jpnn.com - PIJAKKAN kaki di Kota Malang, jangan sampai tak mampir di Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru (TNBTS).
Itu pesan yang disampaikan beberapa warga kota penghasil apel itu saat JPNN berkunjung.
BACA JUGA: Dua Siswi SMP I Islam Menorehkan Prestasi, Selamat Ya
Yap..siapa yang tak ingin pergi untuk melihat kecantikan rangkaian gunung berapi dan keindahan alam sekitarnya tersebut.
Kawasan taman nasional ini membentang di wilayah administrasi Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang. Lumayan dekat kan dari Kota Malang?
BACA JUGA: Gusmalini, Penemu Mi Labu Kuning, Khasiatnya? Wow
Sempat terbersit keraguan berkunjung ke taman nasional itu. Pasalnya, status Gunung Berapi Bromo sedang siaga sejak ditetapkan akhir September lalu.
Tapi tenang saja..Untuk Anda yang berencana pergi, ternyata ada banyak cara dan jalan untuk tetap bisa menikmati keindahan Bromo.
BACA JUGA: Sepenggal Kisah Perempuan Muda di Kampung Janda
JPNN dan rombongan dari Ditjen Pajak pun memilih mendatangi kawasan Bromo melalui Probolinggo, Sabtu pekan lalu.
“Kita masih bisa melihat Bromo dari Probolinggo. Tepatnya melalui Seruni Point,” ujar Eko Wahyudi, tour guide kami.
Perjalanan pun dimulai dari pukul 00:00 malam berangkat dengan bus ukuran sedang dari Kota Malang dan tiba di kawasan terminal Bromo sekitar pukul 02.00 dini hari.
Kami mengejar matahari terbit! Jadi jangan heran jika harus berangkat bareng kalong yang terbang malam hari.
Di terminal itu, rombongan berganti kendaraan bus dengan mobil jeep yang dipatok harga sewa kurang lebih Rp 200 ribu- Rp 300 ribu.
Satu mobil jeep bisa menampung tujuh orang, sudah termasuk sopir. Eko pun mengingatkan kami untuk membeli sejumlah pengaman sebelum menuju ke puncak.
“Anda bisa membeli sarung tangan dan topi yang terbuat dari wol di terminal bus perhentian terakhir sebelum naik ke puncak. Saat ini cuacanya cukup dingin di atas,” imbuh Eko.
Satu jam berlalu. Jalan gelap dan berkelok-kelok harus dilewati dengan jeep. Jangan harap Anda bisa melanjutkan tidur. Jadi nikmati saja perjalanan itu.
Setibanya di puncak, kami masih harus menjalani tahap lainnya. Jalan kaki dari tempat perhentian menuju Seruni Point. Berjalan kaki mendaki ke puncak untuk bisa melihat Bromo tepat saat matahari terbit.
Jangan khawatir, bagi yang tak kuat berjalan kaki bisa menyewa kuda yang dituntun warga suku Tengger dan sekitarnya.
Harganya tergantung kelihaian Anda menawar. Mulai dari Rp 60 ribu-Rp 100 ribu. Kuda itu hanya akan mengantar hingga di tepi tangga. Setelah itu, mau tak mau Anda harus berjalan kaki menapaki ratusan tangga menuju Seruni Point. Fyuh!
Indra Kumala, salah satu wisatawan yang sudah beberapa kali ke kawasan Bromo mengatakan, Seruni Point menjadi pilihannya saat ini. Seruni point ini disebut juga sebagai penanjakan 2.
Meski ada beberapa akses alternatif lainnya. Pengunjung juga bisa menikmati keindahan Bromo di Sunrise View Point, Penanjakan 1 Kabupaten Pasuruan.
Bisa juga melalui Bukit Kingkong/Bukit Cinta di antara penanjakan 1 dan 2.
“Kalau mau view yang agak berbeda dari tempat di atas, kita bisa menikmatinya dari Puncak B29 di Kabupaten Lumajang. Untuk saat ini karena Bromo siaga 1 wisatawan hanya bisa menikmati keindahan Bromo dari radius 2,5 kilometer,” papar Indra pada JPNN.
Indra mengatakan ada tiga akses untuk memasuki kawasan TNBTS.
Di antaranya dari Desa Wonokitri di Kabupaten Pasuruan, Desa Sukapura di Kabupaten Probolinggo dan dari Jemplang di Kabupaten Malang. Tinggal pilih ya, guys!
Perjalanan jauh dan melelahkan menuju Seruni Point pun terbayarkan ketika tiba di puncak disambut matahari terbit.
Cantik. Hanya itu terucap ketika melihat pesona alam tersebut. Belum usai memuji keindahan langit pagi itu, mata pengunjung sudah dimanjakan dengan pemandangan Gunung Bromo dan sekitarnya.
“Indahnya..,” kata itu terdengar meluncur hampir dari semua pengunjung. Lelah yang terbayar.
Status siaga tidak mengurangi kecantikan Bromo. Alam sekitarnya masih menawarkan keindahan.
Belum lagi udara segar yang menyapa setelah lelah berjalan. Hmm..sulit menggambarkannya dengan kata-kata.
Itu baru jarak 2,5 km lho..Bayangkan jika status tidak sedang siaga, Anda bisa lebih dekat ke arah Bromo, berkuda di lautan pasir dan mengunjungi Pura Luhur Poten yang legendaris di dekat gunung berapi tersebut.
Sambil menikmati pemandangan indah ini, Anda bisa membeli minuman panas yang dijual penduduk sekitar di Seruni Point.
Saat turun dari Seruni Point, Anda tidak akan menyesal. Masih banyak tawaran keindahan alam lainnya yang menanti.
Menurut Indra, jumlah pengunjung yang datang ke kawasan Bromo kali ini masih cukup banyak meski ada status siaga.
“Justru biasanya erupsi Bromo bisa menjadi daya tarik wisata, karena kita bisa menyaksikan keindahan asap yang keluar dari kawah Bromo,” tuturnya.
Jika pengunjung sedang ramai, naik ke Seruni Point pun terkadang harus mengantre. Jadi rombongan kami cukup beruntung tidak perlu melewati antrean panjang.
Indra mengatakan, pengunjung tidak harus dengan bus dari Kota Malang. Bisa dengan mengendarai sepeda motor. Cukup siapkan Rp 20 ribu untuk bahan bakar motor dan tenaga jumbo tentunya.
Kemudian merogoh kocek Rp 35 ribu untuk tiket masuk taman nasional. Atau jika ingin lebih cepat naik ke puncak, Anda bisa menginap di sekitar taman nasional.
Indra menambahkan, ada hostel dengan harga sekitar Rp 150 ribu-Rp 250 ribu di sekitar lokasi.
“Bisa juga sewa homestay dua kamar dengan dua kamar mandi. Bisa buat banyak orang cukup bayar dengan harga Rp 500 ribu- Rp 600 ribu. Harga yang lumayan murah untuk sharecost,” kata Indra.
Dari situ Anda sudah bisa berangkat ke Seruni Point maupun akses lainnya sekitar pukul 03.00 dini hari.
“Apabila Bromo dalam keadaan normal, kita bisa menikmati semua keindahannya. Termasuk savana, lautan pasir, bukit teletubbies dan pastinya kawah Bromo,” sambungnya.
Tunggu apalagi, yuk berkunjung ke Bromo..! (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terungkap, Misteri Tengkorak di Gua Tatombatu
Redaktur : Tim Redaksi