Ilmuwan Kaya Raya Itu Diduga Mutilasi Jurnalis Cantik

Jumat, 25 Agustus 2017 – 15:40 WIB
Kim Wall, jurnalis yang diduga dibunuh di kapal selam. Foto: sbs.com.au

jpnn.com, STOCKHOLM - Kabar kematian Kim Wall menerbitkan duka mendalam di hati rekan-rekannya sesama jurnalis. Apalagi, perempuan 30 tahun itu mati secara tidak wajar.

Tepatnya, dibunuh. Rabu malam (23/8) sekelompok reporter alumnus Columbia University School of Journalism yang seangkatan dengan Wall menggelar renungan.

BACA JUGA: Mengerikan! Jurnalis Perempuan Dimutilasi Saat Liputan

Lagu Stand by Me mengalun pelan saat Matthew Claiborne dan teman-temannya berbagi kenangan tentang Wall di Kota New York (NYC).

Perempuan kelahiran Swedia yang menuntut ilmu di Inggris dan Amerika Serikat (AS) itu adalah pribadi yang ramah dan menyenangkan.

BACA JUGA: Istri Nikah Siri dengan Pria Lain, Suami Datang Bawa Celurit

Tidak heran, rekan-rekan Wall merasa sangat kehilangan sosok jurnalis yang cerdas dan selalu penuh semangat tersebut.

"Dia jauh lebih hebat dari apa yang menimpanya," kata Claiborne yang merupakan teman sekelas Wall saat masih sama-sama berstatus mahasiswa.

BACA JUGA: Pembunuh Sadis Berantai Itu Dapat Remisi HUT Kemerdekaan

Kendati ambisius dalam pekerjaan, Wall adalah sosok yang luwes dalam bergaul dan selalu suka bercanda.

Kini tersangka pembunuh Wall yang juga narasumbernya masih mendekam di tahanan.

Peter Madsen bisa segera berstatus terdakwa jika investigasi polisi di kapal selam buatan sang ilmuwan Denmark itu membuahkan bukti-bukti kuat.

Sementara teman-teman dan kerabat mengenang kebaikan dan prestasi Wall, Kepolisian Denmark terus mengorek keterangan dari Madsen.

Sejak mendekam di tahanan pada 12 Agustus, ilmuwan kaya raya itu selalu menyajikan kesaksian yang tidak sama di hadapan penyidik.

Sebagai informasi pembanding, polisi juga mencatat pernyataan para saksi tentang insiden tenggelamnya UC3 Nautilus pada 11 Agustus lalu.

Dugaan bahwa Madsen sengaja menenggelamkan kapal selam sepanjang 18 meter itu semakin kuat.

Kristian Isbak, pelaut yang kali pertama merespons sinyal darurat UC3 Nautilus, mengaku melihat Madsen berada di bagian atas kapal.

"Kapal itu masih mengapung dan dia berdiri di tower dalam balutan baju doreng," katanya kepada penyidik.

Namun, tim penyelamat yang menolong Madsen mengaku mengevakuasinya dari dalam kapal selam yang sudah oleng.

Saat itu, tidak ada orang lain di dalam kapal. Pria 46 tahun tersebut mengatakan bahwa satu-satunya penumpang sudah turun ke pantai sebelum kapal celaka.

Penumpang yang dia maksud adalah Wall. Dia lantas mengubah kesaksiannya. (AFP/Reuters/CNN/hep/c6/any/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku Perampokan Sadis di Cikarang Ternyata...


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler