Inas: Apa Betul Mafia Migas Menghambat Pembangunan Kilang?

Selasa, 31 Desember 2019 – 22:38 WIB
Politikus Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Inas N Zubir. Foto: Twitter

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPP Partai Hanura, Inas N Zubir mengaku heran dengan pernyataan Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi yang mengatakan bahwa cara mafia migas membuat Indonesia tidak bisa lepas dari impor minyak memang dengan menghalangi pembangunan kilang.

“Pernyataan tersebut sangat sesat karena masyarakat akan berpendapat bahwa dengan dibangunnya kilang minyak maka Indonesia dipastikan akan berhenti impor minyak,” kata Inas dalam keterangan persnya, Selasa (31/12).

BACA JUGA: Terkait Nasib Proyek Kilang Bontang, Perusahaan Migas Oman Berharap Pertamina Buka Dialog

Menurut Inas, lifting nasional minyak mentah Indonesia untuk tahun 2019 hanya 775 ribu barel per hari, dan diperkirakan tidak akan mencapai target. Padahal konsumsi domestik sekarang ini sudah mencapai 1.55 juta barel per hari, sehingga shortage-nya sebesar bisa lebih dari 775 ribu barel per hari.

Kekurangan tersebut akan ditutupi dengan impor minyak mentah misalnya untuk tahun 2019 kurang lebih 350 ribu barel per hari dan juga BBM kurang lebih 325 ribu per hari.

BACA JUGA: Ahok jadi Komisaris Utama Pertamina, Para Mafia Migas Ketar-Ketir

“Yang tidak diperhitungkan oleh Fahmy Radhi adalah jika kilang minyak selesai semuanya dibangun maka memang betul impor BBM akan berkurang sama sekali atau bahkan tidak ada sama sekali, tetapi untuk feeding kilang yang baru maka impor minyak mentah akan bertambah besar karena kemampuan lifting nasional yang masih jauh dari kebutuhan nasional,” katanya.

Menurut Inas, jangan-jangan nanti Fahmy Radhi akan berargumen bahwa lifting nasional Indonesia tidak pernah bisa mencukupi komsumsi nasional akibat dari bercokolnya mafia migas di sumur-sumur minyak Indonesia yang sengaja menghambat produksi minyak mentah Indonesia.(fri/jpnn)

BACA JUGA: Mafia Migas Takut Ahok jadi Bos Pertamina


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler