Implementasi E-Health di Indonesia Belum Efisien

Kamis, 05 Juni 2014 – 23:44 WIB
Implementasi E-Health di Indonesia Belum Efisien. Getty Images

jpnn.com - JAKARTA - Ketua e-Indonesia Initiatives Forum Prof Suhono Harso Supangkat mengatakan implementasi E-Health di Indonesia butuh interperobilitas dan arsitektur.  Menurutnya, interperobilitas menjadi penting  agar bisa berjalan sesuai dengan target yang ditetapkan para pemangku kepentingan.

"Interoperabilitas itu penting untuk e-health  karena sifat dari Teknologi Informasi, apalagi di kesehatan sangat perlu bisa berhubungan, kalau tidak ya tidak bisa komunikasi, tidak bisa understanding secara nyata," kata Suhono Harso Supangkat  usai menjadi pembicara di  Konferensi E-Health Nasional di Jakarta, Kamis (5/6).

BACA JUGA: Garuda Raih Penghargaan Indonesia’s Most Admired Companies ke-12

Diungkapkannya, saat ini implementasi e-health masih ada sekat-sekat antar-pemain sehingga tidak efisien. "Ini juga alasan kita dorong ada arsitektur yang jelas untuk e-health ini. Kita tahu kendalanya banyak untuk membuat arsitektur, tetapi ini harus dijalankan karena merupakan satu keniscayaan," katanya.

Menurut Suhono, jika ada arsitektur dari e-health, akan terlihat ada kejelasan hubungan antar komponen di stakeholder, teknologi, people, dan process. Kata dia, banyak inisiatif terkait pembangunan e-Health baik yang personal, mobile hingga berbasis website tengah dikembangkan pelaku usaha, tetapi  persoalannya referensi dan interoperabilitas tetap akan jadi isu utama  agar inisisasi-inisiasi bisa berjalan lebih efisien, efektif dan murah.

BACA JUGA: Mandiri Sekuritas Raih Peringkat idA+

Lebih lanjut Suharso mengatakan diperlukannya suatu focus grup dari stake holder kesehatan untuk membangun strategi nasional pembangunan e-health secara terkoordinatif. Forum ini kata dia, akan mengusulkan suatu  strategi, peta jalan e-health nasional sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti stakeholder dan ada kejelasan arah pembangunan.

"Bisnis model, cloud computing untuk kesehatan juga menjadi pointer penting dalam menuju ke sistem layanan beroreintasi pasien. Tidak ketinggalan pembangunan kesehatan berbasis teknologi harus diperhatikan untuk membantu di daerah masyarakat kurang mampu," pungkasnya. (jpnn)

BACA JUGA: Merpati Tunggu Dana Rp300 M dari Kemenkeu

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mudik Lebaran, AirAsia Sediakan 12.600 Kursi Tambahan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler