Film Cowboys in Paradise film besutan Amit Virmani, sutradara asal Singapura, memang membuat heboh dinilai berpotensi merusak citra pariwisata pulau Seribu Pura iniTapi, si pemeran ternyata merasa diperdaya sang sutradara.
CANDRA GUPTA, Kuta
MENCENGANGKAN memang
BACA JUGA: Film Cowboys in Paradise Gelap
Film dokumenter ini telanjur menyebar luas ke seluruh penjuru duniaBACA JUGA: Cowboy Merasa Diperdaya
Versi para pemeran gigolo dalam film karya Amit (dibaca Hamit), ini hanya sekadar film dokumenter semataPara pemerannya pun jengkel, apalagi cuplikan film, di-posting di youtube
BACA JUGA: Heboh Gigolo di Film Cowboys in Paradise
" Saya sangat kecewa, waktu ngambil gambarSebenarnya saya sudah nggak mau ( diambil gambar), tapi si Amit bilang untuk koleksi kunjungan di pantai KutaSuasana di pantai Kuta bagaimana ? Biasa kan, kalau yang liburan ke pantai Kuta.Warno yang punya nama keren Arnold ini datang ke Kuta sekitar tahun 2005 laluLayaknya tamu-tamu pada umumnya, si Amit nongkrong dekat warung di belakang penyewaan papan surfing tempat Warno bekerja, di pesisir pantai Kuta.
Sering bertemu dan Amit terlihat ramah, para beach boy ini pun akhirnya akrabApalagi, pria asal negeri koloni Inggris, itu kerap mentraktir membelikan kopi atau minuman lainWarno tidak menyangka Amit memiliki tujuan lain" Seumur-umur, inilah (disebut gigolo dalam film), pengalaman buruk saya," kenang pria asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu
"Setelah diambil gambar dengan kamera besarnya, kami dikasih Rp 50 ribu untuk beli makan, " ucapnya, yang sudah lima tahun tinggal di BaliAtas munculnya film yang menuding dirinya, menjadi gigolo ini, pria 29 tahun yang berisitrikan bule asal Kanada, itu pun berharap, Amit bisa didatangkan ke BaliMengklarifikasi itu semuaPasalnya, orang tua dan saudaranya di Jawa, terus menanyakan hal tersebut"Di televisi saya malah ditulis (running text) pelakuSaya ini korban, dibohongi AmitKorbanya banyak, sampai ke Candidasa dan UbudAda orang Ubud di wawancarai televisiAwalnya (warga Ubud) diminta wawancara HIV/AIDS, malah dimasukkan ke film itu (gigolo Bali)," tandasnya.
Dalam kasus ini, dia sempat disarankan untuk menuntut balik, sutradara filmMeski beristrikan orang buleDalam segi ekonomi, dia terbilang belum mapanRumah, masih ngontrak di bilangan Jimbaran, BadungDengan pekerjaan, sebagai instruktur surfing dengan pendapatan tak seberapa"Kalau saya gigolo, pasti sudah punya rumah, mobil, dan lainnyaSaya usaha dari nolBahkan dulu, nebeng teman, " jelasnya, bernada kesal.
Kebetulan, sore kemarinBagus,29, sahabatnya ada di pantaiJelas pria asal Surabaya, itu, dua tahun lebih, Warno tinggal di kosnya, masih seputaran Kuta" Dulu, saya masih jalan kakiSaya juga kaget adanya film ituWarno orangnya baik, tidak mungkin seperti itu," belanyaKomentar sama juga diungkap Argo, penyedia jasa penyewaaan dan kursus surfing, yang nongkrongnya berdekatan dengan WarnoLelaki hitam legam asal Banyuwangi, itu mengaku, dia bersama kawan-kawannya yang lain, dengan keluarnya film tersebut, berusaha mengontak Amit, tapi tak ada balasan.
Ponselnya tidak aktifPun saat di- email juga website filmnya tak ada respons"Tidak ada balasanOrang ini bikin nama kita jelek ajaKita sangat marah," ujarnya yang terlihat dalam banyak adegan, dari main surfing dan lainnya.Sementara itu Fendy, dalam adegan sedang dipijat wanita asing, sejatinya dalam adegan dia ditunjukkan teknik memijat ala Thailand oleh wisatawan itu" Semua adegan itu bullshit, contohnya kita masih miskin-miskinKalau bener gigolo kan sudah kayaAnak-anak (di film) stres semuaNgambil gambarnya itu kan juga sembunyi-sembunyi, itu si Amit," seloroh Joko,40, pelatih surfing freelance asal Jember, Jawa Timur, yang juga nongkrong di Kuta.
Dia merinci, sebagai seorang pelatih surfingDalam pendapatan, menggunakan sistim persentaseMisalnya, melatih peminat selama dua jam, dia mendapat bagian Rp 30 ribu. Sementara pemilik surfing Rp 70 ribu"Saya saja kos Rp 200 ribu sebulanOrang tidak bertanggungjawab itu yang membuat, " ucapnyaDia juga berharap, baik desa adat, pemerintah, dan aparat kepolisianJangan hantam kromo dengan melakukan sweeping gigoloSebab, tidak ada parameter yang bisa menjadi acuan, seseorang adalah gigolo" Jangan kita masyarakat kecil ini dibenturkanKalau mau dibuat organisasi ( freelance surfing), tolong dong dicarikan sponsorSaya rasa, temen-temen tidak keberatanUntuk ketertiban bersama, " sarannya panjang lebar.
Lebih jauh, kehidupan pelatih surfing di pantai Kuta, tak sebebas yang dibayangkan banyak orangUntuk berpacaran pun ada penjajakan, meski mereka dikenal ada yang punya pacar wanita asing" Kami ini bukan ayam mas!" ingatnyaSementara itu, Janet, bule wanita asal New Zealand, mengaku bahwa para pelatih surfing di Kuta, sangatlah santunTidak pernah terdengar, kata nakal dari mulut mereka" Saya latihan surfing, seperti biasaTidak ada kata ajakan seperti itu (nakal atau mesum)," tuturnya.
Sementara itu, Made-sebut saja begitu, pria asal Tabanan yang lama jadi anak pantai di Kuta terkait fenomena ini menyatakan warga lokal tidak suka disebut gigoloMemang tujuan mereka bukan mencari uang, untuk kekayaan" Just for fun lebih tepatSetahu saya, sampai sekarang begitu, petualangan lelaki lah," sebutnyaSebutnya lebih jauh, di era 1970-an, era flower generation dugaan praktik "gigolo" ditengarai adaIni fenomena dari Kuta hingga UbudNamun demikian, ini semua kembali ke itikadnya, hanya hanya senang-senang sajaVersi Made, mereka bisa disebut playboy"Tapi sekarangBanyak anak pantai dari luar datang ke KutaTujuan mereka, ke arah jadi gigoloKarena di Kuta memang potensi, " jelasnya.
Potensi yang dimaksud adalah pelancong yang datang selain berlibur, ada juga yang pelesiran untuk memuaskan petualangan seksual merekaIni sulit dideteksi"Memang yang idem, terlihat dekil disukai orang asing, itu sensual," imbuhnya, di akhir pembicaraan.(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditembak Dulu, Baru Disuruh Tandatangani BAP
Redaktur : Auri Jaya