Ikut Andil Turunkan Angka Kemiskinan, Mensos Risma Diapresiasi Komisi VIII DPR

Rabu, 04 September 2024 – 11:21 WIB
Menteri Sosial Tri Rismaharini saat Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR di Gedung DPR, Senayan, Selasa (3/9). Foto: Dokumentasi Humas Kemensos

jpnn.com, JAKARTA - Komisi VIII DPR mengapresiasi kinerja Kementerian Sosial (Kemensos) yang turut berperan dalam menurunkan angka kemiskinan.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily pada Rapat Kerja dengan Menteri Sosial di Gedung DPR, Senayan, Selasa (3/9).

BACA JUGA: Berbaur dengan Karyawan, Mensos Risma Saksikan Keseruan Mini Konser Musisi Jalanan

"Kami mewakili Komisi VIII DPR RI mengapresiasi Kemensos, karena angka kemiskinan di tahun 2024 ini lebih rendah dibanding ketika sebelum Covid-19 terjadi," kata Ace dalam keterangannya, Rabu (4/9).

Ace menyebutkan Kemensos turut berperan dalam menurunkan angka kemiskinan Indonesia yang mana sebelum terjadi Covid-19, angka kemiskinan Indonesia sebesar 9,22 persen.

BACA JUGA: Mensos Risma Libatkan Masyarakat untuk Bangun Rumah Knock Down di Pegunungan Bintang

Namun di 2024 ini, angka kemiskinan mampu dikurangi menjadi 9,03 persen.

Dalam kesempatan ini, Komisi VIII DPR juga menyetujui usulan penambahan anggaran Kemensos pada pagu indikatif 2025.

BACA JUGA: Mensos Risma Tempuh Medan Berat Temui Suku Anak Dalam, Begini Penanganannya

Anggaran sebesar Rp 9,61 triliun diusulkan Kemensos untuk membiayai program yang belum teranggarkan, yaitu bantuan permakanan bagi lanjut usia, permakanan bagi penyandang disabilitas, serta bantuan Atensi untuk anak yatim, piatu, dan yatim piatu (YAPI).

"Terima kasih atas dukungan bapak ibu, kami mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp9,61 triliun," kata Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam rapat kerja tersebut dengan agenda pembahasan rencana kerja dan anggaran Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2025 serta pembahasan isu-isu aktual.

Sebelumnya, pada pagu indikatif 2025, terdapat tiga program yang belum teranggarkan dan beberapa kegiatan yang mengalami pengurangan alokasi anggaran.

"Pagu indikatif 2025 Kementerian Sosial sebanyak Rp 77.188.005.512 atau turun 3,49 persen sekitar Rp 2,79 triliun dari pagu 2024," sambung Mensos Risma.

Padahal selama ini, Kemensos banyak menemukan lansia dan disabilitas terlantar yang bahkan sampai tidak bisa melakukan apa-apa karena kondisinya.

Hadirnya program permakanan lansia dan disabilitas tersebut ditujukan sebagai bantuan bertahan hidup bagi mereka.

"Karena jika tidak ada ini, jangan sampai ada lansia dan disabilitas yang meninggal karena kelaparan, ini harus kita perjuangkan," tegas Mensos Risma.

Dia menyebutkan anggaran program tersebut sudah diajukan, namun pagu yang disetujui tidak mengakomodasi program tersebut.

Mensos Risma juga memaparkan beberapa program dan kegiatan Kemensos yang mengalami penurunan anggaran pada pagu indikatif 2025.

Penurunan anggaran tersebut meliputi kegiatan pemeliharaan pusat data, honor dan dukungan operasional SDM PKH, Program Sembako, pengadaan alat bantu disabilitas, perbaikan sarana dan prasarana UPT, pelatihan pemberdayaan masyarakat, serta sertifikasi sumber daya kesejahteraan sosial dan akreditasi lembaga kesejahteraan sosial.

"Jadi sebetulnya kami sudah mengusulkan cuma tidak disetujui, pagunya tidak dikasih," ucap Mensos Risma.

Menyikapi hal tersebut, anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi PKB MF. Nurhuda sempat menyayangkan pengurangan anggaran Kemensos pada pagu indikatif 2025, karena mengingat berbagai program yang tidak teranggarkan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat.

"Soal anggaran untuk SDM PKH ini kenapa ada pengurangan. Kami senang sekali kalau ibu mengusulkan kembali anggaran ini," kata Nurhuda.

Mensos Risma pun menjelaskan Kemensos juga memperjuangkan untuk SDM PKH, namun porsi pagu anggaran yang diberikan kepada Kemensos belum sesuai dengan usulan yang telah dibuat sehingga diharapkan melalui DPR, usulan penambahan anggaran tersebut dapat direalisasikan.

Nurhuda juga memberi perhatian pada program permakanan lansia dan disabilitas, yang mana program tersebut sangat penting untuk dilanjutkan.

"Jangan sampai dihapus, karena kalau sampai ada lansia yang meninggal karena kelaparan maka bisa menimbulkan masalah baru," sambung Nurhuda mengungkapkan pernyataan yang senada dengan yang disebutkan oleh Mensos Risma di awal pemaparan materi. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler