jpnn.com, WELLINGTON - Neve Te Aroha. Demikian nama bayi perempuan Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern. Pemimpin 37 tahun itu kemarin (24/6) memamerkan putrinya kepada media saat hendak meninggalkan Auckland City Hospital. Dia mengatakan, arti nama sang putri adalah kilau salju yang penuh cinta.
Neve lahir pada musim dingin saat Selandia Baru berselimut salju. Karena itulah, Ardern menyelipkan salju pada nama anaknya. Tapi, Neve juga berarti kemilau. Sedangkan, Te Aroha dalam bahasa Maori berarti cinta. ”Kami akan melakukan hal sama dengan yang dilakukan para orang tua baru di luar sana. Beradaptasi dengan Neve,” ungkap Ardern seperti dilansir Associated Press.
BACA JUGA: Kisah Duo WNI Pembuat Klimis Warga Negeri Kiwi
Rencananya, Ardern cuti selama enam pekan. Dia dan pasangannya, Clarke Gayford, bakal merawat sendiri buah hati mereka tersebut. Setelah masa cutinya berakhir, Ardern akan kembali menjalankan aktivitas sebagai PM. Sementara itu, Gayford yang presenter televisi akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan sang putri. Terutama saat Ardern harus lama meninggalkan rumah.
Di hadapan wartawan, Ardern mengatakan bahwa apa yang dialaminya bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebab, hamil dan melahirkan adalah fase yang terjadi pada hampir semua perempuan. PM, menurut dia, adalah pekerjaan yang membuat statusnya tidak berbeda dengan seluruh ibu bekerja yang lain. Karena itu, dia berharap kelahiran Neve tidak membuat publik lantas menjadikannya perempuan super.
BACA JUGA: Manfaatkan Idulfitri untuk Poles Citra RI di Negeri Kiwi
”Kami hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian semua. Kami baik-baik saja. Sedikit kurang tidur, tapi semuanya terkendali,” ungkap Ardern kepada Reuters. Dia lantas meninggalkan kerumunan wartawan dengan didampingi Gayford. Mata Ardern terus memandangi putri kecil dalam pelukannya tersebut. Putri pertama Ardern lahir dengan bobot 3,31 kilogram pada Kamis (21/6). (hep/c6/oki)
BACA JUGA: Ngeri, Selandia Baru Bakal Musnahkan 150 Ribu Sapi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jurus Budaya dalam Diplomasi Tantowi Yahya
Redaktur & Reporter : Adil