagi Petrokimia Gresik, peluncuran Phonska OCA merupakan bagian dari program transformasi untuk menandai masa depan baru bagi perusahaan dan pertanian Tanah Air," jelas Rahmad.
Adapun selama Maret hingga Juni 2020, terjadi lonjakan ekspor Petrokimia Gresik untuk produk Urea, NPK, NPS, dan ZK.
Pada Maret 2020, Petrokimia Gresik mencetak rekor dengan melakukan ekspor Urea sebanyak 33 ribu ton ke Meksiko.
Sehingga volume ekspor pupuk pada semester I-2020 mencapai sebesar 253 ribu ton, hampir menyentuh volume ekspor sepanjang 2019 sebanyak 392 ribu ton.
Selain itu, Petrokimia Gresik juga berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 1,5 triliun atau 129 persen dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2019 yang ditetapkan sebesar Rp 1,16 triliun.
"Ini merupakan energi baru untuk meneruskan program transformasi di 2020-2021 sehingga Petrokimia Gresik dapat terus berkembang dan berkontribusi nyata untuk bangsa, masyarakat, dan stakeholder," tutup Rahmad. (mg8/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha