Kebijakan imigrasi Australia tidaklah menarik migran yang memberikan kontribusi ekonomi di masa depan, demikian pendapat lembaga pemikir Grattan Institute.

Karena itu, lembaga tersebut mengatakan ketika perbatasan internasional dibuka setelah pandemi COVID-19, Australia sebaiknya hanya menerima migran muda yang memiliki ketrampilan, bukannya migran yang lebih tua namun memiliki kemampuan berbahasa Inggris buruk.

BACA JUGA: Friends: The Reunion Ditayangkan 27 Mei

Di tahun 2019-2020,  terdapat 194.400 migran baru yang tiba di Australia.

Menjelang bulan Maret 2020, sekitar dua juta orang tiba di Australia setiap bulannya, termasuk warga Australia yang baru kembali dan juga pengunjung yang menggunakan visa jangka pendek.

BACA JUGA: Amerika Serikat Memberikan Izin Vaksin Pfizer untuk Anak Usia 12 sampai 15 Tahun

Dalam setahun terakhir, hanya sekitar 260 ribu orang yang tiba di Australia, dengan rata-rata 23 ribu orang setiap bulannya.

Menurut laporan terbaru dari Grattan Institute, bila Australia ingin melakukan inovasi di bidang bisnis, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat populasi lanjut usia, maka yang harus dilakukan adalah menghentikan penerimaan migran yang berusia lebih tua dengan kemampuan bahasa Inggris yang buruk.

BACA JUGA: Kepanikan Muncul Setelah Melbourne Berlakukan Lockdown untuk Keempat Kalinya

Sebagai gantinya, lembaga tersebut menyarankan mempermudah proses visa sponsor dan menerima migran yang lebih muda dan memiliki ketrampilan.

Mereka juga mengatakan sebaiknya memberikan gaji yang lebih tinggi kepada migran muda.

Bila hal itu terjadi maka akan ada perubahan kebijakan yang drastis, dan hal yang akan membantu pekerja terampil seperti Deniz Shahin asal Turki yang sekarang berusia 31 tahun.

Deniz pertama kali tiba di Australia 2016 dengan menyandang gelar Master di bidang teknik geometri.

Namun dia tidak bisa langsung kerja di bidangnya dan harus bekerja sebagi tukang bangunan untuk menghidupi dirinya.

"Saya datang dengan uang $4.000 (lebih dari Rp40 juta) dan habis dalam waktu dua bulan," kata Sahin.

"Saya mengatakan saya butuh pekerjaan".

"Namun ijazah saya terlalu tinggi. Diperlukan waktu hampir satu tahun untuk menemukan pekerjaan di profesi saya."

Sebelum itu, Deniz bekerja dengan gaji lebih tinggi menjadi tukang semen, tukang cat, cuci piring di restoran dan pembuat kopi sebelum mendapatkan pekerjaan di bidangnya.

"Saya merasa kesepian," katanya.

"Saya kadang menangis ketika mandi dan bertanya-tanya 'apa yang saya lakukan di sini? Mengapa saya datang?'"

"Saya pernah mengalami masa-masa sangat sulit. Untunglah sekarang saya sudah merasa baik lagi."

Deniz saat ini bekerja di Auspat sebagai insinyur di berbagai proyek, termasuk proyek pembangunan tambahan jalur jalan Monash Freeway di Melbourne.

Tempatnya bekerja saat ini berniat memberinya sponsor agar ia bisa mendapat status penduduk tetap dan nantinya bisa jadi warga negara. Visa permanen ke Australia menurun

Jumlah penerimaan migran permanen ke Australia saat ini setiap tahunnya adalah 160 ribu orang, turun dari sebelumnya yaitu 190 ribu orang.

Migrasi permanen adalah mereka yang diperbolehkan tinggal lama di Australia.

Di dalam kategori ini migran yang memiliki ketrampilan merupakan porsi terbanyak.

Di tahun 2020-2021, migran permanen untuk mereka yang memiliki ketrampilan jatahnya ada  79.600 orang, turun dari angka 125 ribu di tahun 2013-2018.

Menurut Brendan Coates dari Grattan Institute. keputusan pemerintah sekarang ini bergerak ke arah yang salah terkait dengan penerimaan jumlah migran.

"Dalam sejarahnya migran pekerja trampil sudah bekerja dengan baik bagi kita," katanya.

"Namun perubahan jumlah penerimaan permanen baru-baru ini telah mengalihkan kita dari memilih pekerja muda terampil yang memiliki pendapatan besar di pasar tenaga kerja ke orang yang lebih tua dengan kemampuan Inggris buruk, yang memberikan sumbangan lebih kecil bagi masyarakat Australia."

"Dampak fiskalnya besar, karena berkurangnya pendapatan pajak dari mereka yang muda, yang sebenarnya akan memberikan pajak besar bagi pemerintah federal dalam jangka panjang," kata Brendan.

Laporan menunjukkan perubahan komposisi penerimaan migran ini akan memberikan tambahan dana AU$9 miliar dolar dari penerimaan pajak pendapatan dari setiap tahun penerimaan migran.

Damian Kassbgi dari  perusahaan Afterpay mengatakan ia mendukung beberapa rekomendasi dari Grattan Institute dan mengatakan pemberian visa yang lebih fleksibel akan memungkinkan mereka pindah lebih cepat ke Australia.

Dia mengatakan semasa COVID-19, Afterpay sudah menambah pekerja, dengan menerima 600 orang dalam 12 bulan terakhir sehingga jumlah pekerja meningkat dua kali lipat.

Kebanyakan pekerja mereka adalah generasi milenial dengan rata-rata usia pekerja di Afterpay adalah 33-36 tahun dan banyak diantara mereka memiliki ketrampilan tinggi.

"Kalau anda lihat perusahaan seperti Afterpay, Atlassian, Canva dan yang lainnya, apa yang mereka lakukan adalah menciptakan kesempatan baru bagi orang untuk memiliki karir global tapi mereka berada di Australia," katanya. Visa sementara menjadi visa permanen

Saat ini lebih dari 50 persen migran yang mendapatkan status permanen di Australia adalah mereka yang sudah berada di sini menggunakan visa sementara.

Menurut direktur eksekutif Dewan Migrasi Australia, Carla Wilshire, yang pantas dikaji saat ini akan ada lebih dari satu juta migran sementara di Australia sebagai calon untuk mendapatkan status permanen.

"Kita harus memastikan migran sementara ini memiliki jalur untuk menjadi permanen," katanya.

"Salah satu hal yang muncul dari COVID-19 ini adalah masalah ketidaksetaraan perlakuan terhadap migran sementara dan migran permanen.

"Sekarang waktunya untuk mulai melihat apakah program migrasi permanen ini bisa diperluas, dan membangun jalur antara migran sementara dan migran permanen sehingga mereka bisa memberikan kontribusi jangka panjang."

Deniz setuju dengan pendapat tersebut.

"Masih banyak migran terampil yang tidak bisa mendapatkan status visa permanen," katanya.

"Saya kenal insinyur lain yang berasal dari Turki, mereka  bekerja di restoran atau kedai kopi, karena mereka tidak memiliki pengalaman lokal untuk mendapatkan pekerjaan.

"Jadi bila Pemerintah Australia memfokuskan diri pada mereka yang sudah ada di sini dan memberikan mereka status permanen, perlahan-lahan akan bisa membawa lebih banyak orang dari luar negeri."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tantangan Pemeluk Agama yang Taat di Australia Untuk Temukan Pasangan

Berita Terkait