Impor Jagung Menurun, Mentan: Kami yang Ekspor ke Luar Negeri  

Minggu, 24 Februari 2019 – 23:50 WIB
Kebun jagung. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Pernahkah Anda memerhatikan warna daging dan telur ayam saat membelinya di pasar? Komposisi pakan yang diberikan pada ternak ayam ternyata sangat berpengaruh pada warna dan kualitas daging juga telur ayam.

Itu sebabnya kalangan pengusaha makanan ternak tak banyak menggunakan gandum dalam campuran pakan ayam sebagai pengganti jagung. Karena peternak pun tak mau kualitas hasil ternaknya menurun.

BACA JUGA: Soal Impor Jagung, Mentan Amran: Data yang Disampaikan Jokowi Itu Benar

Campuran gandum yang berlebih akan membuat warna daging dan telur ayam pucat. Berbeda dengan pakan jagung yang akan menghasilkan daging merah segar serta warna kuning telur yang cerah.

"Kalau pakai gandum itu warnanya pucat dan perlu ada tambahan zat lagi. Nah, kalau jagung itu nggak perlu tambahan," kata Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman, Kamis (21/2).

BACA JUGA: Mentan Andi Amran Lepas Ekspor 92 Ton Manggis ke Tiongkok

Hal ini sangat berbeda dengan analisa salah seorang komisioner Ombudsman awal Februari lalu, yang menyebutkan terjadi politik pengalihan impor (dari jagung) kepada komoditas yang tidak terlalu sensitif (gandum).

Menyusul capaian pemerintah yang disampaikan Presiden Jokowi dalam Debat Capres kedua pada 17 Februari 2019, bahwa Indonesia berhasil mengendalikan angka impor jagung.

BACA JUGA: Sangat Wajar Jokowi Gunakan Data Kementan soal Impor Jagung

Dalam Debat Capres kedua, Jokowi membeberkan angka penurunan jumlah impor jagung. Pada 2014, Indonesia mengimpor 3 juta ton lebih jagung. Namun di 2018 impor jagung menurun.

“Terima kasih ke petani jagung. Di 2014 kita masih impor 3,5 juta ton jagung. Di 2018 hanya 180.000 ton jagung. Artinya ada produksi dari petani sebanyak 3,3 juta ton, Ini lompatan besar,” ujar Jokowi.

Apa yang disampaikan Jokowi membuat impor 200 ribu ton gandum oleh perusahaan pakan ternak pada 2016 lalu, kemudian diungkap lagi dan jadi bahan perbincangan.

Sekretaris GPMT Askam mengatakan, impor gandum pada saat itu dinilai tepat karena keberadaan jagung sedikit langka.

"Namun masalah itu hanya berlangsung beberapa saat. Karena periode Januari mulai memasuki masa panen," kata Askam.

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman pun mengaku telah memberikan izin impor gandum sebanyak 200 ribu ton untuk perusahaan pakan. Namun hingga akhir tahun 2018 lalu belum ada realisasi impor gandum.

Sebaliknya, Amran menyampaikan keberhasilan (mengurangi impor jagung) ini merupakan buah kerja keras petani di seluruh Indonesia.

Dengan bangga dalam berbagai kesempatan dia menyampaikan, dulu Indonesia impor jagung dari negara lain. Sekarang keadaan sudah berbalik, Indonesia mulai bisa ekspor jagung.

"Pada 2018 kami impor 100.000 ton, tapi kami ekspor 380 ribu ton. Artinya pada 2018 produksi jagung surplus. Sekarang sudah kami balik, kami yang ekspor jagung ke luar negeri," kata Amran.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fakta Debat Capres: Impor Jagung Pakan Ternak Turun Spektakuler


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler