Impian Kakek Sumadi Seng Pasarkan Aksesori Ontel ke Mancanegara

Selasa, 20 Agustus 2019 – 12:45 WIB
Kakek Sumadi Seng, perajin aksesori ontel dari Magetan. Foto: Istimewa

jpnn.com, MAGETAN - Sumadi Seng melakoni pekerjaannya sebagai perajin kulit sapi dan kambing sejak puluhan tahun. Kakek 72 tahun ini dibantu 12 karyawannya memproduksi aksesori sepeda tua atau ontel, mulai sadel, tas samping, penutup roda hingga tas setir. Semua diproduksi secara tradisional, tanpa alat-alat supermodern.

----------

BACA JUGA: Kakek Sumadi Seng, Perajin Irus Tempurung Kelapa yang Masih Eksis

Kerajinan tangan berbahan kulit sapi atau kambing yang dihasilkan para perajin Kabupaten Magetan Jawa Timur kian menjamur. Umumnya mereka membuat sepatu, sandal, tas hingga jaket kulit.

Namun untuk aksesori sepeda kuno atau ontel berbahan kulit masih diproduksi oleh Sumadi Seng. Kakek asal Candirejo, Magetan, Jawa Timur, ini menekuni pekerjaannya itu sejak tahun 1970. Saat itu, dia hanya memproduksi sadel. Baru tujuh tahun belakangan dia mulai merambah ke pembuatan akseori sepeda kuno lainnya.

BACA JUGA: Saat Tidak Ada Kuliah Ikut Perajin, Kini Orderan Membeludak

BACA JUGA: Kakek Sumadi Seng, Perajin Irus Tempurung Kelapa yang Masih Eksis

Tempat produksi kerajinan kakek Sumadi masih sama sejak dulu, memanfaatkan bagian rumah berukuran 4x12 dari warisan keluarganya. Di dalam ruangan yang hanya beratap seng, si kakek menggunakan peralatan sekadarnya untuk menghasilkan kerajinan kulit yang menjadi ciri khas karya keluarga.

Barangkali, sapaan Sumadi Seng itu pun muncul karena dia bertahan bekerja di bawah seng sepanjang hari. “Dulu pernah ada bantuan pemerintah, alhamdulillah. Tapi kalau bisa ya diberikan tempat khususu untuk produksi saya, biar leluasa tambah tenaga kerja dan bis mengurangi pengangguran. Terutama anak-anak putus sekolah di Magetan,” kata dia pada awak media, baru-baru ini.

Meski begitu, keterbatasan dan kekurangan itu tidak lantas memupuskan semangat kakek Sumadi. Dia tetap eksis menghasilkan aksesoris untuk ontel. Usahanya tidak pernah sepi, pesanan selalu berdatangan dari berbagai daerah baik dari pembeli langsung atau toko-toko penyedia aksesoris sepeda kuno dari wilayah Madiun, Tulungagung, Surabaya. Bahkan hingga ke Aceh, Kalimantan dan kota besar yang lainya.

“Kalau sadel, dalam lima hari itu ada 10 kodi yang saya produksi. Sedangkan aksesoris lain seperti tas samping bisa sampai 10 biji per hari,” jelas Sumadi Seng.
Untuk harga satuannya pun beragam tergantung aksesorisnya, mulai dari yang termurah dijual Rp 15 ribu hingga Rp 275 ribu.

Sebenarnya, Sumadi Seng ingin melebarkan usahanya itu. Memasarkan produknya hingga ke manca negara misalnya. Namun lagi-lagi, dia harus berhadapan dengan berbagai kendala. “Rencana pengin ekspor, tapi modalnya belum terpenuhi,” pungkasnya.(mg7/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler