Impor BBM Bakal Melonjak, Ini Datanya

Rabu, 17 Juni 2015 – 06:50 WIB
Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA -  Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) sepanjang Ramadan dan lebaran, dipastikan impor bakal membengkak. PT Pertamina melakukan impor lebih untuk memastikan bahan bakar di masyarakat aman setidaknya sampai H+15 Idul Fitri. Butuh sekitar Rp 7,5 triliun untuk bagi BUMN energi itu untuk mengamankan pasokan.

Dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menyebut impor premium adalah yang tertinggi. Jumlahnya mencapai 2 juta barel per bulan untuk Juni dan Juli dari rata-rata impor 8 juta barel per bulan. "Mei sudah naik 9 juta barel per bulan, Juni dan Juli jadi 10 juta barel per bulan," ujarnya.

BACA JUGA: Industri Jamu Herbal Siap Hadapi MEA

Lebih lanjut direktur yang akrab disapa Abe itu menjelaskan, impor diperlukan karena konsumsi premium akan meningkat sampai 17,8 persen. Saat ini, konsumsi harian bensin beroktan 88 itu mencapai 76,258 kilo liter (kl). Selama Ramadan dan lebaran nanti, diperkirakan penjualan premium mencapai 89,817 kl.

"Premium dijaga sampai 17 hari dengan stok 1,4 juta kl," tuturnya. Impor yang lebih banyak juga bertujuan untuk mengamankan pasokan untuk dua daerah rawan premium. Yakni, di Kendari Sulawesi tenggara dan Pangkalan Bun Kalimantan Tengah. Di dua wilayah itu, stok saat ini tidak lebih dari 5 hari.

BACA JUGA: Mendag Klaim Mampu Tekan Impor Minyak Hingga 21,4 Persen

Menurut Abe, khusus di dua itu stok akan dipertahankan sampai 15 hari. Masyarakat disebutnya tidak perlu khawatir dengan pasokan bahan bakar minyak (BBM). Pihaknya sudah punya mekanisme untuk menjaga pasokan  sampai lebaran usai.

Untuk pertamax juga dilakukan impor lebih meski tidak semua SPBU menjual bensin dengan oktan 92 itu. Dari impor harian yang mencapai 2 juta barel per bulan, dinaikkan sebanyak 500 ribuan barel per bulan. "Konsumsi saat ini, setiap harinya 7 ribu kl.  Nanti naik sedikit karena di daerah atau desa tidak selalu ada pertamax," tuturnya.

BACA JUGA: Pertamina Siapkan Skenario Antisipasi Kelangkaan BBM saat Lebaran

Bagaimana dengan solar? tidak banyak kebijakan khusus karena konsumsinya diperkirakan menurun. Dari rata-rata konsumsi harian sebanyak 37 ribu kl, menurun jadi 10,7 persen menjadi 33 ribu kl. Daerah yang masih rawan solar yakni Camplong Madura, Krueng Raya Aceh, dan Kabupaten Pulau Pisau Kalimantan Tengah akan ditingkatkan stoknya.

Sedangkan untuk tambahan impor elpiji, Pertamina mendatangkan pasokan 88 ribu metrik ton. Dari jumlah itu, stok yang sebelumnya untuk 13 hari akan menjadi 16 hari. Meski sedikit, Abe memastikan pasokan tetap lancar. "Cukup itu, sudah tambah dari dua kapal besar untuk naikin stok," jelasnya.

Sementara, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto menjelaskan, impor yang membengkak ikut menambah kebutuhan dolar Amerika untuk berbelanja. Saat ini, rata-rata per hari butuh USD 400-500 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun dengan kurs Rp 13 ribu. "Untuk memenuhi kebutuhan nasional 1,6 juta bph," terangnya.

Nah, untuk kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri, Pertamina menambahkan 15 persen uang untuk belanja. Berarti, ada tambahan sekitar USD 75 juta atau total Rp 7,5 triliun per hari untuk memasukkan minyak dari luar negeri. "Karena kenaikan demand itu, perlu diantisipasi kekurangannya dari impor," jelas mantan Dirut Semen Indonesia itu. (dim)

Estimasi Konsusmsi BBM

Bahan Bakar      Konsumsi normal       Konsumsi lebaran

Premium             76,258 kl                       89,817 kl

Solar                    37,228 kl                       33,250 kl

Avtur                     11,534 kl                       12,701 kl

Elpiji                    19,779 metric ton         20,453 metric ton

 
Sumber: Pertamina

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Waduh, Rp 2.444 T Uang Ilegal Keluar dari Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler