Impor Jagung Tidak Dukung Ekonomi Kerakyatan

Senin, 26 Agustus 2019 – 11:38 WIB
Cecep M Wahyudin. Foto: Istimewa/Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Beredarnya kabar akan ada impor jagung dalam waktu dekat akibat musim kemarau, mendapat tanggapan berbagai kalangan. Salah satunya dari praktisi peternakan Cecep M. Wahyudin yang menolak ide impor jagung.

Ditemui di Jakarta, pria yang akrab dipanggil Cecep ini menegaskan impor jagung dapat mengukur sejauh mana keberpihakan pemerintah pada petani.

BACA JUGA: Kopi Jawa Timur Diminati Eropa dan Belanda    

"Saat ini stok jagung cukup untuk beberapa bulan kedepan. Apalagi Mentan sudah sampaikan panen puncak jagung pada bulan Oktober. Saat ini masih terus ada panen," kata Cecep.

Pengusaha muda yang sedang mengembangkan koperasi berbasis pesantren ini percaya Kementan bekerja sangat keras untuk mensejahterakan petani. Menurut Cecep biarlah petani jagung juga menikmati harga yang bagus.

BACA JUGA: Ekspor Cangkang Sawit ke Jepang, Penuhi Permintaan Bahan Energi Hijau Dunia

“Kasihan mereka sudah terlalu lama menanggung rugi karena harga jagung hancur. Kini mereka bergairah tanam jagung. Kita harus jaga semangatnya," tegas Cecep.

Cecep yang juga CEO eTanee sebuah start up berbasis peternakan yang berkembang pesat saat ini, mengatakan ke depan korporasi petani harus dikembangkan agar petani tidak selalu kalah dengan pemodal besar.

BACA JUGA: Pabrik Gula Modern di Blitar Mulai Berproduksi

BACA JUGA: Kopi Jawa Timur Diminati Eropa dan Belanda

Dirinya mengaku menjadi ketua umum salah satu koperasi yang bergerak di pengembangan agri bisnis terintegrasi di sektor peternakan, pertanian dan digitalisasi jaringan distribusi berbasis masjid dan pesantren di seluruh Indonesia.

"Kita besarkan koperasi dan ekonomi kerakyatan agar peternak rakyat tetap hidup dan memberikan kontribusi bagi ekonomi nasional. Kalau impor terus, petani dan peternak bagiannya apa?," Cecep mempertanyakan komitmen pemerintah untuk ekonomi rakyat.

Ia berharap pejabat pemerintah yang berpikir impor sebagai solusi, harus sering turun ke bawah melihat nasib petani dan peternak.

“ereka kan harus disejahterakan. Makanya berpikirnya tidak boleh pendek dan instan."

Cita-cita swasembada jagung telah tercapai, terbukti dalam 3 tahun terakhir impor jagung sudah jauh dari sebelumnya.

Dulu impor jagung hingga 3,6 juta ton, namun kita Indonesia malah bisa ekspor. "Kita harus lanjutkan ini untuk petani jagung yang sejahtera," ujarnya. (rl/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Program Santri Tani Milenial Untuk Cetak Eksportir Milenia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler