jpnn.com, JAKARTA - Profesor Xuhua Xia dari Departemen Biologi di Universitas Ottawa, Kanada, membeberkan hasil penelitian bahwa anjing liar yang memakan kelelawar mungkin menjadi salah satu perantara virus Corona Sars-CoV-2 yang kini menyebabkan Covid-19.
Hasil penelitiannya mengungkap, nenek moyang virus corona baru penyebab Covid-19 dan kerabat terdekatnya. Virus Corona yang berasal dari kelelawar - menginfeksi usus anjing yang mereka teliti. Virus kemudian berevolusi sebelum berpindah ke manusia.
BACA JUGA: Pernyataan Terbaru Sri Mulyani Soal THR
Dari laporan News Sky, Rabu (15/4), manusia dan mamalia seperti anjing dapat melawan infeksi dengan senyawa protein antivirus yang berfungsi dapat menyentop freplikasi atau penggandaan virus.
Di saat bersamaan, wilayah DNA bernama dinukleotida CpG - memberi tahu sistem kekebalan tubuh untuk menyerang virus. Namun, virus corona dengan strain tunggal dapat menghindari pertahanan alami tubuh dengan mengurangi konsentrasi CpG.
BACA JUGA: Peneliti Ungkap Virus Corona dapat Bertahan Hidup di Sol Sepatu
Dalam penelitiannya, Prof Xia menganalisis genom betacoronavirus salah satu genus virus corona. Genus ini punya empat garis keturunan anggotanya termasuk Mers-Cov, Sars-Cov dan Sars-Cov-2.
Berdasarkan analisisnya, Sars-CoV-2 ialah salah satu jenis virus corona dari kelelawar. Ia mengatakan, virus itu memiliki jumlah CpG terendah di antara anggota genus betacoronavirus lainnya.
BACA JUGA: Update Corona 15 April: Data Lengkap Jumlah Pasien ODP dan PDP
"Ini konsisten dengan interpretasi bahwa CpG rendah di Sars-CoV-2 diperoleh oleh leluhur Sars-CoV-2 berkembang dalam sistem pencernaan mamalia. Interpretasi ini semakin dikuatkan oleh laporan baru-baru ini bahwa sebagian besar pasien Covid-19 juga menderita gangguan pencernaan,” ungkap Prof Xia.
"Faktanya, 48,5% (pasien) ditampilkan dengan gejala pencernaan sebagai keluhan utama mereka," katanya.
Prof Xia kembali menjelaskan, penilitiannya menunjukkan pentingnya untuk memantau virus corona pada anjing liar dalam perang melawan wabah Sars-CoV-2.
Namun Profesor James Wood, Kepala Kepartemen Kedokteran Hewan dan peneliti dalam dinamika infeksi di Universitas Cambridge, tidak yakin dari hasil penelitian yang dilakukan Prof Xia.
Menurut dia, ada terlalu banyak kesimpulan, tetapi data yang diberikan sangat sedikit.
"Saya tidak melihat apa pun dalam penelitian ini untuk mendukung anggapannya. Saya tidak percaya bahwa setiap pemilik anjing harus khawatir karena hasil dari pekerjaan ini," ungkap James Wood. (mg9/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian