In Memoriam Nien Lesmana

Jumat, 30 Juni 2017 – 21:10 WIB
Nien Lesmana di sampul album piringan hitam. Foto: Public Domain.

jpnn.com - NIEN Lesmana ibunya Indra Lesmana, juga Mira Lesmana. Dialah yang pertama mengajak Titiek Puspa masuk dapur rekaman, dan kemudian menjadi penyanyi kenamaan. Lesmana--nama keluarga pemberian Bung Karno.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Hanya Tugu Cornelis Chastelein, Tak Nampak Kenduri Depokse Dag

Titiek Puspa tak kacang lupa kulitnya. Dia masih ingat budi baik Nien Lesmana.

Dalam buku otobiografinya, Titik Puspa bercerita...

BACA JUGA: Mira dan Indra Lesmana Wujudkan Permintaan Terakhir Ibunya

Suatu hari, "sebuah tawaran menyenangkan datang pada saya. Pihak RRI Semarang membawa kabar tentang seorang produser rekaman yang menyukai suara saya. Namanya Nien Lesmana."

Nien Lesmana, sebagaimana dikisahkan Titik Puspa, membantu kakaknya, Suyoso Karsono yang memiliki perusahaan rekaman bernama Irama Record.

BACA JUGA: Indra Lesmana Menyesal Tak Bisa Temani Ibu Saat Detik Terakhir

"Mereka menjalankan cara berproduksi yang unik. Mereka hunting ke berbagai daerah untuk mendatangi penyanyi-penyanyi potensial dan membuat rekaman piringan hitam. Saya rupanya termasuk penyanyi daerah yang diincar mereka! Tentu saja saya merasa kaget dengan kabar ini," kenang Titiek Puspa.

Pendek kisah Titik Puspa pun diboyong ke Jakarta. Rekaman di studio Irama Record.

Irama Record

Dulu, mula dibuka pada 1954, Irama Record bertempat di Jl. Gereja Theresia, Menteng, Jakarta Pusat. Di garasi rumah Suyoso Karsono--pilot Perang Dunia II--yang disulap jadi studio musik.

“Garasi itu berukuran dua kali tiga meter persegi,” tulis Deded Moerad dalam buku Jazz Indonesia.

Baca juga: Irama Record, Babad Alas Industri Musik Indonesia 

Di Irama Record, sambung Titiek, sebuah persiapan serba cepat dilakukan. "Sejumlah lagu disodorkan pada saya. Barat dan Indonesia."

Titik yang baru datang dari kampung membayangkan piringan hitam Bing Slamet. "Saya," tuturnya, "hanya penyanyi radio. Mana pantas wajah saya muncul di sampul piringan hitam."

Bagi dia, memasuki studio rekaman beda rasanya dengan siaran menyanyi di radio. Apalagi, Irama Record perusahaan rekaman berkaliber papan atas.

Menarik linimasa, Irama Record adalah perusahaan rekaman pertama di Republik Indonesia.

Jika ada yang bilang sejarah industri musik Indonesia dipelopori Lokanta, itu tidak benar. Pada akhir 1920, sudah ada Thio Tek Hong di Batavia. 

Bila rujukannya sejak Indonesia merdeka, maka yang pertama adalah Irama Record, milik Suyoso Karsono, kakak kandung Nien Karsono, seorang biduanita kenamaan pada zaman revolusi belum selesai.

Titiek Puspa gamang. Namun, "Nien Lesmana dan pihak RRI meyakinkan saya. Maka terjadilah rekaman itu," Titiek Puspa bernostalgia.

"Nien Lesmana, yang saya panggil Yuk Nien, cukup sabar menghadapi saya. Ia memberi kesempatan pada saya untuk mempelajari sejumlah lagu baru yang harus saya nyanyikan," sambungnya.

Ada kejadian yang membekas di ingatan Titiek Puspa saat rekaman perdana di Irama Record. Kejadian yang membuat nyalinya ciut.

Yakni saat menyanyikan Jakarta di Waktu Malam, lagu Melayu dengan melodi dan permainan cengkok yang cukup rumit.

"Berkali-kali rekaman, suara dan cengkok saya meleset dari yang dikehendaki. Tak urung, saya harus berkali-kali mengulang. Makin gagal, makin deras keringat saya…untungnya Nien dan abangnya sabar sekali."

Namun, kata Titiek, di studio ada beberapa penyanyi yang sedang antre rekaman. Melihat tragedi itu, ada yang mencemooh, "belum bisa menyanyi kok berani-beraninya rekaman! suruh pulang kampung saja…"

Komentar itu kelar dari seorang penyanyi yang cukup top saat itu.

"Saya tersentak. Antara malu dan terpukul. Tapi komentar pedas itu justru membuat kegigihan saya muncul. Pengulangan terakhir berlangsung prima, tanpa cacat sedikit pun. Nien puas."

Titiek Puspa pun jadi penyanyi. Ia melegenda. Senarai nostalgia Titiek Puspa dan Nien Lesmana di atas dicuplik-sarikan dari buku biografi Titiek Puspa yang dituliskan Alberthiene Endah. Judulnya A Legendary Diva.

Nien Lesmana, "si penemu" Titiek Puspa baru saja berpulang dua hari lalu, 28 Juni 2017, di Bintaro, Tangerang dalam usia 88 tahun.

Dia lahir 16 April 1929 dengan nama Nien Karsono. Menjadi Nien Lesmana setelah dinikahi Jack Lemmers, musisi yang oleh Bung Karno diganti namanya jadi Jack Lesmana.

"Biar tidak kebarat-baratan," gumam Si Bung.

Bersama kakaknya, Nien Lesmana mendirikan Irama Record, legenda industri musik Indonesia.

Di awal kiprahnya, Irama Records memproduksi album Sarinande (1956) buah karya The Progressief, band jazz yang digawangi Nick Mamahit (piano), Dick Abel (gitar), Dick van der Capellen (drum) dan Max van Dalm (bass). 

Album piringan hitam yang mengalunkan musik intrumentalia itu cukup mendapat tempat di hati pendengar. 

Kemudian, Irama Records tak henti-henti menelorkan album. 

Mulai dari Bing Slamet, Bubi Chen, Oslan Husein, Koes Bersaudara, Titiek Puspa, Lilies Surjani, Elly Kasim, Trio Visca, Waldjinah, Yanti Bersaudara, Nenny Triana, Ida Royani hingga Saiful Bahri. 
Nama yang disebut terakhir mencuat lewat album Semalam di Malaya, album rekaman stereo pertama di Indonesia. 

Irama Records pula lah yang memproduksi Mari Bersuka Ria Dengan Irama Lenso, lagu karangan Bung Karno. (wow/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketahuilah, Sosok Pelantun Pertama Lagu Selamat Hari Lebaran


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler