Ikhtiar Tantowi Seriusi Potensi Ekonomi Kreatif Negeri Kiwi

Kamis, 05 Juli 2018 – 15:20 WIB
Dubes RI untuk Selandia BAru Tantowi Yahya dalam Seminar Ekonomi Kreatif dalam rangka perayaan 60 tahun hubungan RI-New Zealand di Wellington, Selasa (3/7). Foto: KBRI Wellington

jpnn.com, WELLINGTON - Duta Besar RI untuk Selandia Tantowi Yahya menyatakan, ada peluang besar kerja sama bidang ekonomi kreatif di negara tempatnya bertugas. Menurutnya, saat ini Selandia Baru dikenal sebagai salah satu pemain top di bidang ekonomi kreatif, sedangkan Indonesia punya pasar yang besar.

"Pasar Indonesia yang begitu besar dan keuntungan demografis yang kita punya, harus mampu menjadi daya tarik bagi pengusaha-pengusaha di bidang kreatif di Selandia Baru untuk investasi di kita,” ujar Tantowi dalam Seminar Ekonomi Kreatif bertema 60 Years On The Opportinities In The Digital Age di Wellington, New Zealand, Selasa (3/7).

BACA JUGA: Lahirkan Anak Pertama, PM Selandia Baru Cuti Enam Bulan

KBRI Wellington menggelar seminar hasil kerja sama dengan Asean-NZ Busines Council itu dalam rangka memperingati hubungan RI-Selandia Baru yang pada tahun ini memasuki usia ke-60. Hubungan antar kedua negeri itu sudah terjalin sejak Juli 1958.

Pembicara lain dalam seminar itu adalah Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI Triawan Munaf serta Menteri Perdagangan dan Pengembangan Ekspor Selandia Baru Hon David Parker. Triawan dalam paprannya mengatakan, Pemerintah RI saat ini mempunyai komitmen tinggi dalam mewujudkan Indonesia sebagai kekuatan besar di bidang ekonomi kreatif sebelum 2030.

BACA JUGA: Kisah Duo WNI Pembuat Klimis Warga Negeri Kiwi


Kepala Bekraf Triawan Munaf saat menjadi pembicara seminar 60 Years On The Opportinities In The Digital Age di Wellington, New Zealand, Selasa (3/7).

Menurut Triawan, ada 16 subsektor perekonomian terutama kuliner, fashion dan kerajinan yang porsinya mencapai 77,6 persen dari ekonomi kreatif Indonesia. Sedangkan subsektor prioritas di bidang ekonomi kreatif adalah film, animasi, video, aplikasi dan games serta musik.

BACA JUGA: Manfaatkan Idulfitri untuk Poles Citra RI di Negeri Kiwi

Triawan menyebut ekonomi kreatif Indonesia memiliki kontribusi hingga 7,44 persen terhadap GDP, atau setara USD 66,61 miliar. "Sumbangan ekonomi kreatif terhadap GDP kami merupakan terbesar ketiga di dunia, hanya kalah oleh Amerika dan Korea Selatan,” ujarnya di depan hampir 100 praktisi ekonomi kreatif dari berbagai kota di Negeri Kuwi itu.

Praktisi perfilman tanah air, Agung Sentausa yang hadir dalam seminar itu mengatakan, saat ini di Indonesia hanya ada 1.400 layar bioskop. Sedangkan jumlah penduduknya mencapai 260 juta.

Dalam hitungan Agung, Indonesia masih butuh tambahan 2.000 layar bioskop. Terlebih, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Usaha Tertutup dan Terbuka di Bidang Penanaman Modal telah mengeluarkan film dari daftar negatif investasi (DNI).

"Peluang yang harus dimanfaatkan oleh Selandia Baru,” ujar Agung.

Sedangkan David Parker mengatakan, negerinya membuka peluang sebesar-besarnya bagi Indonesia untuk menjajaki berbagai kerja sama termasuk di bidang industri ekonomi kreatif. Sebagai contoh, di Selandia Baru ada Weta Workshop yang telah menghasilkan berbagai properti untuk film-film laris seperti Lord of The Rings, Hobbit, Iron Man, Avatar, King Kong dan lainnya.(rmo/jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Memaknai Keberhasilan Ikhtiar Indonesia Masuk DK PBB


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler